Senin, 17 Februari 2020.

Tak sengaja siang tadi, duduk antrian bersama dengan masyarakat luas yang lagi ikut antri untuk di panggil namanya oleh petugas kesehatan. Saat itu aku hanya nompang duduk karena terasa lelah berjalan mencari ruangan donor darah.

Sepintas terdengarlah obrolan membicarakan sosok seorang anak yang bisa jadi itu anak mereka atau anak orang lain. Yang jelas ya menceritakan kisah seorang anak yang katanya cuek tak peduli dengan ibunya, dan begitulah sebaliknya anak yang terlalu peduli kepada ibunya.

Tak ada maksud untuk menguping pembicaraan mereka, sehingga ada satu kalimat yang sangat ingin aku dengar berulang kali, yaitu sosok anak yang telah lama merindukan ibunya. Sontak aku kaget, bahwa saat ini aku benar-benar merasakan kerinduan itu dari anak-anak yang merelakan masa bermainnya untuk fokus menuntut ilmu.

Bukan anakku namun anak yang dititipkan ayah bundanya untuk menuntut ilmu lebih baik dari mereka di pondok pesantren. Aku merasakan bagaimana tabiat mereka dalam mengekspresikan rasa rindu itu, ada yang menangis, merajuk dan ada juga yang menampakkan sisi kekanakan mereka agar ayah bundanya bisa memberikan lebih kasih sayang itu.

Ayah Bunda beruntung bisa selalu anaknya berlari padanya, berebut pelukan, berebut suapan makan, dan berebut dalam belaian. Jika itu masih ada maka pertahankanlah sebelum kerinduan itu beralih pada dunianya sendiri, bersama kecanggihan teknologi dengan pengaruh yang belum bisa kita jamin. Apakah anak kita masihkah merindukan ayah bundanya atau hanya saat meminta apa yang ia inginkan..?