Anda punya sahabat? Tentunya semuanya punya. Persahabatan tidak terbatas usia, jenis kelamin, dan pembeda lainnya. Sahabat adalah teman tempat kita berbagi atau bercurah berbagai rasa. Kita bersimbiosis tanpa ada niat untuk saling melukai. Sahabat selalu ada saat kita membutuhkan, meski sebatas saran atau pendapat. Komunikasi selalu kita usahakan dengan kualitas yang baik, meski tidak selalu harus face to face karena batas ruang dan waktu. Selalu ada tanya ini dan itu saat tak ada kabar tentangnya. Ada apa dengannya? Sehatkah ia? Jangan-jangan ia sedang sakit? Atau jangan-jangan ada sesuatu dengannya? Atau yang lainnya. Tetapi, saat sahabat itu tak lagi peduli dengan dengan Anda, meski sebatas say hello saja. Anda segera bertanya ada apa sebenarnya? Anda merasa ada yang kurang atau salah dan Anda pun minta maaf padanya. Astaga, jawab sahabat Anda sensi tingkat tinggi. Benarkah ini sensi tingkat tinggi? Bukankah itu sesuatu yang wajar kita lakukan jika menemukan sesuatu yang beda dari biasanya? Anda tentunya menginginkan jika ada yang salah atau kurang maka beritahulah, supaya Anda segera bisa mengubahnya. Tapi kalau hanya diam dan tak mau memberitahukan, bukankah akan mengganggu kualitas persahabatan? Selamat pagi sahabatku. Beda cerita kalau memang ingin menyudahi sebuah persahabatan. Seandainya ini bentuk tak mau lagi berbagi, bukan begitu caranya. Mau tahu caranya? Nanti aku beritahu cara yang lebih manis tanpa meninggalkan seribu tanya dan luka pada sahabatmu.