ASA DISELA HIMPITAN KERJA

Beban kerja makin menumpuk. kompetensi sebagai tuntutan sebuah pekerjaan. Apabila tidak sesuai target, maka kompetensi dianggap gatot, gagal total. Apa se tugas pokok seorang guru itu? Mengajar, belajar atau pegawai administrasi?

Apa yang menjadikan tugas seorang guru makin menumpuk? Administrasi dan kompetensi. Dilema yang berkepanjangan. Sebagai guru dituntut prima di dalam kelas. disamping itu harus siap meningkatkan kompetensi dirinya, kalau tidak maka tidak punya simpanan angka kredit sebagai pengajuan SKP.

Sebagai PNS yang dipekerjakan saya bertugas di TK swasta dan satu-satunya yang berstatus PNS. Saya bertugas sebagai guru kelas di kelompok A2. sebagai satu-satunya PNS bukan berarti saya enak-enakan disana. pekerjaan yang banyak menanti setiap saat. belum lagi mengurusi ini dan itu.

Apa yang bisa aku berikan? Sebisa mungkin saya bekerja sesuai jadwal dan bekerja semaksimal kemampuan saya. Apalagi teman-teman saya yang swasta tidak ada yang bisa komputer bahkan inet hanya sebatas main facebook dan wa. maklum kemampuan mereka sangat terbatas.

Jangan heran ya.... itulah guru TK. Mereka masih beranggapan jadi guru TK hanya bisa menyanyi dan bertepuk tangan. Mereka lupa kalau anak-anak ini yang akan memimpin negeri ini. Mereka terlalu nyaman dengan posisinya sekarang ini. Zona aman, kata mereka.

Buat apa belajar lagi? buat apa mengasah kemampuan diri? Toh yang mereka hadapi hanya anak-anak. Hallooo... hari gini masih gak mau belajar? Apa jadinya anak-anak kalau gurunya tidak mau belajar?

Miris. Saya ingin memberikan pengarahan pada mereka. Ingin mengajak mereka untuk berpacu dalam bekerja. Tapi apa boleh buat? Mereka justru menganggap saya sebagai penghalang mereka. Saya dianggap cari muka, dianggap cari kerjaan. Woouww…. Siapa saya ya?

Saya sadar mereka tidak butuh dengan kompetensi. Saya mengerti gaji mereka tidak bisa cukup untuk beli bedak. Dan saya paham mereka tidak mau ribet. Mereka hanya tahu kewajiban mereka mengajar di kelas, titik.

Apa yang bisa saya perbuat? Diam? Tentu tidak! Saya berusaha memberikan contoh yang terbaik untuk mereka. Saya mulai membenahi administrasi kantor, mulai membenahi keuangan sekolah (saya ditunjuk sebagai bendahara sekolah). Mulai menggalakkan paguyupan, berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan menjalin kerjasama dengan pihak lain.

Capek? Tentu saja. Tetapi melihat perubahan itu saya sangat senang. Teman-teman yang swasta mulai ikut berbenah dan mulai memperbaiki dirinya. Mereka mulai memperhatikan apa yang sudah saya kerjakan. Bekerja tanpa banyak bicara. Ternyata ajakan berupa omongan tidak didengarkan, namun ajakan berupa kerja nyata dapat mereka lihat.

Ketika ada pelatihan-pelatihan, mereka saya beri kesempatan ikut secara bergiliran. Dengan demikian maka secara tidak langsung saya sudah menjadikan mereka sebagai guru pembelajar. Heheh…. Mereka tidak sadar kalau itu strategi saya untuk meningkatkan kompetensi diri mereka sendiri.

Sedikit demi sedikit teman-teman mulai ada perubahan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Ketrampilan mereka makin bertambah dan kreativitas mereka mulai berkembang. Pembelajaran yang disajikan untuk anak-anak makin berviriasi dan makin banyak ragamnya. Guru senang, anakpun menjadi senang.

Senangnya melihat teman-teman mau berubah. Tindakan yang nyata lebih baik daripada sekedar ucapan/ajakan. Diam tanpa bicara namun terus bekerja supaya bisa menjadi teladan bagi yang lain. Kerja nyata, kerja cerdas dan kerja manfaat