Sri Ayu Sipah

Alumni IPB dan Kepala MTs Darul Hikmah Subah di Kankemenag Kabupaten Batang. Belajar dan terus belajar dalam universitas kehidupan untuk berika...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tragedi Rapor Jehandra

Tragedi Rapor Jehandra

Brakk...!! Amplop bersampul coklat beserta tumpukan buku pelajaran terlempar di atas meja. “Dasar anak tak tahu diri, kau permalukan mama dan papa, Jehan!” melengking suara Nyonya Sasmita sembari acungkan telunjuknya.

Jehan diam membeku di sofa, wajahnya memucat, dadanya turun naik menyimpan amarah yang bertahun-tahun ditahannya. “Kurang apa kau, lihat nilaimu, bahkan Juminem, babu kita masih jauh lebih pintar darimu!” Nyonya Sasmita semakin tak terkendali.

Jehan tetap membeku. Dibukanya amplop coklat, terpampang nilai menakjubkan pada mata pelajaran seni musik. Jehan tersenyum. Nyonya Sasmita semakin kalap, direbutnya kertas putih itu, disobeknya dengan geram. “Peringkatmu paling buncit, masih bisa kau tersenyum!”.

Mata Jehan mulai berair, ia berusaha menahan emosinya “Nilai seni musik Jehan 100, Ma”. “Apa hebatnya nilai seni musik, mau jadi pengamen?” Sinis Nyonya Sasmita ucapkan kata. Membanjir airmata Jehandra, luruh sudah benteng pertahanannya. Berlari ia ke dalam kamar, tenggelam dalam tangis berkepanjangan. Sumpah serapah Nyonya Sasmita masih tak terhenti dari balik pintu. Kehormatannya seolah sirna oleh selembar rapor Jehandra.

Siapa yang tak mengenal dirinya, putri semata wayang Dr. Ir. Johan Fauzi Sasmita, M.Sc dan Ir. Darnawati Sasmita, MM. Papanya pejabat teras negeri ini, mamanyapun pesohor ternama dengan seabreg kegiatan arisannya. Jehandra Narend Sasmita, hidup bergelimang harta, tapi bak burung dalam sangkar emas, jiwanya terpenjara.

Bertahun-tahun hidup dalam bayangan orangtua. Tak sekalipun menolaknya. Semua yang diperintah, ia lakukan, meski dengan keterpaksaan. Hari-harinyapun berkutat dari tempat bimbel satu ke tempat bimbel lain, les piano, dan les kepribadian. Putri agung yang telah dipersiapkan meniti tangga emas kesuksesan.

“Papa dan mama hanya bangga dengan deretan piala dan lembaran piagam penghargaan, mereka tak bangga padaku” tangis Jehan dalam pelukan Juminem. “Sabar, Den Ayu...,Nyonya mungkin masih marah, nanti juga akan mereda sendiri” Mbok Juminem coba tenangkan.

“Tidak, Mbok. Sampai kapanpun, mereka takkan bisa menerimaku” tangis Jehan makin memilukan. Membayang dalam ingatan, sunyinya malam terlalui hanya dengan Mbok Juminem. Papa dan mama entah di mana. Sibuk dengan gemerlap dunia, terpukau dengan rentetan warna warni lampu penghargaan.

Jehandra tepekur dalam kamar “Ah, andaikan aku seperti Keenan dan Kugy, bisa memilih apa yang kusuka”. Perlahan ia bangkit, diambilnya novel perahu kertas, benda berharga yang setia menemaninya selama ini, kala ia terluka dengan orangtuanya. “Aku mencintai musik, apakah itu dosa, apakah itu memalukan?” dilemparnya novel itu ke luar jendela seiring dengan suara berdebam dari lantai empat rumah bak istana. Remuk tubuhnya dan darah Jehandra memuncrat ke segala arah, inilah protes yang tak bisa ia sampaikan lewat kata.

Cerpen didedikasikan untuk semua orangtua yang inginkan kebahagiaan pada putra putrinya. Biarkan mereka tumbuh sesuai keinginannya dan jadilah orangtua bijaksana

Selamat datang di dunia literasi, dunia baca tulis kunci gerbang peradaban zaman, dunia buku tempat ilmu bertumpu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Aduh Bu Ayu, bagus ceritanya tapi kok singkat banget dengan sad ending? Kasihan Jehan n jadi contoh krg baik. Padahal sy yakin, Jehan anak baik. Gmn kl dipanjangkn tp happy ending? Misal Jeandra lari dr rmh, ngamen tp pntar jaga diri. Ikut lomba musik, menang lalu pulang sebagai artis terkenal. Syukur dia jg bikin buku best seller terbitan MG. Ortunya mnta maaf n sadar. Mgkn lbh inspiratif. Mhn maaf k ga berknan.

14 Dec
Balas

Njih, Ibu Wiqo. Matursembahsuwun atas masukannya. Memang cerpen ini dibuat pendek dan berakhir tragis. sebatas sarana shock terapi untuk orangtua, yang masih bertahan dengan kekolotan pemikiran tentang arti kesuksesan berdasarkan selembar nilai, untuk segera berubah, jika tak inginkan kehilangan buah hati selamanya. Jehandra dalam posisi tak tahu harus kemana dan sanggup pula menahan segalanya. Insyaallah di cerpen berikutnya bisa happy ending. Sumonggo, bilih Bu Wiqo berkenan, dipun jenguk "Maria Jones dan Aisyah" dan "Preman Berdasi Merah". Matursembahsuwun, Ibu.

14 Dec

Semoga tidak ada Jahendra-Jahendra yang lain. Terima kasih Ibu untuk cerpen yang sarat makna ini. Barakallah

14 Dec
Balas

Terimakasih, Bu Dyahni. Njih, semoga ini Jehandra terakhir, takkan ada lagi yang berikutnya ...Amin.

14 Dec

Orang tua mestinya berkaca pada diri sendiri, tidak semata-mata menyalahkan anak, biarkan anak berkembang seperti bakat dan kemampuannya, tidak semua harus mahir matrmatika...semoga kita menjadi orang tua yang bijak, kasihan anak-anak. Sehat n sukses Bunda Ayu' . Barakallah

14 Dec
Balas

Maaf penulisan Targedi, apa Tragedi ya Bund?

14 Dec

Njih, matursembah sembahsuwun Bunda Marlupi. Terimakasih atas revisinya, Tragedi rapor Jehandra, sebatas cerpen sederhana untuk ingatkan kita bersama, betapa anak memilki selaksa kemampuan dan itu tak harus selalu sama dengan pencapaian kedua orangtuanya. Terimaksih Bunda.

14 Dec

Banyak orang tua yang lupa, meski anak berasal dari kita tapi bukan milik kita. Kita boleh mencurahkan kasih sayang padanya, tapi tidak bisa memaksakan pikiran kita padanya karena ia memiliki pikiran sendiri. Bahkan kita bisa menahan raganya, namun tidak untuk jiwanya. Jangan sekali-kali menuntutnya untuk bisa seperti kita karena era kehidupan yang berbeda. Hidupnya ada untuk masa depan yang sudah pasti berbeda dengan kita. Tiap anak memiliki bakat dan potensi masing-masing. Jangan pernah samakan dia dengan diri kita, karena dia dan kita merupakan produk peradaban yang berbeda. Tugas kita hanya mendampingi untuk membimbing agar ia dapat tumbuh kembangkan potensi yang ada di diri. Jazakillah khoir untuk cerpen cetarrrr yang semoga bisa mengingatkan kita sebagai orang tua dalam mendidik anak-anak (di rumah dan di sekolah). Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah, Bu Guru.

14 Dec
Balas

Jazakillah, Ibu. Benar sekali Ibu, tak jarang banyak orangtua yang memfotokopi dirinya pada anak-anak mereka. Seolah-olah garis takdirpun bisa dibuatnya. Tak kurang pula orangtua yang paksakan kehendak pada anak dengan berbagai cara, berdalih untuk masa depan buah hati tercinta, tanpa pernah bertanya apakah suka atau terpaksa. Raga kita bisa kendalikan, tapi jiwa mereka tak akan bisa dikekang. Ada masanya mereka akan hidup dalam dunia yang jauh berbeda dengan kita. Simbol kesuksesanpun mulai berganti arah, taklagi terpaku pada nilai di atas kertas, tetapi mulai berpulang ada pencapaian atas sebuah karya dan kebahagiaan menjalaninya. Banyak orang dengan gelar panjang bak kereta, bermandikan kemewahan dari hasilnya bekerja, tetapi tak bahagia. Arti sukses kembali dipertanyakan, karena masing-masing pribadi menyikapinya dengam cara berbeda. Terimakasih Ibu, semoga ini Jehandra terakhir.

14 Dec

Siap. Sudah saya laksanakan bund.

14 Dec
Balas

Hebat, Bunda Ike. Terus melaju ya, Bunda.

14 Dec

Luar biasa.. Anak merupakan aset bagi keluarga

20 Dec
Balas

Terimakasih, Bapak. Iya, anak adalah segala-galanya.

20 Dec

Mereka memang darah dagingmu, tapi mereka bukan dirimu. Sukses selalu dan barakallah

14 Dec
Balas

Terimakasih, Bunda Ropi. Benar, mereka darah daging kita, tetapi tidak berarti kita mengatur seluruh alur hidupnya.

14 Dec

Kiranya tidak ada kata yang pantas untuk kolom komentar ini. Bunda Ayu selalu menulis dengan pesan moral dan selalu menginspirasi. Luar biasa. Terimakasih bunda. Pesan yang sangat mengena dari fenomena keluarga modern. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.

14 Dec
Balas

Terimakasih, Bunda Rita. Cerpen sederhana yang kebetulan bertepatan dengan momen penerimaan raport siswa minggu -minggu. Semoga menjadi pembelajaran kita bersama untuk terpancang pada nilai hitam putih putra kita. Ada banyak kelebihan pada diri anak yang tak bisa selamanya dinarasikan dalam bentuk angka. Terimakasih, Bunda.

14 Dec

Terimakasih, Bunda Rita. Cerpen sederhana yang kebetulan bertepatan dengan momen penerimaan raport siswa minggu -minggu ini. Semoga menjadi pembelajaran kita bersama untuk terpancang pada nilai hitam putih putra kita. Ada banyak kelebihan pada diri anak yang tak bisa selamanya dinarasikan dalam bentuk angka. Terimakasih, Bunda.

14 Dec

Banyak jehandra2 yang lain...mereka terpuruk dalam keinginan gemerlap orang tuanya tanpa menyadari keinginan sang putra...Semoga para orang tua segera menyadarinya....Tulisan yang luar biasa...Salam sehat dan sukses selalu..Barakallah..

14 Dec
Balas

Njih, leres Bu Rini. Banyak orangtua yang tak menyadari itu. terkadang terjebak pada kebanggaan semu peringkat anak-anaknya dalam kelas, tak hargai proses di dalamnya.

14 Dec

Sesungguhnya setiap anak punya keistimewaannya sendiri. Nilai raport bukanlah satu-satunya tolok ukur keberhasilan proses belajar anak. Sebaik-baiknya orang tua adalah mereka yang memahami dan mengerti potensi anak-anaknya. Sehat dan suskes terus bunda Ayu. Barakallaah ❤

14 Dec
Balas

Jazakillah, Bunda Nurmalia. Setiap anak terlahirkan dengan keistimewaan masing-masing. Mereka adalah karunia terindah dan amanah Allah yang harus kita jaga. Potensi dan bakat mereka berbeda, tugas kita untuk memgarahkannya. Nilai rapor bukanlah segalanya.

14 Dec

Apapun dan dimanapun sekolahnya, yg penting adalah peran orang tuanya. Mgkn begitu nggih Bunda. Cerita sarat makna. Terima kasih Bunda

14 Dec
Balas

Injih, Bunda Susmintari. Kembali kepada peran orangtuanya. Terimakasih, Bunda.

14 Dec

Semoga semakin banyak orang tua menyadari keadaan buah hati mereka. Sedih melihat keluarga yang buah hatinya sendiri terpenjara dalam mewahnya istana dan harta. Semoga Jehandra lain terselamatkan.... Semoga setiap orang tua menyadari setiap anak adalah istimewa potensinya, meskipun terlahir dari rahim yang sama. Terimakasih, Bu Ayu ada manfaat yang disampaikan dalam cerpen ibu. Sehat semangat, Bu...

14 Dec
Balas

Terimakasih Ibu Fila, semoga menyadarkan kita bersama akan potensi buah hati, yang tidak harus selalu di depan dalam prestasi akademiknya. Ada jutaan potensi dan bakat lain dalam diri buah hati, yang akan tampak dan berkembang seiring pertumbuhannya. Tugas kita hanya mengarahkan saja agar bakat tersebut terus tumbuh dan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Matursembahsuwun, Bu Marni. Ditunggu cerita hangat keluarganya.

14 Dec

Anak adalah masa depan yang mungkin sangat berbeda dengan masa hidup kita kini. Semoga lebih banyak orang tua yang membaca dan mengambil hikmah dari kisah ini.

17 Dec
Balas

Terimakasih, Bapak Asep. Semua anak memiliki masa depan yang terkadang tak sama dengan orangtuanya. Tak bijak rasanya, jika orangtua memaksakan anak-anak harus memfotokopi dirinya. Ada banyak bakat dan potensi pada diri anak kita, berikan ruang agar berkembang dan tumbuh sesuai keinginannya. Salam Sukses, Bapak. Selalu ditunggu karya-karya hebat berikutnya.

18 Dec



search

New Post