Di Tepi Liang Itu
#Tantanganmenulisgurusiana
#Hari ke-222
Di Tepi Liang itu
Dan rintik hujan pun menyapa lembut
pada tiap tetesnya
di tepi liang itu
Bau tanah basah menebar
bercumbu pada harumnya kamboja
…
Angin tergantung di tiang sepi
Merapalkan setiap kepingan doa
yang merambat
pada kerudung hitam yang kau pakai
pada tatap sendu memerah
menebal pada kelopaknya
…
Jalan terjal dan licin
sudah terhampar di sana
akan dilalui setapak demi setapak
membawa setumpuk beban
pada hari-hari panjang
dan melelahkan
…
Ada tiga kepala
mulut-mulut polos menganga
menanti suap demi suap
Dan peran ganda pun akan dimainkan
dalam adegan baru drama kehidupan
Ketika layar babak pertama
Telah ditutup dengan tanah
Tanjungpandan, 17 September 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Pokoknya keren puisinya Pak. Terima kasih kunjungannya ya. Salam
Terimakasih bu
Mantap, hrs siap menerima kehilangan dan menggantikan perannya
Terimak kase
Melipat tangan di atas dada. Pergi dan tak kan kembali. Mata memerah, semerah hati yang terluka. Kehilangan sandaran jiwa... Puisinya keren pak Bas
Terimakasih bu
Keren kawan puisinya, sukses selalu
Trims Mang
Keren kek salam literasi
Trims nek
Keren Pak.
Trims buk
Keren Pak Basri. Semangat berliterasi, lancar beraktivitas, dan semoga sukses selalu. Amin.
Puisi nya keren pa salam sukses