Dartini

Pengawas SMP di Dinas pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah....

Selengkapnya
Navigasi Web

SK Bupati

Saat ini aku sebetulnya lelaaah sekali. Sudah 2 hari dari pagi sampai hampir jam 5 sore terus duduk dikursi menghadapi 35 orang perhari guru tidak tetap (GTT) yang secara bergantian kuwawancarai. Yaaah mereka antri menjalani wawancara sebagai seleksi memilih para GTT yang bisa mendapatkan SK Bupati. Kalau ingat mereka, rasanya aku tidak sepantasnya berbicara tentang kelelahanku, mereka pasti lebih lelah, datang dari jauh, antri, wawancara yang hanya 10-15 menit. Persiapan mereka tentu sudah melelahkan. Mulai dari pendataan yang memusingkan, mekanisme seleksi yang membuat mereka khawatir dan waswas, sampai menanti undangan untuk ikut dipanggil seleksi.

Dari awal sebetulnya aku tidak menjadi bagian dari kerja besar mempersiapkan GTT untuk mendapat SK Bupati. Yang punya kegiatan sebetulnya Badan Kepegawaian dan Pendidikan Pelatihan Daerah. Tapi yang memiliki GTT adalah Dinas Pendidikan khususnya Bidang Ketenagaan. Jadilah kolaborasi antara BKPPD dengan Ketenagaan Dindikbud. Bidang ketenagaan juga tidak melibatkan pengawas sebagai pewawancara. Hanya ada 2 orang pengawas yang dimintai bantuan menyiapkan rambu-rambu wawancara. Pada saat hari Senin kemarin ada rapat persiapan juga tidak seorangpun pengawas yang diundang BKPPD hanya merencanakan kalau pewawancara terdiri dari 20 orang yang terdiri dari para pejabat struktural di lingkungan Dinas Pendidikan sebanyak 12 orang dan selebihnya dari BKPPD. Namun karena kesibukan para pejabat struktural dan kesibukan Dinas maka sebagian tidak bisa melaksanakan tugasnya. Hari kedua wawncara ada beberapa yang harus mengikuti lomba karawitan antar OPD yang diselenggarakan dalam rangka HUT Purbalingga. Jadilah 5 orang pengawas SMP dan beberapa pengawas SD menjadi pemain pengganti.

Datang pukul 07.20 an di tempat wawancara, suasana masih sepi. Kulihat sudah ada beberapa peserta yang sudah hadir tapi parkir depan samping halaman masih kosong. Peserta yang hadir memilih arkir di dalam. Aku memilih tempat parkir di samping depan dibawah pohon, dekat tembok. Kupikir kalaupun belakang motorku akan tertutup banyak motor, kan aku pulang terakhir, tidak masalah. Masih mengenakan jaket sambil melepas penutup mulut dan kaos tangan (aku kan full asesoris kalau naik motor !) datang kemudian sebuah motor langsung parkir disebelah motorku. Kulihat seorang ibu guru yang masih keihatan begitu muda. Dia menoeh ke aku dan tersenyum. Kubalas senyumnya tapi kupastikan aku tidak mengenalnya. Yang membuat aku bingung karena dia bertanya padaku :”ibu jam pertama ya bu ?”, sesaat aku bingung, tapi segera kusadari pasti dia mengira aku peserta juga seperti dia, peserta jam pertama. “ Iya jam pertama” jawabku kemudian. Aku baru menyadari memang dari pakaian dan penampilan tidak ada bedanya antara pewawancara dan yang diwawancarai, mungkin ibu tadi tidak menyadari kalau motorku plat merah, pertanda hanya motor pinjaman pemerintah. Dia terus berlalu berbaur dengan peserta lain yangs sudah datang.

Setelah sejenak beristirahat di ruang tamu gedung PGRI, aku mulai memasuki tempat wawancara. Pertama aku lapor dulu kepada panitia dari BKPPD kalau aku menggantikan peawancara dari Dinas Pendidikan yang tidak bisa melaksanakan tugas. Beliau kemudian menyerahkan berkas untuk satu meja yang kan kuhadapi dan menjelaskan tentang rambu rambu penilaiannya. Karena aku datang awal akubisa memilih meja yang posisinya terang dan dekat dengan kipas angin agar aku bisa mengatur angin yang kuperlukan. Wawancara belum dimulai, meja lain masih bbanyak yang kosong. Kulihat peserta semakin banyak, sebagian sudah kwwelihatan sedikit senior. Aku jadi ingat teman-teman sekolahku dulu, nasib kami berbeda-beda sekali padahal kami sama-sama berpendidikan SPG, calon guru. Tapi pengangkatan kami menjadi guru PNS sangat bervariasi, ada yang saat aku kuiah mereka sudah menjadi guru PNS, ada yang masih GTT, bahkan bertahun tahun kemudian. Saat aku menjadi Kepala SMP di masa kerja PNSku yang ke 9, masih ada juga yang masih GTT. Saat kami bertemu lagi lewat WA, saat itu aku sudah menjadi Pengawas SMP, teman-temanku ada yang beru beberapa tahun diangkat sebagai guru SD.

Ketika aku tahu bahwa yang akan kuhadapi adalah guru SD, aku harrus berpikir ulang. Aku harus bicara pembelajaran di SD. Beruntung sekali beberapa waktu yang lalu aku bersama Pak Suparman, rekanpengawas SD ditugasi mengetes guru yang akan mutasi masuk ke Purbalinggaa. Ketika itu aku berkesempatan melihat Pak Parman mengetes guru SD dengan melakukan peer teaching dan mewawancarainya. Ketika itu aku melihat 3 orang guru SD yang akan mutasi yang 2 mengajr tematik yang satu mengajar IPA. Jadinya aku bisa menggunakan pengetahuan singkatku itu untuk bahan wawancara hari ini. Makanya ketika bertemu guru kelas 1 dan 2 yang mengajar tematik pun aku seperti paham betul.

Hari pertama (bagiku) wawancara aku harus mewawancarai 35 orang GTT, semua guru SD dari Kecamatan Rembang, sebuah keecamatan diujung timur kabupaten Purbalingga. Letaknya yang jauh membuatku merasa kasihan. Bayangkan ada yang harus menempuh perjalanan selama 1,5 jam untuk sampai ketempat wawancara dengan medan yang berat. Hanyauntuk wawancara selama 10 menit. Mereka berasal dari SD yang sebagiannya terletak di desa yang terkenal indah tetapi sulit dijangkau. Jalan berlikudan menanjak di pegunungan dengan kondisi jalan yang masih belum bagus dan sempit. Jika kita akan kesana dengan mengendarai mobil sudah bisa, tapi harus hati hati dan terus berdoa untuk tidak berpapasan dengan mobil lain, karena jalannya hanya untuk 1 mobil. Diantaranya ada Desa Tanalum yang mememiliki beberapa curug (air terjun) alami yang mempesona dan Desa Penusupan dengan sajian rumah pohon dengan latar belakang lembah hijau lengkap dengan udara yang sejuk segar sebagai obyek wisata desa yang indah.

Hari kedua aku bertemu dengan peserta yang sebagian besarnya adalah GTT di sebuah SMP sehingga aku tidak mengalami kesulitan. Hanyasaja secara kebetulan mejyang kupilih ternyata meja untuk peerta yang sebagian besarnya adalah guru Bimbingan Konseling, disusul kemudian guru IPA, guru PJOK, guru PKn, lalu ada satu guru Bahasa Inggris dan 1 guru TIK, yang sesuai denganku hanya 2 orang guru IPS. Meskipun demikian karena posisikusebagaipengawas sekolah juga menuntutku menyupervisi kegiatan BK sudah membuatkua belajar tentag BK. Itu makanya cukup lancar aku bertanya tentang per BK an. Yang lain tentu peranyaan umum saja ttg pembelajaran. Aku juga menemukan betapi struktur kurikulum mata pelajaran yang berbeda antara KTSP dan Kurikulum 2013 belum berimbas pada pembelajaran. Hal ini terjadi pada mata pelajaran PJOK yang pada KTSP 2006 berkedududukan sama denga pelejaran lain yang bukan muatan lokal, sementara pada kurikulum 2013 termasuk kelompok B Muatan Lokal. Merekahanya bisa membedakan dulu PJOK hanya diajarkan selama 2 jam pelajaran per minggu, dan sekarang 3 jam, itu saja. Padahal maksud dari kelompok B ini adalah mata pelajaran-mete pelajaran yang pada penerapannya mengadaptasi unsur-unsur lokal dari lingkungannya. Misalnya pada KD tentang permainan dalam PJOK maka permainan tradisional dan lokal bisa masuk. Demikian juga pada mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya.

Para peserta sudah mengabdi dengan rentang waktu yang tidak sama, ada yang baru2 tahun ada pula yang sudah 13 tahun. Yang aku heran, ada 2 orang yang lebih dari 12 tahun mengabdi, itu kan seharusnya sudah terdata pada saat dikeluarkannya PP No 48 tahun 2005. PP ini membatasi atau melarang pengangkatan GTT sejak dikeluarkannya peraturan tersebut terhitung mulai Nopember 2005. Bagi yang sudah mengabdi sebelum Nopember 2005 akan diangkat secara bertahap. Nah mestinya hari ini tidak ada yang mempunyai masa pengabdian lebih dari 12 tahun. Itu makanya konon pihak BKPPD akan mempertimbangkan masa kerja dalam seleksi GTT ini. Sebetulnya seleksinya hanya mempertimbangkan 3 hal yaitu linieritas, masa kerja dan integritas. Linieritas akan melihat latar belakang pendidikannya dengan pekerjaannya sebagai guru. Masa kerja melihat lama bekerja sebagai GTT yang tidak terputus atau terus menerus. Sementara itu integritas meiputi 5 hal yaitu 1. Kesetiaannya kepada NKRI, Pancasila dan UUD 1945, 2. Kesediaannya menaati ketentuan jam kerja, pakaian dan tugas mengajarnya, 3. Kemampuan dalam melaksanakan tugas mulai dari merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, menganailisis, dan menindaklanjuti dalam pembelajaran, 4. Pengembangan pendidikan karakter, 5. Prestasiyang dimiliki. Tetapi karena sempitnya waktu yang tersedia tentu 5 hal tersebut harus dikemas agar lebih tepat dan cepat. Oleh karena itu setiap pewawancara punya pengembangan yang berbeda-beda. Beberapa pertanyaan teknis dalam pembelajaran juga disesuaikan dengan bidang kerja GTT yang diwawancarai. Mereka menjalani semua proses itu hanya untuk mendapatkan pengakuan yang berujud SK Bupati. Harapan besar dari mereka adalah bahwa dengan SK Bupati ini mereka bisa mengikuti proses lanjut untuk mendapatkan sertifikat sebagai guru profesional dan mendapatkan tunjangan profesi. Aamiin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Luaaaar biasa panjangnya, tapi keren banget

08 Dec
Balas

Akhir selesai jga y b pengawas

08 Dec
Balas

iya bu alhamdulillah

15 Dec

Seorang ibu, akan rela menggendong anaknya menyusuri jalan, tanpa tahu, kapan perjalanan akan berakhir. Naluri seorang ibu menjadi pondasi gerak yang hebat. Mantap. Mengalir seperti air.

08 Dec
Balas

Terimakasih untuk semua komentar, semoga sy bisa amanah

08 Dec
Balas

Aamiin...semangat utk Ibu Pengawas..

08 Dec
Balas

Ibu, saya terbawa alur cerita. Saya menangkap simpati & empati ibu yg luar biasa. Terhadap nasib teman-teman GTT. Smg ada bonus kebijakan, saya berdoa untuk itu. Tentunya agar kelelahan ibu terbayar dg senyum bahagia mereka. Aamiin Yaa Rabb..

08 Dec
Balas

Semoga kerja lelah panjenengan merupakan jalan teman-teman GTT menemukan harapannya.

08 Dec
Balas

Hasil akhirnya bagaimana bu? di Cirebon belum

08 Dec
Balas

Belum diumumkan bu, masih ada masalah lain

15 Dec

Joss Ibu Pengawas...

08 Dec
Balas

Joss Ibu Pengawas...

08 Dec
Balas

Joss Ibu Pengawas...

08 Dec
Balas



search

New Post