Choirun Nisa'

Perintah iqro' merupakan kewajiban agar kita dapat mengetahui segala hal yang ada di muka bumi...

Selengkapnya
Navigasi Web
Penerapan Budaya dan Disiplin Positif di Lingkungan Sekolah

Penerapan Budaya dan Disiplin Positif di Lingkungan Sekolah

Penerapan Budaya dan Disiplin Positif di Lingkungan Sekolah

Choirun Nisa'

Pengaruh alam dan jaman adalah hal yang tidak bisa dihindari oleh manusia. Begitupula dengan sebuah pendidikan harus menyesuaikan dengan kehidupan anak-anak sebagai objek. Kita harus mampu dan memberikan sebuah pendidikan kepada mereka yang sesuai dengan kodrat alam dan zamannya. Sebagai guru, kita tidak bisa menerapkan sebuah system yang pernah diperoleh. Karena mereka juga yang akan tumbuh sesuai dengan alam dan kodratnya sendiri, yaitu kekuatan hidup lahir dan hidup batin mereka.

Menurut Ki Hadjar, pendidikan adalah pembudayaan buah budi manusia yang beradab dan buah perjuangan manusia terhadap dua kekuatan yang selalu mengelilingi hidup manusia yaitu kodrat alam dan zaman atau masyarakat. Dengan demikian, pendidikan itu sifatnya hakiki bagi manusia sepanjang peradabannya seiring perubahan jaman dan berkaitan dengan usaha manusia untuk memerdekakan batin dan lahir sehingga manusia tidak tergantung kepada orang lain akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri.

Untuk terwujudnya tujuan pendidikan tersebut, pemerintah menerapkan Kurikulum Merdeka dan yang bermuara pada Profil Pelajar Pancasila yaitu beriman dan bertaqwa kepada tuhan YME, kebhinekaan global, bergotong royong, kreatif, bernalar positif, dan mandiri. Kita sebagai pendidik juga harus mengetahui nilai dan peran guru yang harus dimiliki oleh seorang guru terutama calon guru penggerak.

Menurut KHD guru adalah “Pamong” artinya guru itu menjaga, memberi tauladan, membina dan mendidik anak dengan penuh kasing sayang. Tugas guru adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak agar mereka mencapai kebahagiaan dan keselamatan setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat berdasarkan pada kodrat alam dan kodrat zamannya.

Guru sebagai pamong dapat memberikan tuntunan agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Guru diharapkan memiliki nilai-nilai positif yang dibutuhkan untuk membentuk karakter pelajar Pancasila dengan memberi contoh dan melakukan pembiasaan yang konsisten di sekolah. Pengembangan budaya positif dapat menumbuhkan motivasi instrinsik dalam diri anak untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan berbudi pekerti luhur serta akhlak mulia.

Budaya positif merupakan perwujudan dari nilai-nilai atau keyakinan universal yang diterapkan di sekolah. Budaya Positif di sekolah tidak dapat diciptakan secara instan, dalam penerapan budaya positif di sekolah diperlukan tuntunan dan tauladan dari seorang guru. Guru harus menjadi contoh yang baik sehingga murid dengan kesadaran sendiri akan mengikuti apa yang dilakukan guru.

Oleh karena itu, penerapan budaya positif di sekolah tak lepas dari peran dan nilai seorang guru. Untuk menerapkan budaya positif, seorang guru harus mampu menjadi pemimpin pembelajaran yang memiliki nilai berpihak pada murid, mandiri, kreatif,inovatif, reflektif dan kolaboratif sehingga dapat mewujudkan kepemimpinan murid. Membiasakan budaya positif di sekolah tentu tidak bisa dilakukan sendiri perlu kolaborasi yang baik dari semua guru dan warga sekolah sehingga sebagai calon guru penggerak kita harus mampu dan mau mengajak dan menggerakkan komunitas di lingkungan sekolah sehingga budaya positif di sekolah dapat diterapkan secara efektif.

Disiplin positif adalah sebuah pendekatan yang dirancang untuk mengembangkan murid untuk menjadi pribadi dan anggota dari komunitas yang bertanggung jawab, penuh hormat, dan kritis. Disiplin positif mengajarkan keterampilan sosial dan kehidupan yang penting dengan cara yang sangat menghormati dan membesarkan hati, tidak hanya bagi murid tetapi juga bagi orang dewasa (termasuk orangtua, guru, penyedia penitipan anak, pekerja muda, dan lainnya).

Disiplin positif bertujuan untuk bekerja sama dengan siswa dan tidak menentang mereka. Penekanannya adalah membangun kekuatan peserta didik daripada mengkritik kelemahan mereka dan menggunakan penguatan positif (positive reinforcement) untuk mempromosikan perilaku yang baik.

Upaya untuk membangun budaya positif disekolah, guru harus bekerja sama dengan kepala sekolah serta orang tua. Guru harus memiliki peran kunci dalam pengembangan disiplin positif dengan menciptakan ruang kelas yang berpusat pada peserta didik. Guru melibatkan dan bekerjasama dengan orangtua dalam penerapan disiplin positif.

Menurut Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, ada 3 alasan motivasi perilaku manusia yaitu;

1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman,

2. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain,

3. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.

1. Konsep Disiplin dengan Identitas Gagal :

A. Hukuman

1. Berlaku hanya pada sebuah institusi tidak berlanjut pada kehidupan nyata

2. System tidak akan berjalan jika murid tidak takut

3. Murid/anak menghaAnak belajar menyembunyikan kesalahan

4. Mencoba mengontrol anak dengan penguatan negative (membayar impas kesalahan)

B. Penghargaan

1. Penghargaan tidak efektif

2. Penghargaan merusak hubungan

3. Penghargaan menurunkan kualitas

4. Penghargaan mematikan kreatifitas

2. Konsep Displin dengan Identitas Sukses

A. Konsekuensi

1. Memerlukan monitoring berkelanjutan

2. Murid/anak menghormati peraturan

3. Mencoba mengontrol anak dengan penguatan positif

4. Dibuat oleh guru dan anak

B. Resitusi/ Keyakinan Kelas

1. Murid belajar bertanggungjawab terhadap perilakunya

2. Mendorong positif belajar anak/ murid memecahakan masalah

3. Teori control

4. Konsep diri kuat

Dalam menjalankan Disiplin ada, 5 kebutuhan dasar manusia yaitu;

1. Kebutuhan untuk bertahan hidup (survival)

2. Kasih sayang dan rasa diterima (love and belonging)

3. Kebebasan (freedom)

4. Kesenangan (fun)

5. Penguasaan (power).

Langkah –Langkah dan strategi dalam mewujudkan budaya positif di sekolah secara efektif dan mengembangkan karakter anak , menurut William Glasser, Gossen berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah;

1. Penghukum,

2. Pembuat Rasa Bersalah

3. Teman

4. Pemantau

5. Manajer.Pertama, posisi kontrol guru. Guru sebagai manager.

Dengan penjelasan di atas, diharapkan budaya positif di sekolah dapat terwujud dan sekolah sebagai tempat menyemai benih kebudayaan atau pembentukan karakter bukan hanya sebagai imajinasi indah yang hanya menjadi coretan indah dalam buku-buku teks pelajaran.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren

28 Jul
Balas

Mantap mbak

28 Jul
Balas



search

New Post