Berti Nurul Khajati

Berti Nurul Khajati dilahirkan di Purworejo, Jawa Tengah pada tanggal 19 Desember 1972. Guru SD Negeri Setia Asih 06 Tarumajaya, Bekasi ini gemar membaca sejak ...

Selengkapnya
Navigasi Web
ISTRI YANG TERBUNUH

ISTRI YANG TERBUNUH

Rangga terbangun dari mimpi dengan tubuh berkeringat dingin. Terbayang jelas wajah Sriyanti menyeringai dengan gigi taringnya yang tajam berlumuran darah. Tubuh Rinai tergeletak tanpa nyawa di samping ranjang pengantin, persis semalam semenjak pesta perkawinan itu dilangsungkan. Leher mulus Rinai yang belum sempat disentuhnya berlubang seperti bekas isapan vampire.

***

Gaun pengantin berwarna kuning gading begitu luwes membalut tubuh sintal Rinai. Warnanya serasi dengan dekorasi ruang resepsi yang dirancang dengan teliti, nyaris sempurna di mata Rangga. Mengenakan 'tuxedo' hitam untuk mengimbangi gaya busana Rinai, Rangga tampak tampan sempurna dengan penampilannya.

Bertabur senyum, pasangan pengantin yang berbahagia menerima salam dan ucapan selamat dari para undangan. Sementara agak jauh dari sudut kompleks, sepasang mata mengawasi hampir tanpa kedip sosok pengantin pria yang tengah mengumbar senyum bahagia. Dicatatnya baik-baik penggalan dialog yang masih lekat di benaknya. "Tunggulah, Dik. Aku pergi hanya untuk sementara. Nanti, saat aku sudah sukses dalam usaha, aku akan kembali untuk melamarmu." Sambil mengusap air mata Sriyanti yang mengalir tanpa henti, Rangga tampak yakin dengan ucapannya. Tak ada cara lain bagi Sriyanti untuk tidak mempercayai kata-kata Rangga. Terbukti selama ini Rangga tak pernah berpaling pada gadis lain. Hanya Sriyanti satu-satunya wanita yang diharapkan menjadi istrinya kelak.

Lima tahun penantiannya terasa sia-sia. Sriyanti tetap menunggu di kampung kecilnya yang terasa dingin. Entah karena ketidakhadiran Rangga semenjak kepergiannya ke Jakarta ataukah memang kampung ini sungguh-sungguh dingin cuacanya sejak awal. Beberapa pemuda tetangganya sebenarnya tertarik pada Sriyanti. Namun terbentur pada sopan-santun dan etika yang ada, mereka tak dapat seenaknya mendekati Sriyanti yang telah menjadi "milik" Rangga. Sriyantipun tak hendak mengkhianati Rangga. Gadis itu begitu yakin Rangga akan segera mengajaknya berdampingan dalam mahligai rumah tangga yang bahagia.

***

"Mbak, maaf. Iring-iringan pengantin mau lewat." Sriyanti tersentak mendengar teguran Satpam yang bertugas menjaga keamanan dalam perhelatan besar itu. Perlahan Sriyanti beringsut menjauh sambil menyusut air matanya. Tak ada yang memperhatikan tingkahnya karena semua mata sedang terpusat perhatiannya pada perhelatan akbar yang baru kali ini diadakan di kampung kecil itu. Pun tak ada yang menyadarinya saat Sriyanti menyeringai sambil mengusap bibirnya yang tiba-tiba berdarah.

Tiba-tiba Rangga tersentak. Dari kaca spion dilihatnya sosok Sriyanti dengan mulut berdarah. Seketika teringat mimpinya beberapa malam yang lalu. Ketakutan itu tiba-tiba menyeruak begitu saja. Diingatnya penggalan janjinya pada Sriyanti yang tak pernah dipenuhinya. Janji yang selalu membayangi hidupnya ke manapun ia pergi, hingga Rangga terbangun dari mimpi masa depan yang telah dibangun ketika dia bukan apa-apa. Impian masa depan yang ditumpahkan pada harapan Sriyanti sehingga tak ada celah baginya untuk menerima perhatian dari lelaki lain. Harapan yang ditanamnya dalam-dalam hingga tak memberikan kesempatan benih cinta lain tumbuh di hatinya. Ah, Rangga merasa begitu berdosa, menukar harapan besar itu dengan pesona lain yang selalu ada di dekatnya selama dia merantau di ibukota.

Rinai terbangun tiba-tiba. Rumah yang baru ditinggalinya semalam terasa sepi. Malam yang berlalu terasa sangat berbeda dengan malam-malamnya di Jakarta. Desa Teges di wilayah kecamatan Bruno yang berbatasan dengan Wonosobo ini terasa dingin menggigit. Tak terbayangkan dinginnya jika Rangga menepati janjinya menginap di dataran tinggi Dieng seperti yang diucapkannya bulan lalu. Sejenak tubuhnya limbung saat tiba-tiba sebuah dekapan dari belakang menyambarnya. Terasa lehernya seperti tersayat sebelum akhirnya Rinai jatuh pingsan di sisi ranjang.

Rangga menegang. Bayangan Sriyanti begitu meneror perasaannya. Bibirnya yang berdarah seolah menyeringai dengan lelehan air mata bercampur darah dari mata merahnya. Rambut hitamnya tergerai kusut seolah-olah penuh leleran darah kering. Spontan Rangga terbangun dari mimpi dan menubruk bayangan Sriyanti yang tiba-tiba berdiri membelakangi di sisi ranjangnya. Tanpa kata digigitnya leher Sriyanti agar tak mampu melaksanakan niatnya mengisap darah Rinai.

Pagi yang dingin dan berembun, Sriyanti berlalu dari desa masa lalunya. Menumpang kereta Arga Lawu dari Stasiun Kutoarjo menuju kota Malang, kota harapannya kini. Sriyanti tak pernah tahu kisah Rangga yang hampir membunuh istrinya sendiri yang kini terbaring di ruang perawatan Rumah Sakit Tjitrawardaya. Sedangkan Rangga terpaksa dibawa ke Kramat, Magelang untuk mendapatkan penanganan psikologis yang lebih memadai.

***

Rangga terbangun dari mimpi dengan tubuh berkeringat dingin. Terbayang jelas wajah Sriyanti menyeringai dengan gigi taringnya yang tajam berlumuran darah. Tubuh Rinai tergeletak tanpa nyawa di samping ranjang pengantin, persis semalam semenjak pesta perkawinan itu dilangsungkan. Leher mulus Rinai yang belum sempat disentuhnya berlubang seperti bekas isapan vampire. Dibalikkannya tubuh istrinya yang bersimbah darah. Boneka Barbie itu telah berkali-kali diminta oleh petugas medis Rumah Sakit namun Rangga tak mau melepaskannya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terima kasih bu Badriah. Mencoba mengulik sisi psikologis manusia. Salam literasi

19 Feb
Balas

Menarik

19 Feb
Balas



search

New Post