TULISAN SAYA MENTOK “Pak. Sudah mentok. Itu saja Pak, nyerah!” murid saya yang belajar menulis novel pasrah dengan karyanya yang 20 halaman. “Bagus lo. Dua puluh halaman berupa cerita. Itu luar biasa. Lihat dan tanya teman-temanmu sekelas. Ada nggak yang mampu nulis cerita sebanyak itu. Nggak ada kan?” “Dia menggeleng sambil tersenyum tipis. Di wajahnya tak ada semangat lagi untuk menulis. “Bisa kamu ceritakan inti ceritanya?” saya mencoba membangkitkan semangatnya. Dia pun bercerita sekilas. Wajahnya tampak berbinar, lebih ceria dari sebelumnya. “Adakah pembicaraan yang paling menarik dari ceritamu?” Dia menjawab dengan semangat. Diceritakannya tentang peristiwa yang menurut dia paling menarik Saya pun menanyakan alasannya. “Letakkan di awal kalimat. Jika menurutmu itu menarik, berarti juga menarik bagi pembaca. Perkenalan tokoh tidak harus berupa penjelasan langsung, Watak atau karakter tokoh bisa dilihat dari pembicaraan. Dari gaya bicara bisa dilihat karakternya. Bahkan tempat pun bisa diungkapan melalui dialog, tidak perlu penjelasan penulis. Dia manggut-manggut. Saya berikan beberapa catatan di tulisannya agar informasi berupa berita diubah menjadi dialog. “Kembangkanlah ceritamu dengan dialog agar lebih menarik. Selain itu agar tulisanmu bisa lebih banyak!” Luar biasa. Dalam waktu sepuluh hari, tulisan yang semula 20 halaman kertas A4, sudah bertambah menjadi 42 halaman. Dengan wajah berseri, dia menemui saya. “Pak, sudah saya benahi,” “Wah bisa sebanyak ini bagaimana caranya?” saya penasaran dengan kemampuannya.

“Saya minta masukan beberapa teman agar cerita saya menarik. Jadi itu sebagian adalah saran teman. Saya cocok dan tulisan saya benahi,”