Satu malam aku dan beberapa temanku dengan obrolan-obrolan hangat membicarakan sesuatu yang tanpa kami sadar, berbicara tentang siapa kami? dimana kami? lebih baik di butuhkan atau di hargai? malam itu menunjukan pukul 03.45 dan sampailah di akhir-akhir obrolan kami.

Aku pulang pukul 04.15 di dalam perjalan aku sempat memikirkan salah satu obrolan yang tadi kami obrolkan tentang di butuhkan atau di hargai?. aku berpikir nampaknya ini asik untuk di pikirkan sambil menemani dikala ku santai duduk sendiri, maklum dalam kondisi pandemi seperti ini aku memikirkan hidup lebih jauh kedepan hehe.

Tak lama aku pun teringat sebuah kutipan yang ada di social media kurang lebih seperti ini “ carilah tempat dimana dirimu dihargai bukan di butuhkan” aku mengerti maksudnya namun logika ku kurang menerima soal itu.

Mungkin kita lupa cuma bagaimana menjadi manusia yang di hargai, bagaimana menjadi manusia yang di butuhkan. Yang ada itu hanya ego diri sendiri yang ingin dihargai atau dibutuhkan tetapi lupa bagaimana cara mencapai itu.

Melihat diri sendiri bukan suatu yang mudah, namun itu harus dilakukan. Dari itu aku belajar bahwa pentingnya mengenal diri sendiri, tahu sedang berada dimana, dan apa yang akan dilakukan. Kita tidak bisa memaksakan orang lain untuk satu frekuensi, aku memaksa diriku untuk bertoleransi lebih hingga tak tenggelam dalam sebuah ego penghargaan.