Dede Nuraida

Dede Nuraida, S.Ag lahir di Tasikmalaya 25 September 1975. Menempuh Pendidikan di SD Mitra Batik 1988, SMP N 5 Tasikmalaya 1990, SMA N 2 Kota Tasikmalaya ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Antara Corona dan Daster
Sumber gambar diambil dari ricky-elfakru313.blospot.com

Antara Corona dan Daster

#tantanganmenulisGurusiana

Tantangan hari ke-70

Hubungan keduanya sangat erat lho, terutama dikalangan emak-emak yang biasa berpakaian seragam dan rapi jali karena mau ngajar di sekolah. Daster adalah pakaian favorit ketika pulang dari sekolah, gerah dengan baju safari, khaki, hitam putih, batik dan seragam-seragam lain yang membuat tubuh terkunkung dengan kedinasan. Begitu berdaster…ah serasa bebas lepas semua ikatan di tubuh hihihi.

Tapi sekarang, daster adalah pakaian wajib, begitu selesai mandi dasteran lagi akutu, daster yang bekas tidur ke keranjang laundry, daster dari lemari keluar. Agaknya agak rindu juga memakai pakaian resmi-resmi atau sekedar pakaian rapi untuk jalan-jalan, tapi inikan gak boleh. Stay at home di rumah saja. Jadi dasteran terrooosss.

Sebanarnya fenomena emak berdaster itu ngeri-ngeri sedap lho, maksudnya..? para emak kan suka tuh… tapi masalahnya, penampilan terbaik seorang wanita itu harusnya di rumah, dipersembahkan untuk suami tercinta, cie..cie..

Banyak ustadzah yang bilang seperti itu, katanya masa kalau kita ke mall atau ke sekolah pakaian rapi, wangi, berbedak, lipstick, kinclong ehh begitu dirumah dasteran, bau minyak, acak-acakan, kinclong juga sih… tapi minyak tuh minyak diwajah, hinyay gak tersentuh bedak dan lipstik. Saya sih sebenarnya suka pengen ngebela deh sama orang yang suka mendiskreditkan daster. Apa sih salah dia, kita suka kok malah kamu yang sewot, lusuh lah, gak modis lah, jeleklah, malaslah ihh banyak statement yang menyudutkan dasterku. Padahal tolonglah ya mba, bu, pak, dik jaman sekarang banyak lho daster yang modis, cantic, kekinian dan ini nih yang harus dipunyai sepotong daster yang wajib di pake dirumah “seksi”. Jadi emak tuh gak harus menyamakan penampilannya ketika harus keluar, gak harus emak-emak di rumah jilbaban, cadaran, baju gamis dan pake kaos kaki dan manset. Kita dirumah bersama suami tercinta akan memperlihatkan kita yang cantic, lembut, penyayang, perhatian, seksi dan menggoda dimata suami. Kita akan menjadi seorang artis dengan rambut terurai lepas, bibir berlipstik menantang dengan pakaian yang menggoda dan seksi. Nah… pada pakaian daster lah semua itu berada, daster seksi tanpa lengan dengan motif bunga cantic selutut dipakai seorang emak-emak yang menggeraikan rambutnya menantang untuk dielus (rambut..rambutnya haraf focus hihi) tubuh wangi setelah mandi dan di semprot minyak wangi akan menambah suasana syahdu saat WFH ini, waduh

Begitulah pembelaan emak-emak berdaster ketika suka mendengar statement yang menyudutkan hobinya. Apa hobinya? Ya berdasterlah..

Oke lantas apasih pelajaran yang bisa kita petik darimasalah ini?

Terkadang kita baru menghargai sesuatu, saat mereka telah pergi, tiada atau hilang. Sama seperti saat ini, dulu waktu kita selalu pakai baju dinas, ibu-ibu disekolah suka bilang aduuh gerah pengen segera di daster. Ehh sekarang waktu kita di daster tiap hari, suka rindu juga memakai pakaian rapi dan resmi seperti sebelum corona menyerang.

Begitulah, sekarang di grup banyak yang mengungkapkan kerinduannya pada sekolah, pada anak didiknya. Padahal yakin dulu mah dia pengen libur dan pernah juga ada rasa jengkel pada anak didiknya. (ih.. kamu itu, saya mah enggak…hahaha)

Jadi intinya nikmatilah apa yang sedang kita jalani, cintai apa yang kita kerjakan dan syukuri apapun yang terjadi. Tidak usah selalu berangan dan berandai-andai, mungkin itu akan menjadikan kita lebih baik, atau mungkin akan mengakibatkan penyesalan. Jadi gunakan waktu luang sebaik mungkin di masa kita sedang menghadapi waktu luang, dan gunakan masa sibuk dengan sefektif mungkin ketika kita sedang menghadapi masa sibuk. Tidak perlu terlalu melihat kedepan dan kebelakang, karena kita hanya memiliki hari ini, kemarin tidak bisa diulang dan besok belum tentu kita jalani.

Wallohu a’lam

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kalimat penutup yang keren, Bunde. Tidak perlu terlalu melihat ke depan dan ke belakang karena kita hanya memiliki hari ini, kemarin tidak bisa diulang dan besok belum tentu kita jalani. Petuah yang sangat bernas. Mantap.

18 Apr
Balas

Hehehe... hanya curhatan emak berdaster yang gabut mbuku, tidak berniat memberi petuah

18 Apr



search

New Post