"Air yang diberi label cinta dan terima kasih, membentuk molekul air yang indah, sebaliknya air yang diberi label kamu bodoh membentuk molekul air yang rusak." (Prof. Masaru Emoto)

60 s.d. 70 % berat tubuh kita adalah air, banyak bukan? Air ini bisa mengekspresikan paradigma fikiran kita dan label yang diberikan orang lain pada kita.

Sebagai pendidik jauh-jauh hari Dosen kita telah berpesan bahwa jangan sekali-kali kita mengatakan "kamu bodoh" kepada para siswa kita, karena itu akan membentuk citra diri negatif dan siswa menjadi rendah diri. Kita harus senantiasa memberikan motivasi kepada peserta didik dengan ucapan, "Ayo kamu bisa, kamu hebat, kamu pintar", sehingga siswa termotivasi dan mempunya citra diri yang positif dan menjadi percaya diri.

Alkisah ada sebuah sungai di Jepang yang airnya kotor dan bau, setelah pembacaan do'a yang dilakukan untuk pembersihan air sungai tersebut, lambat laun air sungai yang dicek molekulnya setelah pembacaan do'a menjadi molekul yang indah, berkurang bau dan pekatnya.

Alkisah juga pelabelan pada nasi di dalam botol, nasi yang diberi label "cinta dan terima kasih" lebih segar dan tidak lekas basi, tetapi nasi yang diberi label "kamu bodoh" menjadi cepat basi dan nasi yang tidak diberi label lebih cepat lagi nasinya.

Artinya stimulus dan perhatian sangat dibutuhkan bagi seseorang, tentunya perhatian yang positif, karena perhatian yang negatif akan berdampak negatif dan tidak memberikan perhatian akan lebih negatif lagi.

Mari mendidik dan memotivasi dengan kata-kata dan kalimat yang baik, InsyaAllah akan memberikan dampak yang baik dan positif di masa-masa yang akan datang.

Jangan sekalipun kita melabeli siswa dengan kata "bodoh". Sejatinya tidak ada siswa yang bodoh tetapi dia belum faham dan belum mengerti cara mengajar kita, mungkin kita yang perlu mengembangkan ketrampilan dan kreativitas dalam mengajar agar siswa semakin termotivasi untuk belajar dan tujuan pembelajaran pun akan tercapai.

Terinspirasi dari Buku "Hikmah Air Dalam Olah Jiwa"