LENGGER (Kesenian Tradisional Wonosobo)
Elinga, Ngger! Ingatlah, Nak!
#Tantangan Menulis Hari Ke-24
#TantanganGurusiana
Indonesia sangat kaya akan budaya. Dari Sabang sampai Merauke. Dari Miangas sampai Rote. Semua memiliki kebudayaan masing-masing dan tentunya berciri masing-masing.
Kuncaraningrat menyebutkan, ada 7 unsur kebudayaan dalam masyarakat, yaitu 1. Bahasa, 2. Sistem Pengetahuan, 3. Sistem Mata Pencaharian hidup, 4. Sistem Kemasyarakatan atau Organisasi Sosial, 5. Sistem Peralatan atau Teknologi, 6. Sistem Religi, 7. Kesenian
Kesenian sebagai salah satu unsur budaya dapat dijadikan ciri atau penanda suatu daerah. Sebut saja seni tari Reog, maka kita akan menyebut Ponorogo, Jawa Timur. Seni musik Kulintang, maka kita akan menyebut Manado, Sulawesi Utara, Tari Saman, kita langsung mengingat Nangroe Aceh Darussalam, dan berbagai kesenian lainnya.
Lengger, sebagai salah satu kesenian khas daerah Wonosobo, Jawa Tengah, berkembang turun temurun hingga kini. Kesenian Lengger adalah suatu bentuk tari yang biasanya dipentaskan di pesta hajatan masyarakat pedesaan. (Masyarakat kota hampir tidak ada yang menyelenggarakan).
Selain diselenggarakan oleh masyarakat, pemerintah daerah juga mementaskan kesenian tari Lengger untuk acara-acara tertentu. Penyambutan tamu negara, peringatan hari jadi kabupaten, hari ulang tahun kemerdekaan dan acara-acara lainnya.
Berdasar cerita dari mulut ke mulut dan buku cerita Rakyat Wonosobo, Kesenian Tari Lengger tidak lepas dari campur tangan Sunan Kalijaga penyebar agama Islam di tanah Jawa. Kok bisa, ya? Apa hubungan antara Sunan Kalijaga dengan kesenian Lengger?
Disebutkan kisah, Sunan Kalijaga dalam pengembaraan dakwahnya sampai juga di daerah yang kini bernama Wonosobo, Beliau prihatin dengan kebiasaan masyarakat waktu itu. Mabuk-mabukan, judi, dan juga kebiasaan pesta hajat semalam suntuk yang menggiring ke perbuatan maksiat menjadi hal yang lumrah.
Masyarakat Winosobo kala itu memiliki kebiasaan menyelenggarakan pesta hajatan dengan mementaskan tari atau wayang semalam suntuk. Bukan masalah tari dan wayangnya, tetapi kebiasaan minum-minuman semacam tuak yang beralkohol dalam pesta yang menjadi masalah. Apa akibatnya? Bisa diduga mereka akan mabuk dan memancing huru hara. Hal tersebut hampir selalu terjadi pada tiap pesta hajatan.
Bukan Sunan Kalijaga kalau tidak bisa mengatasi masalah. Benar. Dengan kecerdasan dan kearifannya, Beliau mencoba masuk dan menyelami budaya masyarakat. Masyarakat pun menerima segala petuah dan ajaran Islam sedikit demi sedikit tanpa perlawanan.
Lama kelamaan pesta minuman beralkohol pada saat ada hajatan menghilang dengan semakin sadarnya masyarakat akan dampak minuman beralkohol. Selain itu karena semakin tingginya iman Islam mereka karena Islam mengharamkan minuman beralkohol.
Seiring waktu kesenian tari Lengger dipentaskan dengan sangat santun dan elegan sebagai tarian untuk menyambut tamu-tamu agung dan menjaga kearifan lokal. Salah satunya dipentaskan ketika perayaan hari jadi Kabupaten Wonosobo setiap tanggal 24 Juli.
Dapat dipastikan setiap perayaan hari jadi, Kabupaten Wonosobo mementaskan kesenian tari Lengger sebagai upaya melestarikan tari Lengger agar tidak punah terlindas roda zaman. Selain itu agar generasi muda tetap mengenal budaya daerahnya sendiri selain budaya lain atau asing.
Foto di atas merupakan kenangan setelah tampil di acara pencanangan Desa Wisata Angrunggondok, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo. Acara tersebut dilaksanakan bulan November 2017 dan dihadiri Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Untuk mengajak generasi muda mencintai budaya daerah dan memopulerkan kesenian tari Lengger pada tanggal 2 Mei 2019 Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah raga mengadakan Pentas 5000 Lengger dalam rangka Hari Pendidikan Nasional, yang diikuti oleh perwakilan pelajar SMP, SMA, SMK/sederajat dan juga oleh guru-guru se kabupaten.
Lengger, yang bermakna Elinga, Ngger (Ingatlah, Nak) mengandung filosofi sebagai manusia hendaknya kita senantiasa ingat pada Yang Maha Pencipta, selalu bersyukur atas apa yang ada, dan senantiasa menjaga keseimbangan alam makrokosmos.
Mari, lestarikan budaya kita sebagai wujud cinta tanah air dan bangsa Indonesia! Kalau bukan kita, siapa lagi. Kalau tidak mulai sekarang, kapan lagi. Indonesia tanah airku. Kami bangga menjadi Indonesia. Wonderful Indonesia.
Kalileler, 07022020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
itu tari selamat datang ya bu? kayaknya sama dgn disini..cmn namanya beda...
Dalam perkembangannya begitu, Pak. Memang ada beberapa daerah yang punya kesenian yang mirip Lengger, di antaranya Tari Ndolalak. kemiripan
Destinasi budaya yg mesti lestari
Betul, Sekarang digalakkan pemberdayaan masyarakat dengan ekonomi kreatifnya.
Dene lengger Kalianget ora katon ya jeng..Mulane jeng ayo diuri2..ben lestari
He he...ngapunten...koleksi fotonya minim...