Aku jadi termenung mendengar curhat pagi ini. Melihat dari apa yang tampak tak jauh, ada satu lagi pelajaran. Sebagai orang tua, khususnya ibu, pandai-pandailah menjaga lisan. Apalagi jika ucapan itu ditujukan untuk anak-anak kita. Ucapan orang tua untuk anaknya adalah doa. Sebaik-baiknya doa adalah doa yang membawa kebaikan bagi yang didoakan. Mungkin karena kebiasan orang Jawa yang selalu merendahkan diri, akhirnya terbawa juga dalam doa. Akhirnya, doa dia kemas dalam balutan basa-basi juga. "Le...Nduk, semoga nanti kamu berjodoh dengan orang yang mau mendampingimu dalam hidup rekasa (menderita)." Demikian doa itu selalu dia ucapkan. Dia tidak sadar bahwa di balik ucapannya itu terkandung harapan tidak baik, yaitu seolah dia sudah tahu bahwa anaknya nanti akan hidup menderita sehingga butuh seseorang yang bisa menemaninya. Sebelum doa itu menunjukkan buktinya, aku tak peduli dengan apa yang selalu diucapkannya. Tapi, setelah pagi ini bukti itu bercerita sendiri tentang hidup yang dipenuhi dengan derita, aku menjadi merenung sendiri. Aku kembali bertanya dalam.hati, mengapa orang tuanya dulu gemar berucap itu. Mengapa dia tak berpikir untuk berucap, "Le...Nduk, semoga besok kamu berjodoh dengan orang yang menemanimu dalam setiap dan semua hidupmu yang penuh kebahagiaan." Selamat pagi para orang tua. Selamat pagi ibu-ibu Indonesia. Mari kita selalu berlisan dengan baik karena ada sesuatu yang besar dalam lisan kita. Jangan buat anak kita terjebak derita karena doa kita.