Cucu Hermawaty Rosyda

Nama Saya Cucu Hermawaty R, SE.,M.Pd, seorang guru Ekonomi di SMAN 2 Cimahi Propinsi Jawa Barat, yang punya hobi bernyanyi, menari, berpuisi, dan travel...

Selengkapnya
Navigasi Web
BIANGLALA MENJERAT ASA (14)

BIANGLALA MENJERAT ASA (14)

#NOVEL

BIANGLALA MENJERAT ASA (14)

“Herlina sayang......kalau bisa temui saya malam ini di Cafe Fiesta jam 07 malam...”

Tertanda...

Sony.

Malam itu Herlina dengan terpaksa menemui Sony di sebuah Cafe, setelah membaca pesan di secarik kertas yang dititipkan pada Pa Tatang.

“Baiklah Pa Tatang akan saya temui dia” Jawab Herlina

Herlina juga ingin pernikahan nya diakhiri saja, karena tidak berpengaruh apa-apa. Sony sudah dinikahkan dengan gadis anak pengusaha kaya raya. Tak dipungkiri herlina sangat mencintai Sony meski dari awal dia menolak perasaannya. Ditambah lagi banyak berita miring tentang Sony yang selalu mempermainkan wanita. Sony hanya mencintai dari kelasnya dia sama sama kaya raya.

Sudah berjam jam lamanya dia menunggu Sony di cafe itu ditemani Pa Tatang. Namun, waktu sudah semakin larut Sony belum juga hadir di depannya. Herlina hanya mengelus-ngelus perutnya yang sudah memasuki bulan kelahirannya. Laki-laki yang telah menikahinya karena dia diperkosa dan hamil. Tidak pernah merasakan tinggal satu atap untuk berbagi suka dan duka. Pikiran Herlina putus asa.

##

“Halo.....haloo...” Herlina menjawab panggilan masuk ke handphonenya.

Nomor tidak dikenalnya memanggil nomor teleponnya. Dan tidak ada suara mati begitu saja.

“Siapa sih....” Herlina bergumam sendiri

Sore itu dia pun membereskan pekerjaannya, komputer di mejanya sudah di logoutnya dan bersiap siap untuk pulang.

“Mba Mirna....saya duluan ya..” Pamit Herlina kepada teman se ruangannya

Herlina pun menelpon Maliza, mau dibawakan apa pulang dari kantor untuk makan malam, namun telepon nya tidak diangkat saja oleh Maliza. Di whatsapp pun tidak dibaca saja.

“Kemana ini anak ya....” Herlina mulai resah, apa Maliza masih marah atas sikapnya tadi malam.

Herlina melajukan mobil kesayangannya, jalanan yang basah karena simbahan iair hujan sore tadi. Hari pun sudah meulai gelap. Mobil menembus remang remang nya malam yang sudah dihiasi lampu yang temaram.

Mobil pun berhenti di depan pagar , rumah di sudut jalan itu masih gelap gulita, tidak ada satupun lampu yang menyala di setiap sudutnya. Herlina turun dari mobilnya karena gerbang pagar rumahnya terkunci.

:Kemana Maliza...???” Kecemasan Lina bertambah ketika mendapati rumahnya gelap pertanda tidak ada penghuni. Maliza tidak didapati di rumahnya.

“Biasanya ini anak mau kemanapun pergi selalu pamitan dan ijin....kemana kamu sayang...maafkan mama...” Gumam Lina sambil meletakkan tentengan nya yang berisi makanan kesukaan Maliza di atas meja makan.

Herlina duduk di sofa ruang tamu sambil mencoba menelpon Maliza beberapa kali, namun telepon Maliza tidak aktif.

“Motornya ini ada terparkir....kamu kemana sayang....” Herlina mulai panik dan menangis.

Herlina mencoba menelpon beberapa temannya Maliza, namun mereka tidak tahu tidak berkomunikasi dengan putrinya.

“Ya Allah....Iza....,” Teriak Herlina kebingungan

Dia buka medsosnya, instagram, fesbuk dan twiternya, barangkali Maliza memposting sesuatu untuk melihat jejaknya, namun tidak didapati juga.

Air wudhu membasuk wajahnya, Herlina menunaikan sholat Isya untuk menenangkan pikirannya, dan berdoa bersimpuh agar Maliza selalu dilindungi sang pencipta. Doa dia panjatkan kepada Allah SWT, menangis bersujud di atas sajadah, memohon agar anaknya pulang.

Malam pun semakin larut, namun, khabar Maliza belum juga ada, gelisah menyapa Herlina. Tidak bisa untuk memjamkan mata.

“Pa Tatang...Maliza...tidak ada di rumah, apakah ada menghubungi Pa Tatang?” Malam itu Herlina pun menelpon Pa Tatang.

“Ga ada bu...tidak ada menghubungi saya, yang sabar ya bu,...insyaallah Neng Iza akan baik-baik saja”. Jawab Pa Tatang terdengar diujung telepon.

“Mungkin dia kecewa sama saya Pa....” Tangis Herlina disela sela pembicaraannya.

##

Pagi akan menyapa, suara sayup sayup adzan menjelang subuh sudah mulai terdengar. Herlina masih bersimpuh di atas sajadah semalaman tidak memejamkan matanya. Sembab, jejak tangisannya membekas di mata nya yang bulat indah.

Berdoa di sepanjang malamnya, cemas, panik dan sedihnya menyatu. Subuhpun sudah ditunaikannya. Dan Herlina bergegas untuk mandi dan akan siap-siap mencari Maliza pagi itu.

##

BERSAMBUNG

CIMAHI, 02 DESEMBER 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren pisan teh,,, Sukses selalu

03 Dec
Balas

Kisah yang menarik, Bu. lanjut...

07 Dec
Balas

Makin keren dan menarik ibu cantik.. Sukses selalu.. Salam santun

03 Dec
Balas



search

New Post