Mendidik atau Mengajar?
#TantanganGurusiana
Tantangan Hari ke-30
Mendidik atau Mengajar?
Maraknya kasus permainan di kalangan siswa yang berujung kematian ataupun cacat permanen sungguh memilukan hati siapa saja, terlebih bagi orang tua dan juga pihak sekolah. Bagaimana tidak? Pengaruh media sosial yang begitu cepat menyampaikan informasi, ternyata tidak berbanding lurus dengan kemampuan penerima informasi untuk memahami dan menalar informasi yang diterimanya dengan baik. Permainan berbahaya yang begitu banyak dishare, justru menjadi trand untuk ditiru oleh anak-anak jaman sekarang. Belum lagi kasus yang sering terjadi akhir-akhir ini. Banyak sekali bullying di media sosial yang berdampak negatif pada kondisi kejiwaan seseorang. Bahkan, ada pula siswa sekolah yang sampai nekat bunuh diri hanya karena tidak tahan terhadap cercaan kawan di jejaring sosial.
Larangan untuk tidak menggunakan gawai kepada anak-anak tanpa adanya penjelasan yang dapat diterima nalar mereka hanya akan menyisakan tanda tanya besar bagi anak itu sendiri. Acap kali kita melihat banyak anak-anak yang duduk di sudut ruangan sambil melihat tayangan di gawai dengan sembunyi-sembunyi karena takut orang tuanya akan mengetahui konten apa yang sedang ditontonnya. Ada pula yang menuliskan pesan singkat sambil tertawa jahat karena rasa puasnya setelah membully teman sepermainannya di group whatsapp.
Masalah ini bisa menjadi masalah serius jika orang tua tidak mau ikut andil di dalam mendidik anak-anaknya. Sebagus apapun filter yang sudah diberikan oleh pihak sekolah, tanpa dibantu oleh peran aktif orang tua tidak akan menghasilkan apa-apa.
Jika kita amati bersama, makin hari orang tua makin disibukkan dengan pekerjaan sehingga tidak ada waktu lagi untuk mendampingi putra-putrinya di rumah. Rata-rata dari para orang tua pekerja ini hanya mempercayakan tumbuh kembang anak-anaknya kepada pihak sekolah dan pengasuh di rumah. Bahkan pada tayangan video yang pernah viral ditunjukkan, betapa para asisten rumah tangga lebih mengetahui detail tentang anak-anak majikannya dibanding dengan para orang tua itu senduru. Sungguh miris sekali melihatnya.
Di jaman saya masih sekolah dulu, ibu hanya menjadi ibu rumah tangga yang full mendidik dan menyiapkan kebutuhan anak-anaknya, sehingga semua gerak gerik anak benar-benar dalam pengawasan. Ibu yang paling paham apa kebutuhan anak-anaknya termasuk apapun yang terjadi dengan anaknya. Anak pun terbiasa untuk menjadikan ibu sebagai tempatnya untuk berkeluh kesah, hingga tak jarang para ibu ini tampak seperti sahabat bagi anak-anaknya. Tidak ada gadget di jaman kami. Bahkan tayangan televisi pun bersifat mendidik karena belum ada tayangan sinetron yang hanya mengumbar sisi komersial saja.
Kami semua bermain bersama. Lebih banyak ke permainan fisik, seperti bermain gobak sodor, engkling, jamuran, petak umpet, eggrang, dan masih banyak lagi permainan yang mengasah kreatifitas dan sportifitas. Kami banyak tertawa bersama teman. Tidak ada perkelahian. Kalaupun ada perbedaan pendapat, hanya berlangsung saat itu saja dan tidak sampai melebar ke dunia maya seperti saat ini. Berbeda dengan perkembangan permainan sekarang. Di mana anak hanya duduk di kursi berjam-jam dengan mata menatap gawai tiada henti, hingga siapapun yang lewat di sebelahnya tidak akan digubris. Bahkan, jika ada adiknya dirasa mengganggu permainannya akan dibentak atau bahkan dipukul tanpa merasa bersalah.
Banyaknya game online yang memiliki konten perkelahian dan tayangan televisi yang sering menjadi trand life style anak-anak sekarang, disinyalir memiliki pengaruh yang sangat besar dalam membentuk kepribadian anak. Anak menjadi mudah tersinggung, marah, berkelahi dan berkata kasar.
Di sinilah peran orang tua dan juga guru benar-benar sangat diperlukan. Anak tidak hanya butuh diajar ilmu pengetahuan, tetapi juga harus dididik bagaimana cara bersikap dan berperilaku yang baik, sehingga ia tidak hanya menjadi anak yang pandai secara akademis, tetapi juga santun dalam beretika hidup bermasyarakat.
Mendidik dan mengajar adalah tugas semua pihak. Tidak hanya guru di sekolah, tetapi juga orang tua di rumah. Semoga generasi muda Indonesia akan selalu menjadi generasi yang berkarakter baik dan memiliki akhlak yang mulia.
Aamiin.
Ponorogo, 26 Pebruari 2020.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar