Dartini

Pengawas SMP di Dinas pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah....

Selengkapnya
Navigasi Web

Kartini Kartini Dipingit

Setiap April Bangsa Indonesia selalu mengenang RA Kartini sebagai pahlawan emansipasi yang memperjuangkan nasib perempuan Indonesia. Kisah kisah perjuangannya selalu diceritakan kembali. Perjalanan hidupnya yang tragis menjadi bagian dari sejarahyang disampaikan kepada generasi muda saat ini. Surat suranya yang ditulis semasa hidupnya menjadi bahan kajian tiada henti. Pemikirannya menginspirasi banyak pihak untuk bertingkah dan bertindak serta berpikir untuk diterapkan di zaman ini. Sebagian kisahnya menjadi hal yang mustahil terjadi pada anak anak perempuan jaman now, salah satunya adalah ketika Kartini harus dipingit semenjak memasuki usia 12 tahun. Mungkin tak terbayangkan kalau anak perempuan sekarang harus dipingit. Tapi corona membuat segalanya berubah. Tak hanya anak perempuan, sekarang semua warga masyarakat harus dipingit. Apa yang bisa kita lakukan selama kita dipingit ? Mungkin kita dapat belajar dari apa yang dilakukan Kartini selama dipingit.

Selama dipingit, Kartini banyak membaca dan menulis. Kartini banyak membaca surat kabar terbitan Semarang yang bernama De Locomotief dan diasuh oleh Pieter Brooshooft. Dia juga menerima leestrommel (kumpulan majalah yang diedarkan toko buku kepada pelanggan langsung). Selain itu juga ada majalah kebudayaan, ilmu pengetahuan yang tergolong cukup berat dan juga ada majalah wanita Belanda yang bernama De Hollandsche Lelie. Dua contoh dari banyak buku yang dibaca Kartini sebelum mencapai umur 20, yaitu surat-surat cinta dan max havelaar yang keduanya adalah karya multatuli. Kartini sudah membacanya dua kali pada bulan november 1901. Ada pula buku yang berjudul De Stille Kraacht yang dalam bahasa Indonesia berarti Kekuatan Gaib yang ditulis oleh Louis Coperus. Beberapa buku bermutu tinggi karya penulis Belanda yang bernama Van Eeden. Ada juga karya Augusta de Witt yang kualitasnya biasa saja. Kisah roman-feminis yang ditulis oleh Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dari Belanda. Tidak hanya Belanda, Kartini juga melahap sebuah buku karya orang Jerman bergenre roman anti-perang karangan Berta Von Suttner. Judulnya dalam Bahasa Jerman adalah Die Waffen Nieder atau Letakkan Senjata. Memang hampir semuanya berbahasa Belanda. (https://sejarahlengkap.com/tokoh/biografi-r-a-kartini)

Dari banyak buku dan surat kabar yang dibacanya membuat pemikiran Kartini terbuka luas. Hal yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan kenyataan kehidupan yang dialaminya. Itulah yang kemudian membangun banyak ide dan keinginan Kartini. Ide dan pemikirannya itulah yang kemudian ditulis dalam bentuk surat surat yang dikirimkannya kepada sahabat sahabatnya perempuan Belanda yang dulu bersekolah bersama di ELS (Europese Lagere School). Kepedulian Kartini terhadap nasib perempuan Jawa mendasari keinginannya untuk memperjuangkan nasib peremuan agar memeliki kebebasan dalam menuntut ilmu dan memiliki persamaan di depan hukum membangun sebuah cita cita untuk memajukan perempuan pribumi. Pemikiran yang sangat bernas yang dihasilkan dari kebiasaan membaca yang penuh pendalaman dan analisa.

Saat ini kemajuan yang dialami perempuan sudah demikian hebat. Perempuan telah mengenyam kebebasan seperti yang dicita citakan Kartini. Peerempuan sekarang memiliki otonomi untuk memilih pola hidupnya. Menjadi perempuan yang sukses di ruang publik, atau menjadi perempuan sukses yang mendukung kesuksesan suaminya, ataupun menarik diri dari ruang publik untuk menikmati kebahagiaan di ruang domestiknya. Semuanya bebas dipilih. Namun ketika sudah sebagian besar perempuan sudah berada di ruang publik secara fisik, sekarang corona memaksa mereka dipingit di rumahnya masing masing. Tapi apa Kartini Kartini sekarang juga membaca dan menulis seperti yang dilakukan Kartini ?

Seorang guru yang terpaksa harus mengajar secara daring karena siswanya belajar di rumah sedangkan ia juga harus bekerja dari rumah. Ia terus membaca buku materi yang biasa digunakan ketika mengajar dikelas dan memberikan tugas sesuai yang tertuang di buku, bedanya sekarang tugasnya ditulis menjadi pesan whatsapp yang dikirim ke siswanya lewat ponsel. Siswa pun mengirim hasil pekerjaannya lewat whatsapp. Tapi hanya bisa dilakukannya beberapaa hari, iswanya sudah bosan. Ia pun terus membaca baik dari buku maupun browsing di internet bagaimana membuat pembelajarannya menarik. Ia belajar berbagai cara penyajian materi lewat media online untuk disampaikan ke siswanya. Selain itu ia terus membaca dan mencari pola lain agar tugasnya tidak sekedar mempelajari materi dan mengerjakan soal. Ia membaca dan menemukan banyak cara dalam mengajar secara online.

Seorang perempuan muda berpendidikan S1 tapi belum bekerja dilembaaga apappun, mencoba menawarkan pizza haaasil karyanya secara online dengan memasangnya di marketpleace milik facebook. Ketika situasi masih normal sebelum ada wabah corona, satu dua pesanan setiap harinya datang, dan ia memasak dan mengantarnya sendiri ke konsumen yang satu daerah dengannya. Diam diaam iajugamenyimpan no ponsel dari para pembelinya. Ketika darurat corona datang dan banyak orrang harus bekerja dari rumah, ia mengembaaangkan usahanya menjaadi berbagai aneka masakan dan memanfaatkan nomor nomor pembeli yang disimpannya untuk menawarkan dagangannya. Omsetnya melonjak luar biasa. Andaikan ia menuliskan kesuksesannya itu menjadi sebuah buku, tentu banyak orang dapat belajar. Ia membaca keadaan dan mengolah menjadi ide pengembangan yang mengaantar kepada kesuksesannya.

Seorang ibu rumah tangga yang sekarang harus banyak belajar lagi agar dapat mendampingi putra putrinya belajar di rumah. Guru di sekolah anaknya memberi tugaskepada semua siswanyaa untuk mengerjakan tugas di rumah. Anak yang mengerjakan tugas berulang kali meminta bantuan ibunya untuk menjelaskan apa yang dimaksud. Beberapa tugas bahkan harus meminta keterlbatan orang tua misalnya “Diskusikan dengan orang tuamu barang bekas apa yang bisa kita manfaatkan untuk kemudian bisa dijual... dan seterusnya”. Gurupun meminta orangtua siswanya unutk memotert aktifitaas belajara dan kegiatan membantu orang tua yang dilakukan anaknya. Jadilah kesibukan baru yang banyak menyita waktu orang tua terutama ibu. Ibu harus membaca dan belajar lagi untuk mengingat pengetaahuan yang sudah lama tidak diingatnya dan mempelajari hal baru untuk menyesuaikan hal yang dipelajarai anaknya. Ia membaca.

Kartini 4 seorang anak perempuan yang baru berusia 10 tahun, duduk di kelas 5 sekolah dasar. Ia tak tahu apa itu dipingit, tapi jiwanya berontak ketika orang tuanya tidak mengijinkannya bersepeda keliling kampung. Ia mengeluh ketika bu Guru memintanya belajar di rumah dalam batas waktu yang belum ditentukan. Ia meronta ketika hari harinya dilalui hanya dengan tugas dan kegiatan lain bersama orang tua, bukan dengan teman teman sekolahnya. Tapi ia beruntung mempunyai guru kreatif yang mengganti ganti tugas yang diberikan, kadang mengerjakan soal, kadang membuat video, kadang mengirim pesan suara untuk menyampaikan doa yang sudah dihafalnya, kadang membuat hand sanitaizer alami yang bahannya dipetik dari kebun. Kadang ia juga mengaduk aduk tepung untuk dimasaknya. Kadang pula ia membuat poster aneka warna yang sangat disukainya. Ia terus belajar dengan banyak hal yang harus dilakukannya di rumah. Lalu mengirimkannya untuk bu Guru lewat ponsel. Bahkan di waktu senggangnya ia mencoba banyak menu yang disediakan ponselnya, menciptakan sesuatu yang tidak dikuasai orang tuanya. Ia tetap berhubungan dengan teman temannya lewat panggilan video dan beramai ramai pula. Ia mencoba mengerti mengapa ia dipingit dengan mengganti dunia bermain dan belajarnya dengan mengakrabi dunia baru, dunia maya, ia Kartini mileneal, tak terbatas ruang dan waktu.

Sementara itu perempuan lain dalam posisi Kepala bidang di sebuah Badan Perencanaan Pembangunan, apalagiperempuan yang duduk sebagai menteri keuangan, mereka tak mengenal work from home. Mereka terus bekerja dimanapun tempat berdiri tubuhnya. Karena selama waktu berputar, otaknya terus berputar bagaimana mengatasi keadaan yang sedang terjadi di daerahnya meupun di negaranya. Bagaimana ia harus merumuskan kebijakan dengan membaca keadaan, menganalisis semua faktor yang harus dipertimbangkan dan menuliskannya menjadi keputusan besar. Tulisannya tak hanya menunjukkan eksistensi dirinya tetapi di tangannya terlahir pemecahan masalah besar masyarakat.

Semua kisah mereka layak dibaca dan ditulis seperti yang Kartini lakukan ketika dipingit. Tentu masih sangat banyak Kartini lain yang memiliki kisah selama dipngit corona. Mari ikuti ikuti jejak Kartini. Saat ini kita sama sama dipingit. Apakah kita juga membaca dan menuliskan pemikiran kita ?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Subkhanallah, tanpa sadar di hari ini Kartini hadir sebagai sosok guru yang mengajarkan makna PINGITAN bagi kita.

21 Apr
Balas

Ibu Kartini akan selalu jadi panutan wanita .... Ibu kita Kartini, Putri Sejati, Putri yang Mulia, Harum Bangsanya..... Barakallah Bu Dartini

21 Apr
Balas

InsyaaAllah saya sudah membaca dan menuangkan tulisan setiap harinya di gurusiana. Selamat memperingati Hari Kartini di tengah mewabahnya Covid-19. Barakallahu

21 Apr
Balas

Keren menewen. Salam literasi

21 Apr
Balas

Terimakasih sudah komen, salam literasi

21 Apr

Sosok Kartini...tetap menjadi inspirasi...takkan terganti dengan maraknya teknologi. Kita juga bagian dari kartini ya Bu...hehehe. Salam literasi

21 Apr
Balas



search

New Post