BungRam

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Pembelajaran Empati Lewat Krisis  COVID-19

Pembelajaran Empati Lewat Krisis COVID-19

“You can only understand people if you feel them in yourself.” (John Steinbeck) Saat pertama kali informasi merebaknya virus corona di Wuhan China, sebagian masyarakat di luar China menganggap itu adalah epidemi yang bersifal lokal meskipun penularannya sangat cepat dan korban yang sudah berjatuhan sudah banyak. Namun dalam jangka waktu sebulan tanpa disadari sebagian wilayah di seluruh dunia terkena virus tersebut dan mulai menjadi pandemi yang menewaskan ribuan orang. WHO melaporkan hingga 1 April 2020, jumlah korban yang mati 40.598 orang. Krisis ini menimbulkan gejolak luar biasa dan kepanikan. Belum ada obat yang pasti ditemukan oleh para ahli medis untuk menyembuhkan virus ini, kecuali hanya menangani lewat pengendalian setiap individu dan komunitas untuk menjaga jarak dan pertemuan dalam kerumunan. Apa yang membuat rasa tidak nyaman dalam posisi isolasi ini? Ketersendirian, keterpisahan dari interaksi sosial. Sesungguhnya praktek ‘jarak sosial’ ini dapat kita atur dan dorong anak-anak untuk malakukan fokus mereka ke dalam diri mereka sendiri atau keluarga inti mereka. Namun, sesungguhnya cara terbaik untuk memerangi perasaan terisolasi adalah dengan menumbuhkan dan menumbuhkan rasa empati, memperkuat kepedulian terhadap orang lain. Kesempatan dalam diamnya anak-anak di rumah bersama orangtua dapat diisi dengan belajar dan melatih sikap empati. Kata ‘empati’ berasal dari bahasa Yunani yang berarti “Ketertarikan fisik” yang di definisikan sebagai respon efektif dan kognitif yang komplek pada distres orang lain. Merasa simpatik dan mencoba menyelesaikan masalah dengan mengambil persfektif orang lain. Dalam bahasa Inggris ‘empathy’ ditemukan pada tahun 1909 oleh E.B Trichener sebagai usaha dari menerjemahkan kata bahasa Jerman yang berarti ‘Einfunhlungsver mogen’. Fenomena baru yang di explorasikan oleh Theodore Lipos pada akhir abad 19, setelah itu diterjemahkan kembali dalam bahasa Jerman sebagai ‘Emphatie’. Empati berarti sebuah kemampuan (melakukan sesuatu untuk memberi manfaat bagi orang lain). Dengan berbagai definisi yang berbeda dan mencakup spektrum luas, berkisar pada orang lain yang menciptakan keinginan untuk menolong, mengalami emosi yang serupa dengan emosi orang lain, mengetahui apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh orang lain. Pengertian sederhananya, berempati adalah : 1. Merasakan apa yang di rasakan oleh orang lain. 2. Menempatkan kita pada posisi orang lain 3. Berpikir berdasarkan persfektif (sudut pandang) orang lain. Mengapa Empati Penting? Empati lebih jauh melampaui riwayat medis, tanda, dan gejala yang dialami seseorang yang sedang menderita sakit atau terkena musibah. Ini lebih dari sekadar diagnosis dan perawatan klinis. Empati meliputi koneksi dan pemahaman yang mencakup pikiran, tubuh, dan jiwa. Mengekspresikan empati sangat efektif dan kuat, yang membangun kepercayaan pasien, mendukung semangat orang yang mengalami kesusahan, menenangkan kecemasan, dan meningkatkan kesehatan. Penelitian telah menunjukkan sikap empati dan kasih sayang mampu menurunkan ketergantungan terhadap obat-obatan, penurunan kasus malpraktek, mengurangi stress, dan meningkatkan keyakinan dan pikiran seseorang untuk sehat atau keluar dari rasa kesedihan. Mengekspresikan empati di situasi krisi pandemi COVID-19 ini bisa kita lakukan bersama keluarga, di antaranya: • Jika Anda berada dalam posisi keuangan yang cukup di mana Anda bisa tinggal di rumah, cari cara yang bisa Anda berikan untuk orang lain yang mungkin sedang berjuang memerangi pandemi COVID -19 di sekitar Anda. • Ajak anak-anak untuk membantu tetangga yang mungkin tidak dapat meninggalkan rumah untuk mendapatkan barang-barang yang mereka butuhkan. Berbelanja untuk bahan makanan dan barang-barang rumah tangga atau memesan barang-barang tambahan dari pengiriman daring atau layanan penjemputan adalah contoh bagus cara Anda dapat menawarkan bantuan nyata. • Jangan lakukan ‘panic buying’, dan sampaikan juga kepada anak-anak mengapa kita tidak perlu melakukan itu. Jika Anda membeli terlalu banyak barang, Anda mempersulit orang lain untuk menemukan apa yang mereka butuhkan. • Donasi barang yang tidak mudah busuk ataupun peralatan medis yang dibutuhkan ke penyelenggara bantuan sosial penanganan pandemi virus. • Kumpulkan paket perawatan untuk petugas kesehatan, tetangga lansia, atau mereka yang pekerjaannya terpengaruh. Semoga krisis ini segera berakhir. [BungRam-April-02-20]

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post