Manusia pada dasarnya semua baik karena dilahirkan sama dengan hati dan pikiran yang baik, meskipun kondisi fisik yang berbeda. Nantinya menjadi kurang baik atau tetap baik, bergantung proses pematangan jasmani dan rohaninya. Perkembangan rohani khususnya, sangat dipengaruhi bagaimana ia mengelola pikiran dan hatinya. Semakin pandai dan bijak mengelola dalam setiap peristiwa dan masalah dalam kehidupan, maka semakin baik pribadinya. Salah satu indikator seseorang dapat mengelola hati dan pikirannya dengan baik, adalah selalu berhusnudzon terhadap apapun dan siapapun. Berhusnudzon harus selalu dibiasakan di manapun dan kapanpun meskipun menurut orang lain harus dicurigai. Kita harus selalu berpikir positif bahwa semua orang itu baik dan akan membawa kebaikan. Meskipun tidak selamanya hasil yang kita dapatkan kurang baik. Paling tidak kita sudah mengawalinya dengan kebaikan. Pikiran yang kurang baik terhadap orang lain akan mengotori hati dan pikiran kita. Kebiasaan selalu curiga dan negatif pada orang lain akan mencederai hati kita. Sebisa mungkin kita belajar meminimalkan bersuudzon. Selamat pagi teman-temanku. Selamat pagi anak-anakku. Untuk anak-anakku, jangan bersuudzon pada temanmu, ya. Tadi Ibu lihat, temanmu membuka bekalnya dengan mengumpet di balik tembok kelas. Bukan karena pelit seperti dugaan teman-teman. Tapi ketahuilah, ia menyendiri bukan karena tidak mau berbagi. Ia malu karena hanya sejumput garam dan setetes kecap yang menyertai nasi putih untuk bekal yang dimakannya tadi. Kalian akan berbalik meneteskan air mata. Mulai sekarang harus selalu berhusnudzon, ya.