Casminih Tapip

Kepala Sekolah di SMAN 1 Karangtengah Cianjur. Senang menulis dan terus menulis. Memiliki keluarga kecil, suami dan dua anak lelaki. Keluarga bahagia dun...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menyoal Emansipasi Wanita Masa Kini (Tantangan Menulis, Hari ke-776 (8))
Foto koleksi pribadi

Menyoal Emansipasi Wanita Masa Kini (Tantangan Menulis, Hari ke-776 (8))

Terlebih dahulu, mari kita bersuka cita pada hari ini, khususnya untuk kaum perempuan. Sebuah perjuangan salah satu tokoh perempuan Indonesia terbaik nan cerdas dan visioner, membuahkan hasil yang bisa dicecap kaum perempuan pada masa sekarang. Dialah Raden Ajeng Kartini. Perempuan ningrat ini berusaha mendobrak keadaan yang menurutnya adalah sebuah belenggu. Menurutnya, keadaan kaum perempuan dengan jeratan pandangan dan kultur keraton saat itu, akan menenggelamkan kaumnya. Perempuan cukup berada di rumah, memasak dan mencuci baju serta mengurus anak dan tidak perlu mengenal bangku sekolah, pandangan yang ditentangnya.

Perjuangan Kartini yaitu ingin menyejajarkan perempuan dengan kaum lelaki. Hal yang ingin diperjuangankannya yaitu dalam hal pendidikan. Pandangan yang menganggap bahwa perempuan tidak perlu mengenyam pendidikan, inilah yang ditentang pahlawan emansipasi wanita itu. Apabila perempuan adalah insan yang harus mendidik anak-anak, bagaimanakah tunas-tunas bangsa yang dihasilkan dari didikan seseorang yang tidak berpendidikan? Itu juga salah satu pemikiran Kartini, saat itu. Selain itu, beliau mengnginkan bahwa kaum perempuan harap diberi ruang untuk mengaplikasikan keilmuannya. Perihal yang paling ditentangnya yaitu sekait derajat wanita yang lebih rendah di mata pria.

Merujuk pada uraian di atas, betapa mulia apa yang dicita-citakan oleh Kartini. Apakah saat ini, apa yang diinginkan Kartini masih berada pada rel yang tetap? Boleh saja kita memberikan kesaksian dengan menjawab “ya”. Atau barangkali ada perspektif yang lain terhadap sikap beberapa wanita di luar sana, sehingga memberikan jawaban, “tidak”. Bisa saja terjadi kalau pemikiran Anda menemukan hasil analisis selama ini bahwa sebagian wanita memaknai emansipasi adalah kesejajaran mutlak antara perempuan dan laki-laki. Tidak ada batas yang nyata bahwa sesungguhnya terdapat perbedaan yang sangat jelas pada keduanya. Inilah perihal yang harus diluruskan.

Perjuangan Kartini yang saat ini disebut sebagai “emansipasi”, ternyata bukan tuntutan untuk disejajarkan segala-galanya antara perempuan dan laki-laki. Beberapa pandangan menganggap kalau emansipasi adalah tuntutan kesetaraan dalam segala hal sehingga perempuan bisa duduk sejajar dengan laki-laki tanpa syarat yang mengikat perbedaan. Hal itu bisa kita lihat dari surat beliau yang ditujukan kepada sahabatnya.

“Kami di sini memohon untuk diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap dalam melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.” (Surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902).

Maka dari itu, sebaiknya kita tempatkan emansipasi sesuai apa yang diperjuangkan oleh Raden Ajeng Kartini. Dengan demikian, kaum wanita akan menyadari kodratnya sebagai perempuan yang tentu saja terdapat perbedaan dalam banyak hal dibanding pria.

Terlebih dahulu, mari kita bersuka cita pada hari ini, khususnya untuk kaum perempuan. Sebuah perjuangan salah satu tokoh perempuan Indonesia terbaik nan cerdas dan visioner, membuahkan hasil yang bisa dicecap kaum perempuan pada masa sekarang. Dialah Raden Ajeng Kartini. Perempuan ningrat ini berusaha mendobrak keadaan yang menurutnya adalah sebuah belenggu. Menurutnya, keadaan kaum perempuan dengan jeratan pandangan dan kultur keraton saat itu, akan menenggelamkan kaumnya. Perempuan cukup berada di rumah, memasak dan mencuci baju serta mengurus anak dan tidak perlu mengenal bangku sekolah, pandangan yang ditentangnya.

Perjuangan Kartini yaitu ingin menyejajarkan perempuan dengan kaum lelaki. Hal yang ingin diperjuangankannya yaitu dalam hal pendidikan. Pandangan yang menganggap bahwa perempuan tidak perlu mengenyam pendidikan, inilah yang ditentang pahlawan emansipasi wanita itu. Apabila perempuan adalah insan yang harus mendidik anak-anak, bagaimanakah tunas-tunas bangsa yang dihasilkan dari didikan seseorang yang tidak berpendidikan? Itu juga salah satu pemikiran Kartini, saat itu. Selain itu, beliau mengnginkan bahwa kaum perempuan harap diberi ruang untuk mengaplikasikan keilmuannya. Perihal yang paling ditentangnya yaitu sekait derajat wanita yang lebih rendah di mata pria.

Merujuk pada uraian di atas, betapa mulia apa yang dicita-citakan oleh Kartini. Apakah saat ini, apa yang diinginkan Kartini masih berada pada rel yang tetap? Boleh saja kita memberikan kesaksian dengan menjawab “ya”. Atau barangkali ada perspektif yang lain terhadap sikap beberapa wanita di luar sana, sehingga memberikan jawaban, “tidak”. Bisa saja terjadi kalau pemikiran Anda menemukan hasil analisis selama ini bahwa sebagian wanita memaknai emansipasi adalah kesejajaran mutlak antara perempuan dan laki-laki. Tidak ada batas yang nyata bahwa sesungguhnya terdapat perbedaan yang sangat jelas pada keduanya. Inilah perihal yang harus diluruskan.

Perjuangan Kartini yang saat ini disebut sebagai “emansipasi”, ternyata bukan tuntutan untuk disejajarkan segala-galanya antara perempuan dan laki-laki. Beberapa pandangan menganggap kalau emansipasi adalah tuntutan kesetaraan dalam segala hal sehingga perempuan bisa duduk sejajar dengan laki-laki tanpa syarat yang mengikat perbedaan. Hal itu bisa kita lihat dari surat beliau yang ditujukan kepada sahabatnya.

“Kami di sini memohon untuk diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap dalam melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.” (Surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902).

Maka dari itu, sebaiknya kita tempatkan emansipasi sesuai apa yang diperjuangkan oleh Raden Ajeng Kartini. Dengan demikian, kaum wanita akan menyadari kodratnya sebagai perempuan yang tentu saja terdapat perbedaan dalam banyak hal dibanding pria.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post