Choirun Nisa'

Perintah iqro' merupakan kewajiban agar kita dapat mengetahui segala hal yang ada di muka bumi...

Selengkapnya
Navigasi Web

KETEGASAN

KETEGASAN

Choirun Nisa’

Banyak orang yang menganggap bahwa amanah dan tanggung jawab merupakan suatu hal yang tidak wajib untuk dipenuhi atas apa yang telah dipercayakan seseorang padanya. Padahal amanah dan tanggung jawab merupakan suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap orang yang telah mendapatkan kepercayaan tersebut.

Dalam dunia ini kita mendapatkan begitu banyak amanah,baik dari Allah maupun dari sesama manusia namun kebanyakan dari mereka belum menerapkan sifat terpuji itu secara utuh dalam kehidupan sehari-hari.

Tanggung jawab adalah perwujudan dari kesadaran manusia akan kewajibannya atas tingkah laku atau perbuatan yang telah dilakukan, baik disengaja ataupun tidak disengaja.

Tanggung jawab dalam konteks individual berkaitan dengan konteks teologis. Manusia sebagai makhluk individual harus bertanggung jawab terhadap dirinya dan bertanggung jawab tehadap Tuhannya. Tanggung jawab manusia tehadap dirinya akan lebih kuat intensitasnya apabila ia memiliki kesadaran yang mendalam. Demikian juga tanggung jawab manusia tehadap Tuhannya, timbul karena manusia sadar akan keyakinan nilai-nilainya. Terutama keyakinannya terhadap nilai yang bersumber dari jalan agama.

Tanggung jawab dalam konteks pergaulan manusia adalah keberanian. Orang yang bertanggung jawab adalah orang yang berani menanggung risiko atas segala yang menjadi menjadi tanggung jawabnya. Dengan rasa tanggung jawab orang yang bersangkutan akan berusaha melalui seluruh potensi dirinya dam mau berkorban demi orang lain.

Mengemban suatu amanah merupakan tanggung jawab yang sangat besar. Kita harus konsisten dan menjadi tauladan bagi yang lain. Tidak semua orang bisa mengemban amanah dengan karena hanya mengikuti hawa nafsunya. Banyak sekali manusia malah menyalah gunakan amanah jabatan yang ia emban. Jabatan merupakan salah satu amanah yang harus dipelihara atau dijalani dengan sebaik-baiknya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Karena merasa kuasa dan mempunyai peranan/jabatan penting justru bertindak semena-mena. Padahal amanah jabatan yang diembannya hanyalah titipan sementara yang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban.

Maka dari itu kita sebagai manusia yang beriman sudah seharusnya menjaga amanah yang telah diberikan kepada kita dengan sebaik-baiknya karena apabila kita menghianatinya maka sesungguhnya kita telah menghianati Allah, Rasul Nya dan kaun mukmninin. Sebagaimana Rasulullah bersabda:

“Tidaklah seseorang dikatakan beriman jika tidak menjaga amanah dan tidaklah beragama orang yang mengingkari janjinya”. HR. Ahmad, hadits (3/135).

Memberikan amanah dan tanggung jawab kepada seorang anak merupakan suatu pembelajaran agar di kehidupannya kelak bisa melaksanakan dengan sebaik-baiknya. Kita bisa memberikannya dengan contoh yang kecil terlebih dahulu di dalam keluarga; seperti mengatur jadwal belajar, membersihkan rumah, pulang sekolah tepat waktu dan lain-lain. Insyaallah dengan memberikan amanah yang sederhana sejak kecil kelak dia dapat akan dapat bertanggung jawab terhadah yang ia emban.

Sedangkan diluar rumah anak-anak bisa belajar bertanggung jawab dengan mendapatkan amanah dari sekolahnya seperti ketua OSIS, ketua kelas atau pengurus yang lainnya.

Suatu hari ketika liburan semester pertama kelas 10 putraku bercerita kalau pernah menampar santri kelas 7. Mendengar hal itu aku shock dan kaget dan bertanya dalam hati, apakah dia berkelahi.

“Kenapa kok sampai menampar, mas?”. Dia sudah keterlaluan dan tidak bisa ditolerir. Pengurus pondok sudah berkali-kali memberitahu untuk mengikuti aturan pondok tapi malah meremehkannya dan kadang ia juga melawan . Teman-teman sekelasnyapun juga sering membantu pengurus, juga diabaikannya. Jangankan temannya menasehati, pengurus pondok saja dia anggap biasa. Akhirnya suatu saat kita mendapatinya sedang merokok di kamar mandi dan sebagai pengurus aku harus bisa mengambil tindakan tegas. Karena sudah kesal dengan sikapnya tanpa basa basi lagi aku tamparlah dia”, anakku menjelaskannya dengan detail.

“Terus apa dia tidak komplain, mas”, aku menginterogasinya.

“ Ya otomatislah umi, orangtuanya tidak terima dan marah besar”, dia menjawab.

Akupun dipanggil ustadz untuk menceritakan kejadiannya. Namun setelah aku menceritakan kejadiannya dan menjelaskan bahwa dalam islam dalam menasehati seseorang kan ada 3 tahap dan pengurus sudah melewati 3 tahap tersebut. Pertama dengan lisan kedua tangan dan yang ketiga dalam hati. Aku juga menjelaskan kepada orangtuanya khawatir suatu saat ketika sudah besar malah melawan bapak ibu, apa malah tidak dosa besar. Dan alhamdulillah bapak ibunya justru berterimakasih dan minta tolong untuk menemani dan membimbingya”, Shomim menjelaskan dengan bahasanya.

“Mas jangan diulangi lagi, khawatir sampean tidak bisa mengendalikan emosi”, aku menasehatinya

“Siap mi, Insyaallah aku bisa kok . Aku faham mana yang baik dan buruk”, dia mencoba meyakinkanku.

Alhamdulillah anakku sudah mulai bisa belajar untuk bertanggung jawab dari amanah yang ia emban. Meski dari ceritanya juga ada rasa khawatir dia kebablasan. Ya Allah bimbinglah ia selalu agar selalu berada di jalan-MU. Semoga kelak engkau lebih bertanggung jawab dalam mengemban amanah dalam kehidupan bermasyarakat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

inggih bunda berat d akhirat

08 Mar
Balas

Keren bund.Memegang tanggung jawab itu berat.

08 Mar
Balas



search

New Post