MENTARI PAGIKU (1)
Pagi ini, tempe goreng dan secangkir kopi susu jadi teman pengganti nasi hitamku. Dan alunan "Chesara" mengalun memanjakan suasana hati yang lama tak terdengar.
Sinar matahari menyeruak menembus dedaunan, seolah menyapa ku, "Selamat pagi, yaa akhi, jsnfsn pernah putus rasa bersyukur pada Yang Maha Segalanya!".
Dan... sejenak aku terpana akan hangat dan cerahnya sinar matahari pagi ini, sejujurnya kubergumsm..."Wahai Mentari dan segenap makhluk sejenis mu, ketaatanmu pada Sang Pencipta jauh lebih baik daripada aku, maka ingatkanlah aku selalu pada setiap kunjunganmu". Dan awan lembutpun menghalangi cercahmu.
Alunan musik berganti kini giliran "Rain and tears", dan tempe goreng ku tinggal tiga potong serta kopi susuku semakin dingin dan menyusut. Saatnya skj beralih aktivitas lanjutkan mencari referensi untuk bahan penunjang tugasku yang semakin penuh tantangan. Semoga esok sang mentari pagi masih bisa berjumpa lagi denganku, wallahu'alam.
Media, Sabtu 18-9-2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Semangat mentari pagi, sehangat kopi Pak Dadang...hmmm inspiratif Pak
Kereeen puisinya, Pak. Tetap semangat. Tetap bersyukur atas anugerah yg diberikan Allah swt. Salam literasi
Selalu bersyukur ya Pak. Tapi ini bukan pentigraf Pak.
Aamiin, trm. Kasih Pak DS
Aamiin, trm. Kasih Pak DS