Percikan Darah
Percikan Darah
#Gurusiana # Pentigraf
Kali ini aku tidak akan kalah lagi. Cemoohan tetua kampung yang senantiasa disebarkan, bahwa dalam darahku mengalir darah seorang pecundang yang kalah dalam pertempuran. Tiada dapat dibendung lagi adrenalin ku mengalir deras laksana badai yang akan menghempas apa saja yang dilaluinya. Kakek juga dihina habis- habisan karena membela ayah ketika berusaha mengambil anak pungut. Seorang pemuda pemberani dan mahir bermain pedang dan penunggang kuda hebat pendatang dari negeri sebelah. Pemuda yang lebih tampan dari anaknya. Ketika ayah tanpa sengaja melewati kampung sebelah suatu malam untuk suatu tujuan petualangan sebagai tradisi keluarga kami . Penjahat memasuki sebuah rumah dan menebas kepala seorang laki- laki dewasa yang ada dalam rumah tersebut serta merampas harta benda. Pertolongan yang diberikan ayah berhasil membunuh penjahat tersebut , Namun, nyawa seorang perempuan ternyata ibu si lelaki remaja yang mau menginjak dewasa itu tidak bisa diselamatkan. Si ibu berpesan untuk menjaga anaknya . Anak pungut yang menjadikan keluargaku terpandang. Karena kehadirannya memperkuat keluarga di setiap pertempuran mempertahankan harga diri kaum kami.
Pemuda yang sudah seperti saudara kandungku sendiri itu berhasil menarik perhatian anak gadis tetua kampung . Kebenciannya pun semakin memuncak ketika ia berusaha menjodohkan anak perempuan nya dengan anak kepala suku kampung sebelah, akan tetapi anak gadisnya justru menyukai saudara angkatku yang jauh lebih hebat dan pemberani. Kebenciannya terhadap ayah justru mengorbankan kehidupan dan masa depan anak gadisnya. Pertempuran tak lagi bisa dielakkan antara keluargaku dengan keluarga besar tetua kampung tersebut. Darah kembali membanjiri sudut Kampung Kiamat. Negeri yang tak kenal akal budi pekerti namun bertuankan nafsu yang bersimbol kehormatan dan harga diri . Nyawa menghilang dengan sadisnya tak terkecuali ayah yang bersimbah darah dalam semak –semak di pinggiran hutan belantara belakang kampung. “ Jaga ibumu baik-baik dan ...!” Pesan terakhir ayah yang masih hangat diingatanku.
Pembagian aliran air sungai menjadi pemicu kembali perselisihan itu Sebagai tetua kampung berbuat semena-mena terhadap masyarakat tepian yang lagi kekeringan karena aliran air dihambat untuk memenuhi suku besarnya. Pertempuran tak bisa dielakkan lagi. Aku mewakili suku untuk perang tanding mengawali pertempuran itu sesuai kesepakatan kaum. Aku harus seperti Pemimpin Suku- suku Peguasa Angin yang bisa Menerbangkan layang- layang raksasa menghalau domba- domba mereka dan menaburkan garam- garam hingga melahirkan hujan yang menyuburkan rumput dan pepohonan, mengaliri sawah-sawah para petani. Menghapuskan kesombongan dan keserakahan yang di bersemayam dalam hati tetua kampung. Kilatan pedangku melayang menuju kaki anak tetua kampung. Percikan darah...“Bangun- bangun!, sudah siang !”
#Liburbermakna# 23 Juni 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Wau....mimpi ya...pingin anak jadi urang Batak kironyo! Keren
Terima kasih bu Hasnah dah mampir...
Wau....mimpi ya...pingin anak jadi urang Batak kironyo! Keren
Wau....mimpi ya...pingin anak jadi urang Batak kironyo! Keren
Pas bangun tidur ada darah,,nah lu
Nah mampi jadi nyata jadinya...takuuuut hehe
Haha ternyata hanya mimpi. Bagus Bun ide ceritanya. Klu boleh saran, sesuai kata pak Tengsoe kamren sebaiknya kata dalam pentigraf max 210 kata ya Bun, jika lebih maka pentigraf akan tidak seksi.. hehe.. maaf ya Bun memberi Krisan dikit
Hahaha, syukrn Bu Rin. Jadi ngak sempat ngehitung tadinya Bu..Tq ya Bu Rin dah mampir
Ternyata ...mimpi..ha ha ha
Tak bisa kita bayangkan ya Bu, seandainya masih berada di zaman antah berantah itu. Tq Bu dah mampir
Pasti bangun capek semua tu badan...he..he
He.. he...tq Bu dah mampir
Hmmm mimpi rupanya