DANRIRIS RIVA ISTANTI

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

PEMBELAJARAN KREATIF HARUSKAH KARENA PANDEMI?

Hari minggu itu sebuah pesan di grup whatsapp (WA) guru sekolah tempat saya mengajar mengumumkan mulai Senin dilaksanakan Work From Home, kerja dari rumah dan mengajar dari rumah. Ada euforia sesaat baik bagi guru maupun siswa. Wah, libur mendadak, sesaat lupa jika kali ini bukan “libur” seperti biasanya. Euforia itu musnah seketika saat menyadari jika ada beribu tantangan yang harus dihadapi ke depan.

Pembelajaran yang semula berjalan dengan tatap muka tiba tiba berhenti total dan beralih ke pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau belajar di rumah (BDR) dilaksanakan karena munculnya wabah Covid-19. Guru siap atau tidak harus melaksanakan pembelajarn secara daring.

Pada awalnya, PJJ dilakukan melalui grup whatsapp. Tugas dan materi pembelajaran dikirimkan melalui grup whatsapp. Siswa mengerjakan tugas kemudian memfoto tugas dan dikirimkan melalui grup whatsapp. Setelah berjalan beberapa saat siswa mulai jenuh. Siswa yang mengirimkan tugas semakin hari semakin berkurang. Bukan hanya siswa yang jenuh. Guru juga jenuh mengoreksi tugas yang berbentuk foto. Mau tidak mau pemberian tugas dan materi harus bervariasi supaya guru dan siswa tidak jenuh.

Tantangan bagi guru untuk melakukan variasi pembelajaran. Bingung? Kata itu yang muncul pertama kali saat mencari pembelajaran yang pas dan menarik untuk anak usia SMP. Bagaimana memberikan materi yang menarik? Bagaimana memberikan tugas untuk siswa yang bisa memudahkan siswa dan guru

“Yah, tugasnya banyak banget. Ini namanya penyiksaan, Bu!” Keluhan itu kerap muncul di grup WA tempat saya memberikan materi. Ya benar, jika dipikir-pikir selama kegiatan belajar di rumah, kegiatan belajar anak nyaris diisi dengan tugas, tugas, dan tugas. Jarang guru mengajak berinteraksi dan belajar bersama seperti di dalam kelas. Atau ada juga, “Aduh Bu HP-nya dibawa Bapak. Soalnya saya tidak punya HP”.

Di akhir pekan, pekerjaan menelpon anak didik satu persatu untuk menanyakan tagihan tugas adalah kegiatan rutin yang harus dihadapi. Kadang membuat tertawa dengan keluguannya, kadang pula menimbulkan jengkel terpendam karena tak mendapatkan respon. Senyum ketir juga harus muncul karena banyak siswa tidak memiliki perangkat telepon pintar untuk mengikuti pembelajaran jarak jauh. Sehingga, mengharuskan guru melakukan kunjungan dari rumah ke rumah bagi siswa dengan keterbatasan tersebut. Di tengah pandemi, tentu saja kunjungan rumah penuh dengan resiko.

Hal-hal di atas hanya sebagian kecil dari sekian banyak masalah yang muncul selama kegiatan BDR. Hal yang paling terasa bagi guru adalah sulitnya menemukan metode yang efektif untuk melaksanakan pembelajaran. Forum MGMP tingkat kabupaten pernah melakukan terobosan dengan mengkoordinir pembelajaran secara daring melalui siaran langsung via Youtube. Dalam beberapa saat kegiatan ini mampu menutup kekurangan selama kegiatan BDR. Namun, masalah berikutnya muncul. Kegiatan siaran langsung via Youtube menimbulkan keberatan pada sebagian orang tua siswa karena konsumsi kuota data pun membengkak. Hal ini kemudian direspon oleh pihak Dinas Pendidikan dengan mengganti kegiatan siaran via youtube dengan siaran pendidikan melalui Radio Siaran Pemerintah Daerah (RSPD). Efektifkah? Sayangnya kegiatan itu hanya berlangsung beberapa hari saja. Sehingga belum sempat melakukan evaluasi mendalam.

Tetap saja, berbagai terobosan tersebut masih bersifat coba-coba karena kegiatan BDR ini terjadi begitu mendadak, tanpa persiapan, dan guru tiba-tiba harus mengubah seluruh gaya mengajarnya. Baik teknik, metode, bahkan materinya pun disesuaikan. Tapi, hidup harus tetap berjalan!

Hingga suatu hari saya pun mengikuti pelatihan menulis artikel, kemudian mengenal microsoft office 365. Berbagai fitur tersedia dalam aplikasi office 365 ini. Salah satu fitur yang menarik yaitu aplikasi sway. Materi dalam bentuk powerpoint dan video bisa tersimpan dalam satu tampilan yang kita bagikan secara daring. Tampilan yang dinamis membuat anak lebih tertarik untuk mengikuti materi yang kita berikan. Pemberian materi melalui sway lebih bervariasi. Selain pemberian materi, tugas juga diberikan melalui Microsoft Office Form. Anak anak senang mengerjakan tugas melalui Office Form, guru juga lebih mudah mengoreksi pekerjaan siswa.

Selain MS Office 365 fitur Sway dan Form-nya, aplikasi Zoom Meeting menjadi salah satu alternatif untuk melaksanakan tatap muka secara virtual dengan siswa. Siswa yang sudah bosan berada di rumah, sangat kangen untuk bersua bersama teman-teman. Perlahan mengenalkan Zoom Meeting, ternyata anak antusias untuk mengikuti. Meskipun belum seratus persen siswa mengikuti, tapi lebih dari 50% siswa aktif ikut dalam Zoom Meeting. Awalnya hanya untuk presensi saja menggunakan Zoom Meeting. Sekarang, pembelajaran terkadang juga menggunakan Zoom Meeting. Pembelajaran lebih interaktif karena ada timbal balik antara peserta didik dan pendidik.

Apakah sudah selesai tantangan bagi guru? Ternyata belum, kendala kuota internet mulai muncul. Beberapa siswa terkadang tidak mengikuti karena kuota habis. PR lagi bagi guru, untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang interaktif, menarik dan menyenangkan yang irit kuota.

Bantuan kuota pemberian pemerintah muncul, orang tua dan guru pun merasa lega. Kuota data yang cukup besar membuat siswa bisa membuka formulir pembelajaran daring yang tersedia. Ternyata kelegaan itu tidak bertahan lama, beberapa anak tidak memanfaatkan kuota pemberian pemerintah dengan baik. Kuota reguler 5 GB yang diberikan pemerintah habis untuk hal yang kurang bermanfaat. Sehingga, kuota belajar sebesar 30 GB pun tidak dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran karena membutuhkan dukungan kuota data reguler yang telah lebih dulu dihabiskan oleh siswa. Himbauan penggunaan kuota data secara bijak yang terus disampaikan tentunya tidak serta merta dapat diterima oleh anak dalam usia serba ingin tahu.

Munculnya pandemi Covid-19 membawa hikmah lain. Guru dan orang tua saat ini harus mampu beradaptasi dengan berbagai kondisi. Di era serba virtual saat ini, guru harus mampu mencari metode yang kreatif dalam melaksanakan pembelajaran. Meskipun pembelajaran di dalam kelas tentu saja tidak bisa digantikan 100% dengan teknologi. Namun, penerapan teknologi dalam pembelajaran adalah sebuah keniscayaan yang harus dihadapi. Mau atau pun tidak, guru harus mampu melaksanakan pembelajaran dalam berbagai kondisi. Termasuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh dengan memanfaatkan sistem manajemen pembelajaran (Learning Mnagement System/LMS) yang terpadu. Orang tua pun disadarkan, bahwa kerjasama guru dengan orang tua adalah kunci suksesnya pembelajaran. Keduanya tidak bisa saling mengandalkan. Namun, keduanya harus senantiasa berjalan seiring dalam mendidik anak-anak, agar menjadi generasi yang ideal di tengah berbagai keterbatasan dan tantangan.

Tulisan ini telah terbit di buku "Belajar dari Musibah: Kumpulan Catatan Inspiratif Pembelajaran diu Masa Pandemi Covid-19" Terbitan Beta Aksara

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ulasan yang bagus bu

10 Mar
Balas



search

New Post