Chrisna Hermawan

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Langit Air

Langit Air

Suara kodok bergema dimana-mana. Hujan melanda semalaman suntuk. Deras sekali. Sampai bak penampungan air penuh semua. Hujan memang menjadi berkah luar biasa bagi masyarakat di sini.

Kondisi air tanah kurang layak konsumsi. Kalaupun dipakai harus diendapkan dulu. Paling cepat 4 hari. Bisa malahan sampai 5 hari. Kapur air digunakan untuk mempercepat proses pengendapan. Karena sudah menjadi kebutuhan saya biasanya beli langsung satu karung.

Kondisi air tanah sebenarnya jernih. Hampir mirip air tawar pada umumnya. Lain hal dengan bau. Lebih mirip bau logam. Tidak terlalu pekat namun tetap bukan bau yang enak.

Punya empat tong air. Satu tong air 400 liter. Perlu sekitar dua genggam kapur untuk mengendapkan satu tong. Sambil diaduk saat mengisi dari pompa air. Pengalaman air diisi sampai penuh. Baru diberi kapur dan diaduk. Proses mengendapkan jadi lebih lama. Setelah beberapa kali percobaan kehidupan. Dapat teknik sambil dikucurkan dari kran langsung dicampur kapur.

Beberapa teknik pencampuran sudah dilakukan. Yang membuahkan hasil paling oke yaitu dicampur air bersih. Bubuk putih kapur dilarutkan dalam segayung air bersih. Baru kemudian secara bertahap dikucurkan ke tong air. Mereka akan berkolaborasi dengan sendirinya.

Proses perubahan warna terjadi. Dari yang awalnya jernih tapi bau. Menjadi agak kebiruhijauan. Bau masih tetap. Entah percampuran unsur apa yang menyebabkan reaksi perubahan warna. Tak lama setelahnya muncul semacam gumpalan kecil. Mirip seperti kalau masak santan pecah.

Jangan harap gumpalan itu segera mengendap. Perlu proses panjang. Sehari pertama akan muncul semacam langit-langit air. Warnanya orange mengkilap. Mirip karat logam. Di beberapa bagian ada semburat ungu kebiruan. Biasanya langsung segera dibuang pakai gayung.

Pada hari kedua lebih parah. Tebalnya melebihi hari pertama. Dibuang lagi pakai gayung. Bau logam pekat sekali di bagian langit-langit air. Pada hari berikutnya berangsur kurang. Hari keempat sudah tidak berbau. Tapi masih keruh putih kecoklatan.

Air benar-benar bisa jernih dan tidak berbau pada hari kelima. Endapan tebal di dasar tong air. Sedot pakai selang dibuang. Total air satu tong. Seperempatnya terbuang dalam proses pengendapan. Selama ini seperti itu proses mendapatkan air bersih. Itupun dipakai untuk mandi dan mencuci saja. Untuk dikonsumsi lebih memilih air kemasan atau isi ulang. Maka dari itu hujan memang luar biasa. Sungguh berkah bagi orang banyak.

Bersyukur jika ada hujan. Pernah suatu ketika sedang di jalan. Tiba-tiba saja hujan. Naik motor lupa bawa mantol. Harus lekas sampai rumah. Menerobos hujan basah kuyup. Dalam hati selalu berbisik, "Ini berkah dari Allah. Terimalah, ingat di rumah selang tampungan air belum dipindah ke tong yang kosong. Jemuran belum diangkat!". Damn!

(Samuda, Kec. Mentaya Hilir Selatan, Kab. Kotawaringin Timur, KALTENG)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post