Bani Chajar

Guru fisika SMA 2 Semarang. Memiliki minat menulis dan hobi badminton. Sesekali suka travelling....

Selengkapnya
Navigasi Web
Mengatasi Hambatan Diri (Gesek Statis Maksimum)

Mengatasi Hambatan Diri (Gesek Statis Maksimum)

Gaya Gesek Statis dijumpai pada benda yang diam. Sedangkan gaya gesek kinetis dimiliki benda yang bergerak. Keduanya merupakan komponen gaya kontak yang arahnya sejajar bidang permukaan sentuh. Gaya ini muncul ketika dua permukaan benda bersentuhan. Makin kasar permukaan sentuh, makin besar pula gaya gesek yang terjadi.

Gaya gesek statis memiliki nilai lebih besar dibandingkan gaya gesek kinetis. Apalagi gesek statis maksimum. Nilai tersebut mejadi pembatas, seberapa besar dorongan atau tarikan yang diberikan kepada benda agar dapat bergerak dari posisinya. Itu sebabnya ketika kita mendorong mobil mogok (diam) mula-mula terasa berat. Namun setelah dapat bergerak, tenaga yang diberikan untuk mendorong supaya tetap bergerak tidaklah sebesar saat pertama kali mendorong untuk bergerak.

Analogi yang sama dapat kita terapkan pada pikiran kita. Saat pertama kali hendak menulis, umumnya terasa berat. Bahkan untuk beberapa orang yang memang sulit menuangkan apa yang ada dalam pikirannya, aktivitas itu sangatlah berat. Butuh dorongan yang tidak sedikit. Mungkin motivasi kawan, dorongan dari atasan, sampai stimulus barang atau finansial sekalipun kadang tidak selalu berhasil menggerakkan tangan untuk menuliskan apa yang hendak ditulis. Atau ketika dorongan itu ada demikian hebat, justru pikiran kita yang kosong, buntu. Tidak ada sesuatupun yang bida dituangkan menjadi tulisan. Jadinya mandeg, tidak ada output yang dihasilkan.

Sesungguhnya motivasi terbaik berasal dari diri sendiri. Ketika dari dalam diri muncul keinginan sangat kuat, biasanya apapun yang menghambat, akan dilibas habis. Meski kadang banyak rintangan atau masalah dari luar, kalau tekad diri sudah kuat, pasti akan selalu mencari solusi penyelesaian atas semua masalah yang ada. Bahkan terkadang, hal itu justru menjadi tantangan untuk dapat mencapai hasil yang lebih baik dari standard pribadi yang sudah ditetapkan.

Kembali ke analogi gesekan yang dapat kita katakan sebagai penghambat, ketika seseorang sudah mampu mengatasi besarnya hambatan menulis untuk pertama kalinya, atau dengan kata lain dia berhasil menuliskan apa yang ada di otak untuk pertama kalinya, biasanya untuk menghasilkan tulisan selanjutnya tidaklah terlalu berat. Artinya karya-karya berikutnya tinggal menjaga konsistensi mood, agar ide, gagasan, pemikiran, dan/atau apapun yang berkerumun di otak dapat disalurkan menjadi sebuah tulisan.

Dan pisau jika tidak diasah, lama-kelamaan akan tumpul. Untuk itulah jangan berhenti untuk terus belajar. Menggali ilmu dan pengetahuan dari berbagai sumber untuk dikolaborasi dengan ide, gagasan, dan pemikiran kita sehingga tercipta karya berbentuk tulisan yang bermanfaat buat orang banyak.

Selamat berkarya….

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Luar biasa Pak, inspiratif. Salam kenal, Badriah SMAN 2 Cianjur

04 Apr
Balas

Salam kenal juga Ibu Badriah. Saya di SMA 2 Semarang. Suskes buat Ibu.

04 Apr

Salam kenal juga Ibu Badriah. Saya di SMA 2 Semarang. Suskes buat Ibu.

04 Apr



search

New Post