Hari itu ketika saya dan anak-anak kelas 5 belajar Matematika tentang Kesetaraan Antarsatuan Kecepatan dengan kobar antusias mereka. Seperti biasa, dalam pembelajaran Matematika selalu saya selipkan kuis sebagai penggembira dan motivasi mereka. Entahlah... entah apa yang saya pikirkan saat itu hingga melakukan kesalahan besar pada mereka. Seusai pembelajaran tersebut saya sangat merasa bersalah dan malu untuk mengakui kesalahan saya karena salah menjelaskan arti 3 km/jam. Malu, merasa berdosa, dan enggan memaafkan dengan kesalahan sendiri.

Keesokan harinya, saya mendapat kejutan di hari ulang tahun saya dari anak-anak. Masuk kelas langsung saja mereka menyapa dengan ucapan: " Selamat ulang tahun Bu Guru..." kemudian merela menyalakan lilin di atas kue yang mereka buat dengan iuran sukarelanya. Saat itu juga saya semakin merasa bersalah apalagi dengan kecerian dan kebahagiaan mereka menyiapkan kejutan itu. Setelah meniup lilin dan menerima hadiah kerudung abu-abu (warna kesukaanku), tanpa pikir panjang saya memberanikan diri mengakui kesalahan di depan anak-anak: "Anak-anak... Bu Guru minta maaf ya... di hari bahagia ini Bu Guru akan meluruskan apa yang telah Bu Guru jelaskan kemarin. Bu Guru benar-benar lupa dan tidak menyadari yang dijelaskan itu salah. Tapi sekarang sudah ingat apa yang kemarin Bu Guru jelaskan. Kalian mau kan Bu Guru jelaskan ulang? Kalian bersedia atau tidak memaafkan Bu Guru?"

Dengan serentak mereka menjawab: "Ya bu.... mau...."

Begitu tulus mereka memaafkan padahal saya sangat sulit memaafkan diri sendiri. Tanpa syarat apapun mereka mudah memaafkan. Subhanalloh.... Maha Suci Alloh yang telah menciptakan anak-anak dengan keluguan dan ketulusannya.

Semoga kalian menjadi pemaaf hingga dewasa nanti.

Amin... .