Dartini

Pengawas SMP di Dinas pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah....

Selengkapnya
Navigasi Web

Guru Bekerja Lebih dari 50 jamminggu

Work From Home bagi guru, bukannya memperpendek jam kerja tapi malah memperpanjang. Guru anak saya yang masih duduk di kelas 5 sebuah SD menjadi sibuk sekali dengan hp miliknya jauh di luar jam kerja. Sebelum jam kerja dimulai beliau sudah merancang tugas untuk disampaikan kepada anak didiknya pada jam 7 atau 8. Ketika beliau membuka hp untuk mengirimkan tugas, sudah banyak anak didiknya yang mengirim foto kegiatan pagi membantu orang tua. Sambil menunggu siswa mengerjakan tugas, beliau pun dengan sabar mengomentari dan memberi penguatan untuk foto foto kegiatan yang dikirim siswa . Dan selama siswa mengerjakan tugas selalu saja ada siswa yang bertanya dan minta penjelasan tentang tugas tersebut. Pengumpulan tugas dibatasi maksimal jam 8 malam. Tetapi sebelum itu sudah banyak siswa yang mengerjakan lebih awal dan selesai lebih awal sudah mengirim pekerjaannya lewat japri. Beliaupun sibuk memeriksa pekerjaan siswa memberi nilai dan mengirimnya kepada siswa dan tdak lupa selalu memberi penguatan. Kalau ada siswa yang belum mengumpulkan setelah jam 20.00,  beliau kemudian menghubungi orang tuanya.

Sejak hari pertama beliau sudah membuatkan jadwal kegiatan untuk anak anak didiknya selama belajar di rumah. Pukul 07.00 – 08.00 siswa membantu orang tua, pukul 08.00 – 09.00 belajar, pukul 09.00 – 10.00 istirahat, pukul 10.00 – 12.00 belajar, pukul 12.00 – 12.30 sholat dhuhur. Pukul 12.30 – 15.00 istirahat/tidur siang, pukul 15.00-15.30 sholat Asar, pukul 15.30 membantu orang tua dan mengerjakan tugas bagi yang belum selesai. Pukul 20.00 batas akhir pengumpulan tugas. Dibawah jadwal diberi penjelasan bahwa untuk tugas mengerjakan dari buku tematik dikerjakan dibuku/kertas, kemudian difoto dan dikirimkan secara japri. Untuk tugas LKS dikerjakan di LKS, dikumpulkan nanti kalau sudah masuk sekolah. Orang tua supaya memotret kegiatan siswa membantu orang tua dan belajar dan mengirimkan di grup kelas. Jadi siswa memang terpandu.

Pagi pagi anak saya pasti menanyakan kegiatan apa yang bisa dilakukannya untuk membantu orang tua. Lalu minta difoto, dan minta tolong agar ibunya mengirim foto kegiatan ke grup WA wali murid kelas 5. Setelah itu selalu saja anak saya menunggu tugas dari gurunya yang setiap pagi selalu dikirim ke grup wa kelas. Beliau memberikan tugasnya sebelum jam 07.30, karena dulu ada orang ua yang keberatan ketika beliau memberikan tugasnya jam 08.00, karena hp sudah dibawa orang tua keja sampai jam 16.00, sehingga anaknya selalu terlambat mengumpulkan. Kecuali itu jika hp sudah dibawa orang ua saat guru memberikan tugas, maka selama siang itu siswa belum mengerjakan tugas. Oleh karena itu pagi pagi salalu saja beliau sudah mengirimkan tugas baru. Tugas itu tentu sudah dirancangnya semalam. Kalau saya pulang kantor, jam 16.00 sore, selalu saja mendapat laporan kalau tugas anak saya sudah selesai, sudah dikirim, dan sudah dinilai Bu Guru. Artinya beliau, guru anak  saya itu memang mengoreksi. Dan itu sudah di luar jam kerja.

Kegiatan guru menjadi begitu banyak, meskipun tidak ke sekolah dan tidak melakukan kegiatan pembelajaran tatap muka. Yang kemudian mengikuti perubahan itu adallah anggaran pembiayaan yang harus disiapkan guru. Dana yang biasa disediakan untuk membeli bahan bakar bagi kendaraan yang digunakan berangkat dan pulang sekolah sekarang beralih ke anggaran pembelian kuota internet. Dan itu lebih besar. Dan tidak ada alasan bagi guru untuk kehabisan kuota. Ketika WFH diperpanjang, siswa mulai bosan dengan soal, jenuh karena harus di rumaah terus, kangen dengan guru dan teman temannya. Saat itu guru harus berpikir mengubah suasana. Tugas yang awalnya hanya mempelajari materi dan mengerjakan soal latihan dan hanya ditulis sebagai pesan WA yang pendek, sekarang anak anak minta guru menjelaskan materi dengan video. Bahkan sebagian guru sudah melakukan kegiatan pembelajaran dengan tele conference menggunkan aplikasi zoom. Dengan begitu terjadi interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa. Namun anggaran kuota yang harus disediakan guru menjadi membengkak.

Mengetahui keadaan seperti diatas, pantaskah kalau masih ada yang mengatakan guru memakan gaji buta, tidak mengajar tetapi tetap gajian. Karena ternyata mereka tetap mengajar hanya dengan cara lain. Bahkan jam kerja mereka bertambah sangat panjang. Dalam sehari tidak cukup 7 jam seperti yang biasa dilakukan di sekolah, bisa jadi lebih dari 10 jam guru bekerja. Jadi mari belajar memahami perubahan yang sedang terjadi untuk kemudian tiidak membuat pernyataan yang tidak sesuai

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post