Istilah ini sering akrab di dalam dunia sepakbola. Blunder adalah membuat suatu kesalahan besar. Bagi pencinta sepakbola tentu masih ingat dengan sosok Rene Higuita. Kiper eksentrik asal Kolombia ini dijuluki kiper gila. Publik menyebutnya demikian karena keberaniannya maju meninggalkan gawangnya. Tentu resiko ini sangat besar, akan menyebabkan kekalahan tim dan turunnya nilai transfernya. Higuita akhirnya memang blunder saat berhadapan dengan Kamerun di Piala Dunia 1990. Saat timnya ketinggalan 1 - 0 dari Kamerun, ia mencoba maju membantu mengalirkan bola ke depan dengan meninggalkan gawangnya. Namun sayang pemain Kamerun,Milla berhasil mere but bola dan menceploskan bola ke gawang, Kolombia akhirnya kalah.

Kejadian hampir sama juga menimpa Loris Karius, dalam Final LC Europa 2018. Kiper Liverpool berdarah Jerman ini blunder karena lemparan bolanya berhasil di potong oleh Benzema. Akhirnya Liverpool pun kalah.

Penyebab blunder ini bisa disebabkan oleh setidaknya dua faktor. Satu adalah kepanikan. Bagaimana Higuita panik karena tertinggal 1 -0 dari Kamerun, sementara pertandingan akan berakhir. Kedua Kurang hati-hati. Bagaimana keteledoran Loris dalam melemparkan bola, dia tidak memperhitungkan kaki Benzema masih bisa menjangkaunya.

Blunder bisa terjadi dalam dunia apa saja. Termasuk dalam pendidikan. Blunder pelakunya bukanlah orang awam, tapi lebih pada orang yang professional di bidangnya. Kepanikan dan ketidakhati-hatian akan menyebabkan berkurangnya kepercayaan publik, dan dalam dunia sepakbola akan menurunkan nilai transfernya. Namun yang sangat penting bagaimana sang "pemain" tadi bereaksi cepat terhadap blunder yang telah dilakukan. Sehingga walaupun tidak mengubah hasil pertandingan namun publik kembali percaya kepada pemain tersebut.

#Day34

#tantangangurusiana