BIBIT SIH HANDOKO, M.Pd

Pengajar SMKN 1 Turen...

Selengkapnya
Navigasi Web

LEARNING BY DOING, UPAYA MELATIH “LIFE SKILL” BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

LEARNING BY DOING, UPAYA MELATIH “LIFE SKILL”

BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Bibit Sih Handoko

SMK Negeri 1 Turen

Kabupaten Malang

A. PENDAHULUAN

Membahas mengenai Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah membahas mengenai suatu ke’unikkan’, betapa tidak dalam satu gangguan saja begitu banyak perbedaan dan keunikkan yang dimiliki oleh masing-masing ABK. Keunikkan ini memang harus disyukuri sebagai anugerah Allah yang diberikan kepada kita untuk ditelaah dan dididik sehingga menjadi pribadi-pribadi yang mandiri dan bermanfaat bagi mahluk lainnya. Tentunya dalam proses mendidik ABK bukanlah perkara yang mudah bagi kita sebagai guru maupun orangtua, namun berbagai macam tantangan harus kita tempuh demi berkembangnya dengan baiknya anak-anak yang dititipkan kepada kita. Tantangan tersebut membuat kita menjadi matang dan memiliki inovasi dan kreatifitas lebih dalam mendidik anak-anak kita, bukan sebaliknya justru dapat membuat kita menjadi frustasi terhadap apa yang kita kerjakan.

Salah satu kemampuan yang ‘wajib’ kita ajarkan terhadap ABK adalah life skill, yaitu kemampuan yang dibutuhkan ABK kelak ketika mereka sudah besar dan hidup ditengah masyarakat, baik kemampuan bina diri maupun kemampuan-kemampuan lainnya yang dipergunakan secara mandiri dalam dunia kerja.

Life skills atau kecakapan hidup adalah sebagai pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan oleh seseorang agar menjadi independen dalam kehidupan. Mengajarkan life skill kepada ABK kita mulai dari hal yang paling realistis untuk mereka lakukan, misalkan ajarkan anak kita kemampuan-kemampuan dasar dalam membina diri (self help), seperti toileting, memakai pakaian, makan dan minum, mandi, menyikat gigi (hygiene). Setelah itu kembangkan secara bertahap kepada skill yang lebih tinggi lagi yang membutuhkan kesiapan diri lebih kompleks. Kita bisa mengajarkan kepada anak-anak kita aktifitas-aktifitas keseharian di rumah seperti merapihkan tempat tidur, menyapu halaman, mengepel lantai, membersihkan meja makan dll. Dalam melatih aktifitas ini kita harus melibatkan orang lain yang berada dalam satu rumah, hal ini dimaksudkan selain life skill yang akan diraih maka interaksi sosial antara ABK dengan lingkungan sekitar akan terbentuk. Lakukanlah aktifitas ini secara rutin, dan perlu diingat bahwa yang terbentuk dalam proses belajar ABK adalah mereka Belajar Sambil Melakukan ( Learning By Doing). Kalaulah anak-anak “normal” belajar bisa melalui berbagai macam ‘sarana’ baik melalui kecakapan kognitif, afektif dan psikomotoriknya yang beragam maka ABK juga bisa memaksimalkan fungsi tersebut, hanya saja harus melalui proses pembiasaan yang dilakukan oleh lingkungan sekitarnya. Sangat perlu diingat oleh kita bahwa ABK tidaklah dapat menguasai berbagai macam keterampilan dalam waktu yang sama, artinya cukuplah kita mengajarkan kepada mereka sesuatu yang memang menjadi minat dan bakat mereka (satu atau dua kemampuan saja), yang terpenting adalah konsistensi kita dalam mengembangkan minat dan bakat ABK tersebut. Bukan bermaksud mengecilkan kemampuan ABK, akan tetapi demi untuk mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimilikinya menjadi nilai guna yang sangat bermanfaat di kehidupannya kelak setelah dewasa dan terjun di masyarakat. Semoga langkah-langkah kecil yang kita lakukan secara konsisten dan berkesinambungan dapat mengembangkan anak-anak kita menjadi pribadi yang mandiri dan tidak tergantung dengan oranglain dengan bekal yang diberikan. Pendidikan berkebutuhan khusus menganut prinsip-prinsi pedagogi yang sehat yang dapat menguntungkan semua anak. Berbagai kondisi anak dengan segala perbedaannya adalah normal dan oleh karenanya pembelajaran itu harus disesuaikan dengan kebutuhan anak, bukannya anak yang disesuaikan dengan kecepatan dan hakekat proses belajar. Pembelajaran yang berpusat pada anak akan lebih efektif dan menguntungkan bagi semua pihak, khususnya bagi anak secara keseluruhan. Di dalam sekolah inklusif, anak yang berkebutuhan khusus seyogyanya menerima segala dukungan tambahan yang mereka butuhkan untuk menjamin efektifnya pendidikan mereka. Sekolah inklusif ini juga merupakan alat yang paling efektif untuk membangun karakter anak bagi anak yang berkebutuhan khusus, juga akan menumbuhkan solidaritas antara anak berkebutuhan khusus dengan teman-teman sebayanya. Mempunyai hak-hak yang sama dan layak merupakan keinginan oleh setiap orang yang hidup didunia ini tak lain halnya dengan para ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) yang ada disekitar kita, terutama untuk mendapatkan hak-hak yang sama dan layak pada dunia pendidikan, mendapatkan pendidikan yang berkualitas tidak hanya diperuntukan oleh para mereka yang hidupnya normal melainkan hak tersebut juga berhak diberikan oleh semua kalangan terutama pada ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) sendiri merupakan anak-anak penerus bangsa ini yang kurang beruntung/menyandang Dissabalitas, Anak Berkebutuhan Khusus dahulu disebut sebagai Anak Luar Biasa, di definisikan sebagai anak yang memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk mengembangkan potensi kemanusiaan mereka secara sempurna, anak luar biasa di sebut sebagai anak berkebutuhan khusus, karena dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, anak ini membutuhkan bantuan layanan pendidikan, layanan sosial, layanan bimbingan dan konseling, dan berbagai jenis layanan lainnya yang bersifat khusus. Dalam proses pembelajaran, sekolah mengakomodasi semua anak tanpa memandang kondisi fisik, intelektual, sosial, emosi, ataupun kondisi-kondisi lainnya. Sekolah inklusif seyogyanya memungkinkan semua anak belajar bersama tanda memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada diri mereka. Penulis bermaksud untuk memberikan alternatif pembelajaran yang lebih mengena bagi anak berkebutuhan khusus melalui karya tulis essai dengan judul: Learning By Doing, Upaya Melatih “ Life Skill” Bagi Anak Berkebutuhan Khusus.

B. PEMBAHASAN

1. Life Skills atau Kecakapan Hidup dalam Pendidikan

Pengertian pendidikan life skills atau pendidikan kecakapan hidup terdapat perbedaan pendapat, namun esensinya tetap sama. Life skills atau kecakapan hidup adalah sebagai pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan oleh seseorang agar menjadi independen dalam kehidupan.

Menurut Anwar (2004) life skill adalah pendidikan yang dapat memberikan bekal ketrampilan yang praktis terpakai, terkait dengan kebutuhan pasar kerja, peluang usaha dan potensi ekonomi atau industri yang ada di masyarakat. Sementara itu team Broad base education, Depdiknas mendefenisikan life skills sebagai kecakapan yang dimiliki oleh seseorang agar berani dan mau menghadapi segala permasalahan kehidupan dengan aktif dan proaktif sehingga dapat menyelesaikannya.

Life skills adalah pengetahuan dan sikap yang diperlukan seseorang untuk bisa hidup bermasyarakat. Life skills memiliki makna yang lebih luas dari employability skills dan vocational skills. Pengertian hidup di sini, tidak semata-mata memiliki kemampuan tertentu saja (vocational job), namun ia harus memiliki kemampuan dasar pendukungnya secara fungsional seperti membaca, menulis, menghitung, merumuskan dan memecahkan masalah, mengelola sumber-sumber daya, bekerja dalam tim atau kelompok, terus belajar di tempat bekerja, mempergunakan teknologi, dan sebagainya (Djatmiko, 2004).

Employability skills mengacu kepada serangkaian keterampilan yang mendukung seseorang untuk menunaikan pekerjaannya secara berhasil. Employability skills terdiri dari 3 (tiga) gugus keterampilan, yaitu:

1. Keterampilan dasar

2. Keterampilan berfikir tingkat tinggi

3. Karakter dan keterampilan afektif

2. Konsep Learning By Doing dalam Pembelajaran

Pembelajaran dengan berbuat (Learning by Doing) dikembangkan oleh John Dewey yang menyatakan bahwa “men have to do something to the this when they wish the find out something, they have to other conditions”. Pendekatan pembelajaran dengan berbuat dalam aktifitas kegiatan pembelajaran seyogyanya melibatkan minat, tujuan, perilaku dan belajar mengalami pada situasi yang sesungguhnya. Pendekatan pembelajaran ini lebih mengembangkan hasil yang nyata dan kecakapan, karena memiliki fungsi sebagai berikut:

ü Memperkenalkan beberapa realita dalan pengajaran.

ü Melaksanakan serangkaian pengajaran langsung dengan

melibatkan siswa untuk memecahkan masalah dengan bimbingan

guru.

ü Prinsip-prinsip dan karakteristik pendekatan Learning by Doing

Prinsip-prinsip yang harus dipertimbangkan dalam pembelajaran bekerja langsung yaitu:

ü Melibatkan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar, karena pendekatan ini menekankan pada pengalaman siswa secara langsung yang berkenaan dengan kompetensi yang harus dikuasai.

ü Menyediakan pendekatan multi sensori bagi siswa ketika berlangsung pembelajaran, seperti mendengar, merasa, mencium, dan mencipta objek-objek yang dipelajari.

ü Memberikan kompetensi bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan menggunakan material dan melakukan eksperimen.

Interaksi edukatif selayaknya dibangun guru berdasarkan penerapan aktivitas siswa, yaitu belajar sambil melakukan (Learning by Doing). Melakukan aktivitas atau bekerja adalah bentuk pernyataan dari siswa bahwa pada hakekatnya belajar adalah perubahan yang terjadi setelah melakukan aktivitas atau bekerja. Keterlibatan siswa tidak hanya sebatas fisik semata, tetapi lebih dari itu terutama adalah keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan. Pada aspek lain guru juga menkondisikan anak didik dengan menggunakan bentuk-bentuk pengajaran dalam konteks Learning by Doing, diantaranya:

ü Menumbuhkan motivasi belajar siswa

ü Mengajak siswa beraktivitas

ü Mengajar dengan memperhatikan perbedaan individual

ü Mengajar dengan umpan balik

ü Mengajar dengan pengalihan

ü Penyusunan pemahaman yang logis dan psikologis

Terkait dengan pola pembelajaran, pengalaman menjadi faktor yang tak terpisahkan. Pendidikan bagi siswa harus diintegrasikan dengan lingkungan kehidupan siswa yang banyak menghadapkan dengan pengalaman langsung. Lingkungan kehidupan siswa dalam kelompok, banyak memberikan pengalaman bagaimana cara melakukan sesuatu yang terdiri dari serangkaian tingkah laku.

3. Pendekatan Leaning By Doing Untuk Melatih Life Skill Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Seperti banyak dipahami bahwa learning by doing adalah ketika anak-anak didik, sengaja dididik dengan mengkombinasikan sistem pemelajaran tutorial disertai dengan melakukannya, praktik lebih tepatnya. Dengan metode ini ternyata ada pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan motorik anak. Khususnya kemampuan dalam menggerakkan fisiknya dalam melakukan proses pembelajaran. Secara tidak langsung guru telah mengarahkan siswa untuk mengombinasikan aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Berbeda sekali jika dibandingkan dengan pembelajaran yang hanya berkutat pada teori atau ceramah saja. Lebih dari itu, dengan metode ini anak akan mampu mendemonstrasikan pengalamannya secara langsung meskipun apa yang dilakukan melalui proses try and error. Ada beberapa metode dan model pembelajaran bagi anaka berkebutuhan khusus yang menekankan pada pengalaman siswa secara langsung, diantaranya adalah:

1. Metode proyek , metode ini sangat mungkin diterapkan, karena metode proyek merupakan salah satu cara pemberian pengalaman belajar dengan menghadapkan anak dengan persoalan sehari-hari untuk dipecahkan secara kelompok. Dalam pelaksanaanya, metode proyek memposisikan guru sebagai fasilitator yang harus menyediakan alat dan bahan untuk melaksanakan “proyek” yang berorientasi pada kebutuhan dan minat siswa dan menantang siswa untuk mencurahkan segala kemampuan, keterampilan serta kreativitasnya.

2. Metode eksperimen juga termasuk metode yang menggunakan pendekatan Learning by Doing, karena metode eksperimen merupakan cara pengajaran dimana guru dan murid bersama-sama melakukan suatu latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari suatu aksi.

3. Metode karya wisata adalah suatu cara penguasaan bahan pelajaran oleh para siswa dengan jalan membawa mereka langsung ke objek yang terdapat diluar kelas atau dilingkungan kehidupan nyata, agar mereka dapat mengamati atau mengamati secara langsung.

Salah satu cara yang paling efektif mengajarkan life skill kepada ABK adalah dengan menggunakan analisa tugas dengan cara :

1. Latih dari hal yang paling ia senangi untuk dipelajari.

2. Tuliskan langkah-langkah secara lengkap apa saja yang harus dilakukan oleh ABK dalam melakukan aktifitas life skill nya (misalkan dalam mengajarkan ke kamar mandi, maka langkah-langkah dari membuka kamar mandi sampai membersihkan diuraikan secara rinci).

3. Ajarkan kepada anak life skill secara bertahap dan berurutan.

4. Bantu dengan bantuan visual untuk menjelaskan aktifitas yang akan dilakukan oleh anak,

5. Contohkan aktifitas yang dilakukan secara bertahap kepada anak.

6. Beri kesempatan kepada anak untuk langsung merasakan aktifitas yang sedang dilakukannya (learning by doing)

7. Menilai mana saja aktifitas yang dilakukan dengan bantuan orang lain (seperti memasukkan pakaian kedalam keranjang) akan tetapi masih dibantu oleh orang lain sebagian.

8. Bantulah aktifitas mana yang dirasakan sulit oleh anak untuk melakukannya dengan contoh secara langsung.

9. Perkuat dengan cara pengulangan kepada aktifitas-aktifitas yang telah dikuasai oleh anak.

10. Menilai bagian mana saja dari aktifitas tersebut yang sudah dilakukan tanpa bantuan dari orang lain.

11. Konsisten dengan aktifitas yang telah telah berhasil dilakukan

C. KESIMPULAN

Metode pembelajaran pada ABK merupakan cara yang di gunakan guru untuk menyampaikan materi yang telah rancang untuk siswa yang mempunyai Kebutuhan Khusus atau penyandang disabilitas. Sangat penting dalam memilih strategi dan metode pengajaran dalam mengajar pada anak berkebutuhan khusus.Untuk itu seorang guru harus dapat melilih strategi dan metode pengajaran yang paling efektif untuk anak berkebutuhan khusus.

Dari pembahasan yang telah dipaparkan, bahwasannya metode pembelajaran yang digunakan dalam pengajaran anak berkebutuhan khusus adalah learning by doing (belajar dengan melakukan).

Dalam penyampaiannya seorang guru harus menyampaikan secara satu per satu kepada setiap siswa karena dalam kelas tersebut terdapat beberapa siswa penyandang disabilitas yang berbeda. Yang lebih penting lagi pembelajarannya dengan konsep melakukan sendiri sehingga menjadi sesuatu yang berkebiasaan. Apalagi menyangkut pembelajaran untuk kebutuhan dasar para disabilitas perlu pendekatan yang lebih menyeluruh , terarah, dan mengena pada kebutuhan pribadi anak berkebutuhan khusus ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar. 2004. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education): Konsep dan Aplikasi. Bandung : Alfabeta.

Depdiknas. 2002. Pengembangan Pelaksanaan Broad-Based Education, High Based Education, dan Life Skills di SMU. Jakarta: Depdiknas.

Dewey,J. 1907. School and Society. Being three lectures by John Dewey supplemented by statement of the University Elementary School. Chicago : University of Chicago Press.

Djatmiko, Yayat, H. 2004. Kumpulan Perkuliahan Ekonomi Pendidikan S3. Bandung: UPI Prodi: Administrasi Pendidikan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post