Guru Tidak Boleh Berhenti Belajar (tamat)

By Danang Margono

Tagur H-12

Dr. Deni Hardiana, M.Si. sekretaris pembina Indonesia Bermutu (IB) menyampaikan guru harus senantiasa belajar melalui membaca, berdiskusi dan menulis. Melalui proses ini guru akan lebih maksimal dalam mengasah kualitas keilmuan dan kompetensinya. Apakah benar keterampilan membaca, diskusi dan menulis guru masih rendah?.

Seperti kita ketahu bahwa minat masyarakat Indonesia untuk membaca dinilai sangat memprihatinkan, Menurut catatan UNESCO bahwa prosentase minat membaca orang Indonesia hanya mencapai 0,001%. Itu artinya, dari 1.000 orang di Indonesia, hanya 1 orang yang rajin dan gemar membaca.

Sebagai contoh ringan. Kita senang membaca WA tapi begitu membaca berita di WA yang panjang, kita jadi malas membacanya. Bahkan tidak melanjutkan membaca. Itu artinya kita mempunyai minat baca tapi daya baca kita sangat rendah. Dan kayaknya kita hanya rajin mambaca statusnya orang. Hhe..he..

Ketika seorang guru menuntut siswanya rajin membaca, ia sendiri tidak pernah membaca. Maka apa yang akan terjadi? Tanpa membaca maka pengetahuan guru akan berhenti. Keilmuan guru tidak akan bertambah sehingga skill pengelolaan pembelajaranpun tidak ada peningkatan. Karena membaca adalah gerbang ilmu dan pengetahuan. Maka ayo para guru berikan keteladanan khususnya tentang mambaca.

Untuk meciptakan siswa yang mempunyai keterampilan berpikir kritis, memiliki ketajaman analisa, maka guru harus membiasakan mengajak siswanya berdiskusi. Melalui proses diskusi maka kemampuan berpikir ktiris, dan kreatif siswa akan meningkat. Diskusi merupakan ruang untuk menyampaikan gagasan, pendapat, ide bahkan argument. Maka ayo, guru juga harus memiliki keterampilan diskusi yang bagus.

Keterampialn yang harus dimiliki guru adalah kemampuan menulis. Guru sering memberikan support dan contoh. Belajarlah menulis agar menjadi penulis berhasil sekelas Tere Liye. Tapi ketika guru sendiri tidak pernah mencoba menulis, bakan belum pernah menulis maka yakinlah ajakan ini hanya menjadi semu bahkan kosong. Menulis sesungguhnya bukan bakat, tapi sebuah keterampilan. Keterampilan itu bisa dilatihkan, dikembangkan melalui pembiasaan. Maka ayo para guru untuk belajar menulis. Menulis apa saja dari apa yang dilihat, di dengar dan dirasakan.

Terakhir, maka ayo para guru untuk terus belajar. Guru yang telah berhenti belajar, maka sesungguhnya ia tak layak lagi mengajar. Ayo berikan keteladanan kepada murid-murid kita. Ketika guru menyuruh muridnya belajar maka ia sendiri harus memberikan keteladanan dengan semangat untuk terus belajar. Keluarlah dari zona nyaman dan responsive terhadap perubahan. Semangat, ayo belajar. Karena sekali lagi. Guru sebaiknya berhenti mengajar jika tak mau lagi belajar. Jadilah guru yang baik yang selalu menginspirasi murid dan menginspirasi dunia.