Berti Nurul Khajati

Berti Nurul Khajati dilahirkan di Purworejo, Jawa Tengah pada tanggal 19 Desember 1972. Guru SD Negeri Setia Asih 06 Tarumajaya, Bekasi ini gemar membaca sejak ...

Selengkapnya
Navigasi Web
IBU MILENIAL TETAP MANUSIA, BUKAN ROBOT BERNYAWA

IBU MILENIAL TETAP MANUSIA, BUKAN ROBOT BERNYAWA

Apa yang terpikir di benak kita demi mendengar istilah ibu milenial? Apakah sosok wanita setengah robot dengan anggota badan bionik dengan otak secanggih chip seperti yang sering ditayangkan dalam film-film Holywood? Nah, sebelum membahas lebih jauh tentang sosok ibu milenial beserta perannya di dunia milenia, ada baiknya kita pahami terlebih dahulu dari pengertiannya.

Milenia, sapaan cantik yang akrab di telinga kita saat ini adalah sebuah era, yang tak dapat kita pungkiri lagi, yang telah begitu menyatu dalam kehidupan masa kini. Dari akar katanya, millenia atau millenium berasal dari bahasa Latin mille, yang berarti ribu, dan annus, yang berarti tahun. Jadi, millenia atau millenium dapat diartikan sebagai periode seribu tahun. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata milenium didefinisikan sebagai masa atau jangka waktu seribu tahun.

Bagaimana dengan milenial? Milenial atau millenials adalah generasi yang lahir antara tahun 1980 sampai dengan 2000. Ini berarti, sebagian dari ibu yang ada di dunia dan di Indonesia merupakan ibu milenial, sedangkan anak-anak kita pun merupakan generasi milenial. Generasi ini sangat mahir dalam bidang teknologi karena sejak lahir mereka telah mengenal televisi berwarna, telepon genggam dan internet. Teknologi telah menjadi bagian hidup sejak lahir.

Lalu apa hubungannya dengan sosok ibu? Sosok ibu tentu sangat akrab melekat dalam hati kita. Sentuhan tangannya yang lembut dengan suara merdu begitu keibuan, membuat kita merasa terlindungi dalam pelukan hangatnya. Ibu adalah simbol kehangatan dan kelembutan yang mampu memberikan kedamaian dalam hati setiap insan yang berperan sebagai anak. Sosok yang selalu berjasa dalam hidup kita, dengan kasih sayang sepanjang perjalanan hidup.

Dalam perkembangannya, sosok ibu tradisional perlahan tergeser oleh putaran zaman. Kini, sosok ibu telah berganti dengan penampilan modern dan lincah dalam kesehariannya. Kesibukan seorang ibu kini tidak hanya terhenti pada urusan domestik atau urusan rumah tangga, namun telah merambah dunia pria, yakni ranah sosial yang dahulu hanya didominasi oleh para pria. Walhasil, ibu-ibu produktif zaman now (meminjam istilah yang tengah naik daun) lebih terbuka bersaing dengan rival lelakinya, dengan mengandalkan segala keunggulan cara pandang periferalnya.

Mengapa demikian? Wanita dengan sudut pandang periferal lebih mudah menyandingkan berbagai macam pekerjaan dalam satu waktu, sementara pria dengan sudut pandang hosizontalnya lebih fokus memandang lurus, terpusat pada satu titik. Hasilnya, wanita memiliki lebih banyak pilihan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan cara yang berbeda-beda, tidak terfokus pada satu cara semata. Itulah salah satu keunggulan wanita, dibalik kelemahannya yang peka perasaannya dan sering menjatuhkan air mata dalam setiap problematika.

Meninggalkan masa seribu tahun kedua (milenium kedua) terasa peran wanita, yang sebagian besar adalah sosok ibu, semakin mendominasi hampir di setiap lini kehidupan. Pekerjaan yang dirambah wanita bukan hanya wilayah domestik yang memang diakrabi sejak awal, namun meluas ke wilayah sosial bahkan menuju ke area profesi dominasi pria seperti teknisi, mekanik, arsitek, bahkan atlet binaraga. Semua yang dilakukan oleh wanita tidak lantas membuatnya menjadi lupa pada kodrat kewanitaannya, yaitu mengasuh dan mendampingi anak, meski dengan cara yang berbeda.

Menginjak milenium ketiga, semakin lama semakin terasa sebagai era wanita. Semakin banyak wanita yang menduduki tampuk kepemimpinan dalam pemerintahan, menjadi penggiat misi perlindungan lingkungan mulai dari sekitar rumah hingga merambah area hutan liar. Semakin banyak peran wanita dalam segala bidang profesi, mulai profesi yang berkesan feminim seperti baby sitter atau pengasuh bayi, dokter, guru, hingga profesi yang terasa nun jauh di sana seperti teknisi pesawat terbang, ahli forensik, hingga pendaki gunung. Sebuah pilihan profesi yang tidak main-main, dan membutuhkan tanggung jawab mutlak yang tak dapat ditawar-tawar lagi.

Apakah wanita yang demikian telah menjauhkan diri dan lupa pada kesejatiannya? Jawabannya adalah tidak. Mengapa? Tentu ada alasan tersendiri untuk para wanita yang memilih profesi ekstrim yang lebih pantas digeluti oleh kaum pria.

Alasan utama adalah kesempatan. Kini, kesempatan wanita untuk berkarir setara dengan pria terbuka lebar. Dengan modal otak yang sama, persaingan di dunia kerja tak lagi mengutamakan pilihan gender, namun lebih condong kepada sisi profesionalisme. Siapapun yang memenuhi persyaratan itu, dia berhak memenangkan persaingan.

Alasan berikutnya adalah kemajuan teknologi yang kini dapat dijangkau oleh siapa saja, termasuk kaum ibu, memicu semua kalangan untuk lebih aktif di media sosial agar tak tertinggal informasi di segala bidang. Banyak jenis pekerjaan yang dapat dikerjakan tanpa meninggalkan rumah hanya berbekal perangkat elektronik seperti telepon genggam atau komputer. Dengan dukungan jaringan internet yang bagus, sebuah bisnis raksasa dapat dikendalikan melalui sentuhan jari.

Alasan terakhir ini tampaknya menjadi alasan terkuat mengapa ibu milenial harus hadir pada saat ini. Lahirnya generasi milenial telah menuntut para ibu yang lahir pada generasi sebelumnya untuk mengenal dan akrab dengan kehidupan di era milenia. Seorang ibu harus mampu mendidik anak-anaknya, generasi milenial yang tak pernak lepas dari segala jenis perangkat teknologi dan ubarampenya. Bagaimanapun keadaannya, seorang ibu harus mampu mengimbangi anak-anaknya agar dapat selalu menjaga dan mengendalikan aktifitas anak-anaknya.

Jadi jelaslah, ibu milenial abad ini adalah sosok ibu yang berupa manusia biasa, masih dengan ciri khas kelembutan dan keibuannya, lengkap dengan kasih sayangnya yang bergulir sepanjang usia. Ibu milenial adalah sosok tangguh yang sanggup bersaing dengan segala kemampuan periferalnya, menyelesaikan pekerjaan dan permasalahan hidup dengan keahlian multitaskingnya tanpa meninggalkan tugas keibuannya. Ibu milenial harus mampu mengendalikan aktifitas dan gerak-gerik anak-anaknya yang cepat tumbuh dan berkembang bersama teknologi, melesat bak luncuran meteor membelah ruang angkasa.

Ibu milenial bukanlah semacam bionic woman yang berotak chip komputer dan melakukan segala aktifitasnya seperti robot. Dialah ibu yang masih setia mendampingi dan mendidik anak-anaknya tanpa lelah. Dialah ibu sejati yang berani bersaing dalam kerasnya masa, belajar cepat untuk menguasai medan kehidupan, mengejar ketertinggalan dalam teknologi, memperluas wawasan dan pengetahuan demi menghasilkan generasi unggul masa depan.

Ibu milenial masih tetap manusia, yang bisa meneteskan air mata kala problematika dan kesedihan memenuhi perasaan wanitanya. Ibu yang masih mengasuh anak-anaknya dengan belaian kehangatan seorang ibu sejati. Ibu yang menumpahkan perhatian dan kasih sayangnya kepada anak-anaknya agar tumbuh menjadi generasi milenial yang perkasa, tanpa melupakan hakikat kemanusiaannya. Ibu yang memegang kendali kebesaran bangsa, yang mendidik dan mengawal putra-putri Pertiwi menggapai citanya. Ibu yang luar biasa.

Bekasi, 25 November 2017

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post