Peduli dengan Teman yang Terpapar

Pandemi belum juga berakhir. Kasus demi kasus terus ada. Tak terkecuali di sekolah kami. Beberapa teman telah terpapar. Termasuk saya sendiri. Masih ingat betul saat itu saya bersama 4 guru dan 2 karyawan harus menerima kenyataan karena positif. Kami pun harus isolasi mandiri selama 14 hari. Waktu itu rasanya masih benar-benar masih risau. Namun, kepedulian teman benar-benar membuat saya tetap semangat menghadapinya. Akhir tahun pelajaran kali ini ada teman, Bu DY harus isolasi mandiri.

[Mohon doanya bapak-ibu agar keluarga Bu DY sehat kembali]

Grup WA sekolah pagi itu ramai. Saya segera menjapri bu DY. Beliau pun memohon doanya karena suaminya terpapar dan saat ini harus isoman.

[Semoga Pak Eko lekas sembuh Bu] tulis saya pada WA Bu Dy.

[Mohon doanya saya dan anak-anak harus Swab besok pagi]

[Ya, Bu. Tetap semangat dan sabar dengan takdir Allah. Semoga hasilnya negatif]

Selang sehari ada kabar jika Bu Dy dan kedua anakknya positif. Segera saya memberi semangat dan motivasi dengan menjapri Bu DY. Saat itu guru masih masuk untuk menyelesaikan rapor.

Esok harinya Bu Asih dan Bu Nur merancang untuk memberi sekadar kebutuhan sehari-hari karena tak mungkin keluarga Bu DY bisa keluar rumah. Akhirnya beberapa sayuran dan buah-buahan dikirim ke rumah Bu DY dengan cara diletakkan di depan pintu rumah. Biasanya ada tahap kedua untuk memberi bahan kebutuhan sehari-hari.

Itulah kepedulian keluarga besar sekolah kami. Kepedulian tersebut benar-benar membuat kami yang pernah merasakan terpapar terhibur. Dukungan moril pun selalu ada. Beberapa teman memberi semangat yang luar biasa. Semoga pandemi segera berakhir dan pergi jauh sehingga kita terbebas dari virus corona. Aamiin.