Nduga Terluka, Duka Indonesia
Nanar mata membaca berita
Panas hati mengurai tiap bait kata
Sekali lagi, darah tertumpah di bumi Papua
Nduga terluka, duka Indonesia
Apa yang kau cari?
Apa kau minta?
Sehingga tega kau tumpahkan darah dari mereka yang tak berdosa
Kau koyak kain bahagia dari keluarganya
Kau bakar selembar asa dari anak-anaknya
Kau banjirkan airmata pada mereka
Siapapun namamu, dibalik tragedi Nduga
Takkan lelap tidurmu
Takkan nyaman hidupmu
Dan takkan pernah tercapai mimpi-mimpi kosongmu
Dalam bayang derai airmata mereka yang tiada
Ini bukan ancaman
Bukan pula sesumbar pengecut sang pecundang
Yang hanya berani tembak yang lemah dari kejauhan
Ini janji anak bangsa
Turut berdiri tegak, tuk rajut kembali Nduga yang terkoyak
Kali kedua Nduga terluka
Tak pudar dalam ingatan, kala guru dan tenaga medis teraniaya dalam sandera
Bahkan ada yang jadi pelampiasan nafsu durjana
Takkan ada kali ketiga
Kita bergerak dalam satu kata
Lawan !!!
Puisi didedikasikan penulis untuk korban tragedi Nduga, pada pahlawan pembangunan yang harus teraniaya, kehilangan kehormatan dan nyawa di bumi Papua
Teriringkan dukungan sepenuh hati pada jajaran POLRI dan TNI untuk menumpas siapapun yang mencoba mengoyak negeri ini, NKRI harga mati.
Selamat datang di dunia literasi, dunia baca tulis kunci gerbang peradaban zaman, dunia buku tempat ilmu bertumpu.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Terimakasih Ibu Fila. Saling menguatkan dan saling mengingatkan. Ada ribuan mata saudara kita di Papua, yang tertatih mengejar ketertinggalan. Tak terperhatikan, nyaris kelaparan di lumbung padi, dan kehausan di tengah lautan. Mereka menjadi penonton di tengah kekayaan alam yang melimpah. Saat segalanya mulai dibenahi, masih ada saja pihak yang tak ambil peduli. Gadaikan segalanya untuk ambisi.
Prihatin dengan tragedi Nduga. Tragedi yang mestinya tak perlu terjadi, bila mereka yang melakukan itu, punya hati manusia ... Hanya para pengecutlah yang membunuh orang orang tak bersenjata...
Njih Ibu Dyah, benar sekali. Hanya pengecut tak bernurani yang lakukan perbuatan keji ini. Mereka bukan lagi manusia, tetapi syetan pembunuh bertopeng manusia. Semoga Allah akan segera memberikan jalan terang menumpas KKB tersebut.
Persatuan harus diperkuat, perjuangan mereka yang digarda depan dengan dukungan dan doa seluruh rakyat, semoga tak akan pernah ada kali ketiga. Terimakasih sudah mengingatkan kita Bunda Ayu' . Mereka semua adalah saudara , semoga Nduga kembali tenang..barakallah Bund
Amin. Terimaksib Bunda Marlupi. Semoga doa-doa seluruh masyarakat Indonesiak akan terkabukan oleh Allah SWT.
NKRI harga mati. Jangan berikan ruang bagi gerak yang memecah bangsa. Nduga terluka, tidak akan ada yang ketiga kali. Bukan ancaman tetapi ini janji dan tekat anak negeri. Darah nan suci telah tertumpah menembus bumi pertiwi, kelak kan menyuburkan tumbuhnya mujahid/ah penumbang tirani. Nduga terluka takkan terulang lagi. Doa restu dan ridho ilahi memeluk POLRI dan TNI yang berjuang ikhlas wujudkan janji ini. Semoga Allah SWT kan ganti darah tertumpah ini dengan semerbak harum mewangi, berselimutkan kesabaran di hati keluarga yang dicintai. Semoga terlelap indah di pelukan ilahi hingga hari hisab nanti, bagimu pahlawan bumi pertiwi. Tulisan Bu Guru mampu bangkitkan nasionalisme di hati. Jazakillah khoir, salam sehat dan sukses selalu. Barakallah, Bu Guru.
Terimakasih Ibu. Rasa amarah dan geram bergumul jadi satu atas kekejian mereka yang tak punya nurani. Tak akan ada lagi kesempatan mereka untuk lari dan pergi. Akan kita kejar sampai ke ujung bumi agar mereka bertanggungjawab. Tak akan berhenti kami berlari, wujudkan damai dan bangun asa di bumi Papua. Di sini, kami berdiri. Satukan tekad untuk negeri. satukan gerak dalam ayunan pena, satukan dukungan dalam guratan tulisan. Papua, kami ada untukmu. Njih Ibu, semoga selaksa kesabaran akan senantiasa bersemayam bagi mereka yang ditinggalkan. Terimaksih Ibu.
Waduh aku telat banger nih, puisi yang sangat menngugah rasa nasionalisme luar biasa, betul Indobesia bagian timur, masih rawan dengan kelompok-kelompok yang ingin menghancurkan NKRI, semoga tidak terulang lagi. Sukses selalu dan barakallah
Terimakasih Bunda Ropi. Asa membumbung tinggi agar tak ada lagi yang mengusik keutuhan NKRI. Tak ada lagi !
Duuh terlambat komen nih....Membaca puisi ini mengingatkan pada karya Bapak Chairil Anwar yang penuh semangat....Goresan pena lebih ditakuti oleh musuh karena pena lebih tajam daripada pedang..Semoga puisi ini dibaca oleh banyak mata untuk mengobarkan semangat persatuan dan kesatuan negara kita tercinta Indonesia..Selamatkan mereka yang teraniaya...Ditunggu karya berikutnya Bu Ayu....Barakallah..
Matursembahsuwun Ibu Rini. Tak ada yang terlambat Ibu, karena tak ada bel masuknya..., Sebatas goresan pena yang siratkan akan keberpihakan dan peduli, pada sauadara kita yang menjadi korban di Nduga Papua. Tak ingin ini terus berulang dan korban berjatuhan tak terbilang.
Merinding aku membaca puisi. Benar-benar mewakili perasaan dan pekikan jiwa saudara-saudara kita di snana Jaya lah Indonesia. Satukan hati rekat jiwa. Mari jaga kedualatan bangsa ini bersama. Mari kita perjuangkan harkat dan martabat bangsa walaupun taruhannya jiwa dan raga. Jangan para pecundang memporak-porandakannya. Jangan biarkan para pecundang menghancurkannya. NkRI harga mati. Terimakasih mba Ayu. Barakallaah ❤
Terimakasih Bunda Nurmalia. Ayo, galang dukungan dalam guratan tulisan untuk mereka. Tulisan setajam pedang dan sepanas bara api, mampu belah sebuah kekuasaan dan bakar semangat tuk satukan bara tekad. Lawan dan lawan ! NKRI harga mati.
Bergandeng tangan, perkuat pundak dan kaki untuk menjaga NKRI dengan ridho Ilahi.Cinta Tanah Air sebagian dari iman...Makasih, Bu semangatnya...
Terimakasih Ibu Fila. Saling menguatkan dan saling mengingatkan. Ada ribuan mata saudara kita di Papua, yang tertatih mengejar ketertinggalan. Tak terperhatikan, nyaris kelaparan di lumbung padi, dan kehausan di tengah lautan. Mereka menjadi penonton di tengah kekayaan alam yang melimpah. Saat segalanya mulai dibenahi, masih ada saja pihak yang tak ambil peduli. Gadaikan segalanya untuk ambisi.
mendidih darah saya membacanya bu Ayu.... masyaaAlloh....
Jazakillah Ibu Ratih, Alhamdulillah jika guratan pena ini mampu didihkan rasa dalam jiwa, tuk satukan gerakan dalam kata lawan !.