Simpati, Empati, Peduli, Diam, atau Menjudge ????????
Simpati, empati, dan peduli
Tiga kata yang sering kita dengar, bahkan sering juga kita deklarasikan saat mendengar seseorang ditimpa musibah.
Tiga kata ini sama-sama mewakili emosional kita, perasaan kita yang merasa tergugah ketika mendengar cerita pilu dari orang lain.
Simpati, perasaan iba, prihatin, atau ikut berbelasungkawa tanpa bisa merasakan apa yg dirasakan oleh seseorang yang sedang ditimpa musibah, karena belum pernah ada di posisi tersebut.
Empati, perasaan yang mungkin lebih dalam lagi daripada hanya sekedar simpati, karena saat seseorang berempati, dia bisa merasakan penderitaan orang lain karena pernah berada di posisi tersebut.
Peduli , tidak hanya terkait perasaan tapi juga action yang kita lakukan saat mengambil tindakan membantu meringankan beban seseorang. Seorang yang peduli akan terpanggil jiwanya untuk melakukan perubahan situasi lingkungannya agar menjadi lebih baik.
Simpati, empati, dan peduli....
Ketiga hal ini sangatlah penting dalam rangka memperhalus jiwa kita, menjadikan kita pribadi yang peka terhadap sesama, dan akan mempererat hubungan silaturahim kita dengan sesama.
Tetapi........., Jika bersimpati saja kita tidak bisa, bagaimana kita akan merasa empati atau peduli ?????
Inilah yang semakin hari semakin tergerus bahkan nyaris hilang dari keseharian kita. Betapa kita seolah-olah tidak peduli saat orang yang kita kenal sedang berada di kondisi terpuruk. Betapa sedikit empati pun tidak hadir di diri kita ketika ada yang mungkin sedang berada di fase terendah hidupnya. Dan entah kemana menguapnya hasrat kita untuk bersimpati terhadap luka dan duka orang lain.
Dan mirisnya lagi, sudahlah kita tidak peduli, berempati, atau sedikit bersimpati, malahan kita entah sadar atau tidak malah menjadikan luka orang lain sebagai bahan diskusi bahkan cemoohan. Kita sibuk berdebat mempertanyakan kenapa, mengapa, dan bagaimana untuk kondisi seseorang yang mungkin sedang menderita.
Atau kadangkala, kita bertanya kepada orang tersebut mengenai apa yang menimpanya tapi bukan karena simpati, empati, apalagi peduli, tetapi hanya karena rasa penasaran dan rasa ingin tahu kita saja yang membuat kita bertanya-tanya. Dan parahnya lagi setelah kita mendapatkan penjelasan, kita dengan bangganya menceritakan lagi ke orang lain dan menjadikan cerita tersebut sebagai bahan obrolan seru kita.
Betapa kadang kita sering lupa, akan sakit rasanya bagi seseorang yang sedang berduka dan kita yang tidak pernah berada di posisi seseorang yang sedang di kondisi terburuk hidupnya, malahan mengeluarkan pernyataan atau membuat statement yang bukannya membangun, malahan semakin membuat terpuruk orang tersebut.
For the last...
Andaikan kita memilih untuk tidak bersimpati, empati, apalagi peduli, setidaknya jangan jadikan penderitaan seseorang sebagai bahan obrolan atau cemoohan. Cukup diam saja dan biarkan orang tersebut dengan penderitaannya. Ini jauh lebih baik rasanya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Simpati, empati, dan peduli, mantul ulasannya
Terimakasih Bu
Mantab artikelnya bu.. Salam kenal dan sukses selalu
Terimakasih pak .. salam kenal juga