Antara Teori dengan "Pokoknya Nulis"
Para motivator penulisan biasanya membeberkan teori-teori atau trik atau kiat-kiat untuk menghasilkan tulisan dalam jumlah dan kualitas yang bagus. Pada kesempatan yang sama, Si Motivator biasanya juga menganjurkan agar kita menulis mengenai apa saja dengan cara kita, tak perlu dirisaukan dengan teori atau trik atau resep yang mengatakan harus begini atau begitu.
Itu dua hal yang bertentangan, bukan? Kalau kita mau nulis ya pokoknya nulis saja, buat apa ceramah-ceramah, kuliah mengenai penulisan kreatif digelar, bahkan banyak yang mesti berbayar pula? Buat apa buku-buku teori penulisan kreatif diterbitkan?
Siapa sebenarnya mereka itu, para motivator itu? Mereka ingin kita segera menulis atau termangu-mangu di antara teori dengan "pokoknya nulis"?
Bagaimana pendapat Anda?
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Awalnya.. Aku menulis aja dulu.
Menulis, menulis dan menulis
Menulis sambil belajar...
Dipilih kedua-duanya, Mas. Diramu dan dikolaborasikan. Menulis sambil belajar. Kalau belajar teori aja dulu, ntar kalau gak pinter-pinter, kapan nulisnya? Jadi, kalau saya, ya menulis sambil belajar. Buku-buku teori menulis pun tidak sia-sia jadinya. Jazakumullah khoiron katsiro untuk pembelajarannya. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah....mas.