Dede Nuraida

Dede Nuraida SAg lahir di Tasikmalaya 25 September 1975 Menempuh Pendidikan di SD Mitra Batik 1988 SMP N 5 Tasikmalaya 1990 SMA N 2 Kota Tasikmalaya

Selengkapnya
Navigasi Web
Berjuta Merjan

Berjuta Merjan

Berjuta Merjan

Oleh Dede Nuraida

Berjuta merjan yang Engkau bentangkan diangkasa

Bermiliar berlian disepanjang pantai kedamaian

Langit dengan dengan hujan, petir dan pelangi

Awan, aurora, tornando hingga semilir angin

Diri ini

Tubuh ini

Jantung ini

Hati ini

Seluruh tubuh ini

Nur itu berada dalam diri hingga nun jauh sejarak miliar tahun cahaya

Ya ma’syarol-jinni wal insi inistata’tum an tanfuzu min aqthoris-samawati wal-ardi fanfuzu, la tanfuzuna illa bisultan

Berjuta merjan

Yang berjubelan diangkasa

Seakan tak satupun yang dapat kutelan

Sebab aku bukanlah murid yang pandai

Aku masih terkurung dalam kesempitan keakuan

Keegoisan dan tujuan yang tak selebar langkah juana

Wahai pemberi cahaya

Takutku pada-Mu seperti seorang anak kecil tak tahu diri

Menunjukan rasa sayang dengan rengekan yang manja

Dengan polah memberantakan

Bila sekarang kita masih anak kecil

Kapan kita menjadi dewasa

Dewasa berpikir dan dewasa bertanggung jawab

Menerima dan memikul amanat

Seperti kehendak sang pemberi hayat

Wahai pemberi cahaya

Takutku padamu seperti seorang abdi

Yang mengemban tugas dengan isyarat

Kami takut ketika waktuku tlah tiba

Kami belum bisa cukup mengabdi

Wahai sang pemberi cahaya

Selalu terangi kami

Dalam kegelapan sunyi

Karena dosa yang tersembunyi

Rahasia diri penuh sirri

Wahai sang pemberi cahaya

Engkau telah menantang kami

Untuk mencari dan menjelajahi

Segala keagungan dan kemegahan

Tapi syarat mutlak pastilah ada

Sebuah kekuatan harus dipunya

Kekuatan apa tentu kita bertanya

Kekuatan ilmu dan pengetahuan

Dari pendidikan kita dapatkan

Untuk manusia jadikan pedoman

Manusia berilmu jadi tujuan

Untuk menjadi seorang budiman

Bukan hanya ilmuwan

Tetapi budi harus diutamakan

Hingga semua kelebihan tidak akan menjadi suatu keangkaraan

Tetapi tetap rendah dan dan beriman

Hanya pada sang pencipta kita berkorban

Illahi anta maqsuudi wa ridhakal mathlubi

A’tini mahhabataka wa ma’rifataka

Penulis, Dede Nuraida, S.Ag lahir di Tasikmalaya, 25 September 1975. Penulis tinggal di Perum Bumi Resik Indah Jln Puspa Harum Blok A18 no 9 kelurahn Sukamanah kec Cipedes Kota Tasikmalaya. Penulis lulusan S1 Institut Agama Islam Cipasung. Saat ini penulis mengajar di SMK Negeri 1 Kota Tasikmalaya. Belajar menulis Sagusabu Banjarnegara

Buku yang pernah diterbitkan di Media guru, buku solo : “jangan panggil aku insane, dan 2 buku antologi cerpen bersama teman-teman guru diterbitkan di penerbit lain.

Alamat email : **(censored)**

WA : 08112421177u. ilmu rdeka Belajar, ma

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren pisan, Bunde! Takutku padamu seperti seorang abdi yang mengemban tugas dengan isyarat. Kami takut ketika waktuku tlah tiba, kami belum bisa cukup mengabdi. Syukaa pada kalimat ini. Terpatri di hati. Semoga menjadi puisi juara, Bunde!

21 Apr
Balas

Wah.. mbuku mah pandai memuji hingga hingga hati berdebar senang. Aamiin.. mbuku, tapi rasa nya masih jauh kalau jd juara. Rima dan diksinya masih berantakan

21 Apr

wow,..dewasa tidak diukur dari besarnya fisik, namun dari pola pikir..luar biasa, diksinya membuat saya bertanya tanya dlm hati..arahnya apa makna puisi ini..salam

21 Apr
Balas

Terimakasih bapa sudah mampir di puisi amburadulku, maknanya tidak tersurat yah pa...

21 Apr



search

New Post