Budiyanti Anggit

Menulis adalah bagian dari hidupnya. Dengan menulis hidup lebih bermakna. Oleh karena itu menulis dan menulis. Saat ini mengajar di SMP N 2 Banyubiru Kabupaten ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Ketika Anak Bangun Kesiangan (55)

[Fathur apa kabar?]

Saya awali dulu menjapri Fathur siswa kelas 9 E. Ia termasuk dari sepuluh anak yang tidak mengikuti google meet. Dengan cara ini menurut saya bisa lebih dekat dengan anak sekaligus ingin tahu apa penyebab sampai dia menulis “Bangun kesiangan”

[Baik Bu]

[oh ya, kemarin di grup kamu menulis alasan bangun kesiangan. Bagus kamu sudah jujur. Nah Bu guru ingin tanya mengapa sampai bangun kesiangan? Hari ini itu tidak libur. Kamu itu belajar di rumah. Jangan disepelekan]

Kata –kata saya agak berang. Heran saja mengapa anak sekolah kok bangun pukul 09.00. Sejenak ia mulai menulis.

[Tidak ada yang bangunin Bu, biasanya Ibuk]

[Kamu jangan bergantung dengan ibuk, mandiri dong]

[Maaf Bu, ibuk tidak di rumah. Saat ini sedang di rumah Mbah. Mbah meninggal]

Sesaat saya menyesal sudah berprasangka buruk padanya. Akhirnya saya ucapkan bela sungkawa. Ia pun mengucapkan terima kasih dan mohon maaf. Selanjutnya saya lihat japrian saya pada anak kedua yaitu Wisnu. Setelah beberapa menit ada jawaban.

[Maaf baru menjawab]

[Ada apa kok tiduk ikut google meet, kan tidak libur]

[Tak ada yang bangunin bu, ibu dan nenek masih di rumah sakit menunggu bude dan mbah e yang sedang sakit] jawabnya polos.

[Biasanya saya yang banguni Mbah e, kalau tidak dibangunin gak solat juga]

Saya mulai berpikir dengan anak sekarang. Mengapa anak ini bergantung pada orang lain. Akhirnya anak tersebut saya nasihati. Saya semangati. Ia pun merasa senang diperhatikan.

Lain halnya dengan anak yang Heru. Lama sekali menjawab sapa saya. Malam baru menjawab. Pernah dengar sekilas anak ini agak beda dengan teman lainnya yang bernama Heru.

[Maaf bu, saya tak bisa ikutan google meet karena pulsa habis]

[Lain kali kalau punya pulsa jangan hanya dihabiskan untuk main game ya]

Berbagai nasihat saya sampaikan. Dengan kata-kata penyemangat, ia lebih bertanggung jawab terhadap tugasnya sebagai seorang siswa. Inilah salah satu cara seorang guru menjadikan siswa lebih baik. Guru bukan hanya mengajar saja, bukan hanya menyalahkan siswa saja jika ada kesalahan. Bisa jadi anak- anak-anak mempunyai latar belakang yang tidak sesuai dengan yang kita duga. Mereka bisa jadi berlatar belakang keluarga tak mampu atau anak yang kurang perhatian karena broken home.

Intinya kita berkewajiban untuk mendidik mereka layaknya anak kita. Kita cerdaskan anak bangsa agar berkarakter. Semoga niat kita menjadi ladang amal bagi kita. Aamiin

 

Ambarawa, 17 Juli 2021

 

 

 

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Suka duka belajar daring ya Bu

18 Jul
Balas

Ya Bu. Terima kasih. Salam literasi

18 Jul



search

New Post