Casminih Tapip

Kepala Sekolah di SMAN 1 Karangtengah Cianjur. Senang menulis dan terus menulis. Memiliki keluarga kecil, suami dan dua anak lelaki. Keluarga bahagia dun...

Selengkapnya
Navigasi Web
Wat Arun di Bangkok, antara Khayal dan Kenyataan
Foto pribadi

Wat Arun di Bangkok, antara Khayal dan Kenyataan

Daya khayalku menggelegak pada tahun 2020. Hal apakah yang bersemayam pada imajiku itu? Salah satu seting tempat yang kuperlukan untuk mengisi alur dalam novelku, adalah jawabannya.

Saat itu, gagasanku sedang mekar untuk menulis novel. Hal yang paling kusukai dalam memilih tema untuk karya fiksiku adalah sekitar drama rumah tangga yang pelik atau memiliki keunikan tersendiri. Mengapa harus pelik atau unik? Andaikata biasa-biasa saja atau datar-datar saja, pembaca akan disuguhi jalan cerita yang membosankan. Ia akan melempar buku kita sebelum rampung dibaca. Maka dari itu, pikirkan dan tampilkan hal yang mengundang pembaca terkesima akan keunikan tulisan kita.

Berdasarkan prinsip yang kupegang, harus kutemukan seting tempat yang digunakan untuk toko dalam novelku dalam mengisi liburan. Angan ini kuajak berselancar menjelajahi wahana destinasi wisata yang memiliki keunikan. Imajinasiku hinggaplah pada suatu tempat yang sangat dikenal oleh masyarakat dunia meskipun kaki ini belum pernah menginjak tanah di sana. Sebuah kuil budha yang bertempat di Negeri Gajah, Thailand. Wat Arun, nama kuil itu. Konon, Wat Arun merupakan kuil yang paling cantik di dunia.

Kukumpulkan informasi yang menyangkut kuil Wat Arun . Tak lupa, foto atau gambar-gambar Wat Arun, juga kucari untuk mempertebal dan memperjelas imajinasiku. Bagaimana keseharian Wat Arun yang selalu mandapat kunjungan turis mancanegara, tak luput dari jelajah informasiku saat itu. Pikiran ini merangkum seluruh catatan yang kuperoleh. Mulailah khayalan menggeliat, merajut bagaimana perjalanan tokoh dalam ceritaku, menikmati liburan di kuil penuh warna itu. Seiring bergulirnya waktu, rampung sudah novel yang menggunakan seting tempat, salah satunya sebuah kuil di Bangkok. Novel itu bertajuk, Siluet Sang Penari.

Berapa waktu yang lalu, komunitasku berencana mengunjungi negara Thailand. Salah satu destinasi yang akan dikunjungi adalah Wat Arun. Pikiran ini langsung bereaksi, „Ini kesempatan untuk bisa membandingkan kuil Wat Arun dalam khayalan dan kenyataan“. Akhirnya, pesawat membawaku terbang untuk menapaki negara Thailand. Hal yang kutunggu kemudian datang juga. Aku mengantri tiket untuk bisa menaiki perahu penyeberangan menuju Wat Arun, seperti yang kuceritakan dalam tulisan novelku. Kemudian, kaki ini benar-benar menginjak tanah di mana Wat Arun kokoh berdiri. Mata ini menatap kagum pada kuil cantik itu. Segera kubandingkan antara khayal saat itu dan kenyataan di depan mata. Apabila kemiripan tentang Wat Arun yang bersemayam di dunia khayal dan nyata dipersentasekan, kemungkinan mendekati angka 80%.

Pikiran ini menyimpulkan bahwa menulis fiksi yang didominasi atau seluruhnya khayalan, jangan pernah dijadikan sebuah ketakutan atau ketakpercayaan diri. Tulis saja apa yang meletup dari imajimu. Andaikata kita memerlukan suatu data yang menunjang tulisan kita, berselancar di internet adalah solusinya. Menunggu apalagi untuk segera menulis baik fiksi maupun nonfiksi? Semoga akan lahir penulis-penulis yang tanpa ragu untuk memulai karyanya yang berupa bahasa tulis itu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post