Dede Nuraida

Dede Nuraida SAg lahir di Tasikmalaya 25 September 1975 Menempuh Pendidikan di SD Mitra Batik 1988 SMP N 5 Tasikmalaya 1990 SMA N 2 Kota Tasikmalaya

Selengkapnya
Navigasi Web
KATEGORI 2

KATEGORI 2

Pada tulisan kali ini saya tidak akan membahas tentang para honorer yang tergolong kategori 2 yah (hehe..), semoga semua honorer K2 segera mendapat SK PNS-nya bila telah mendapatkan regulasi yang jelas dari pemilik kebijakan. Amiin.

Kategori 2 yang dimaksudkan oleh judul diatas adalah masih seputar pemilahan sampah, dimana kemarin saya sudah memngulas tentang sampah kategori 1 yang termasuk sampah Organik. Nah, sampah kategori 2 ini merupakan sampah anorganik. Sampah anorganik adalah sampah yang tidak berasal dari alam dan sulit untuk terurai bahkan ada beberapa kategori sampah ini yang tidak terurai dialam. Sehingga keberadaanya akan menjadi masalah apabila tidak dikelola dan sikapi bersama.

Sampah kategori ini terdiri dari sampah plastic yang sudah sangat biasa kita gunakan dalam kehidupan keseharian kita. Banyak sekali produk rumah tangga yang memakai plastic sebagai kemasannya. Saya saja sebuah keluarga kecil dengan 1 orang anak dirumah, selama empat pekan diam dirumah, telah menghasilkan sampah plastic yang terkumpul dalam ecobrick air mineral yang berukuran 1,5 liter 2 buah dan 2 ukuran 600ml. dimana 1 ecobrick 1,5 liter berisi sampah plastic seberat 500gr dan yang berukuran 600 ml berisi 300 gr. Jadi sampah plastic yang rumah tangga kami kelaurga selam a1 bulan (2X500gr) + (2X300gr) = 1,6 kg sampah plastic yang sudah dipadatkan. Bayangkan kalau selama 1 tahun dikalikan dengan jumlah rumah tangga di Indonesia ? hingga tidak salah apabila sensus kementrian lingkungan hidup mengatakan bahwa sepanjang tahun 2019, sampah plastic yang dihasilkan oleh Indonesia adalah 67 juta ton.

Sampah 1,6 kg itu kalau tidak dipadatkan mungkin akan menumpuk beberapa karung, tetapi bila dipadatkan hanya seukuran air mineral saja, terdiri dari apa saja sampah plastic yang dihasilkan itu? Mungkin ada yang bertanya, apakah kita bisa menghindarinya. Sampah kemasan yang terbuat dari plastic yang tidak bisa kita hindari adalah bungkus makanan, mie instan, gula pasir, beras, bumbu-bumbu masak apalagi cemilan anak-anak. Minyak goreng, bungkus roti, bungkus terigu dll sampai plastic bening sebagai bungkus bila membeli tahu, cabe atau sayuran yang ada dipasar, belum lagi kantong kereseknya (tepok jidat..). kemudian kemasan non makanan seperti sabun cair, cairan pembersih, sabun cuci, pewangi dll yang biasanya menggunakan plastic yang lebih tebal dan pasti lebih sulit terurai. Padahal kami sekeluarga sudah berusaha menghindari kantong keresek karena bila belanja selalu membawa tas belanja sendiri. Tapi plastic-plastik itu tidak bisa dihindari. Apalagi masalah pembalut saudara-saudara, masya alloh pembalut ini dikategorikan limbah anorganik yang tidak bisa terurai di alam. Bingungeun bakteri juga mau mengurainya… karena disana berbagai macam bahan anorganik ditambah zat kimia didalamnya. Termasuk diapers yah, bunda-bunda…. Please jangan hanya mikir praktisnya saja tapi pikirkan dampaknya. Sampah diapers bisa saja menimbun dunia bila kita tidak menghentikannya dari sekarang. Subhanalloh miris sekali. Alhamdulillah sudah semenjak lama saya meninggalkan pembalut instan, ketika ada issue klorin didalam pembalut. Saya segera menghentikannya dan menggantinya dengan pembalut kain. Orang tua kita dahulu tak pernah mempermasalahkan dengan pekerjaan mencuci pembalut yang sudah dipakai, tetapi kita sekarang selalu menuntut kepraktisan dan hal instan hingga menghilang esensi dan keutamaan. Alhamdulillah pembalut kainpun sekarang banyak yang sudah keren dan kekinian. bagus, nyaman, sehat dan yang pasti tidak menghasilkan limbah yang merugikan bumi.

Nah kembali pada pembahasan pengolahan limbah kategori 2, limbah kategori 2 ini adalah limbah yang biasanya tidak akan diterima oleh para pengepul barang bekas. Kalau limbah kategori 3 kita masih bisa menjualnya pada para pengepul karena akan di daur ulang, seperti plastic air mineral baik botol maupun gelas, wadah plastic yang tebal, dan plastic-plastik tebal lainnya. Nah kategori 2 inilah yang kita fokuskan pengelolaannya. Saya mendapatkan informasi dari seorang penggiat lingkungan yang sellalu membagikan kegiatan nya di status WA nya. Hingga mengenal Ecobrick, yaitu bata yang ramah lingkungan kalau diartikan secara bebas. Ecobrick sendiri ditemukan atau digagas oleh seorang seniman Kanada yang tinggal di Indonesia, Rusel Maier. Tujuan ecobrick sendiri adalah mengurangi sampah plastic dan mendaur ulangnya hingga bermanfaat dan tidak hanya berahir di tempat pembuangan sampah akhir. Yang biasanya di TPA sampah-sampah itu dibakar bila tidak memiliki prosedur pengelolaan sampah yang benar. Pemusnahan pelasstik dengan cara dibakar menimbulkan masalah baru yang memperburuk kesehatan melalui zat dioksin yang dihasilkannya. Sehingga ecobrick kemudian menjadi salahsatu solusi mengurangi limbah plastic. Kemudian akan dijadikan apa ecobrick setelah dibuat, seniman itu sudah menunjukan bahwa ecobrick bisa digunakan untuk membuat bangunan, pengganti bata merah atau batako atau brick dalam B. Inggris. Atau menjadi Furniture, sudah banyak komunitas-komunitas peduli lingkungan yang menerima Ecobrick yang kita buat, dan dihargai sesuai ukuran. Mereka merangkai ecobrisk tersebut menjadi kursi dan meja dengan dilapisi kain yang indah dan keren hingga tidak terlihat bahwa itu terbuat dari limbah plastic.

Nah sekarang bagaimana cara membuatnya :

1. Siapkan botol kosong air mineral tergantung ukuran, bisa 1500 ml atau 600 ml, keringkan hingga tidak lembab dan basah dalamnya

2. Siapkan tongkat dan sampah plastic kemasan makanan serta kantong keresek

3. Gunting/cacah sampah plastic yang tebal hingga menjadi potongan-potongan kecil. Masukan kedalam botol

4. Masukan kantong keresek atau plastic yang lemas, tidak perlu digunting untuk mengunci cacahan plastic-plastik tebal tadi

5. Masukan lagi cacahan plastic tebal padatkan dengan tongkat, kunci dengan kantong keresek dan padatkan.

6. Timbang ecobrick. Untuk ecobrick yang bagus, bila ditekan maka plastic botol mineral itu akan keras dan padat. UkuRan beratnya, untuk air mineral 1500 ml menjadi 500 gr, dan botol ukutan 600 menjadi 300gr.

Cukup sederhana pengelolaan sampah plastic ini sebenarnya hanya membutuhkan niat dan kerjasama dari seluruh anggota keluarga untuk tidak mencampur sampah plastic dengan sampah organik dari dapur hingga plastic-plastik itu tidak bau dan menjijikan. Kalaupun plastic kemasan itu kotor karena bekas makanan, minyak atau sabun maka kita harus mencucinya terlebih dahulu dan mengeringkannya dibawah matahari. Agar ecobrick itu tidak berjamur dan tidak berbau yang akan mengurangi kualitas ecobrick itu sendiri.

Itulah mungkin sedikit sharing tentang pengelolaan sampah kategori 2, semoga bermanfaat dan menjadikan kita sebagai bagian dari 28 persen orang yang peduli pada pengolahan sampah di Indonesia. Sedikit sumbangsih kita menyelamatkan dunia.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ha..ha..saya tadi jg berfikir begitu bu..wah judul yg menjebak saya..tapi saya suka, karena membahas jenis sampah K2..ini bisa diikutkan lomba international bu...coba buka di google the lomba inovasi dan manajemen sampah serta pengolahan sampah dan air di Global youth summit-GYS singapura..gitu ya..ayo gabung

16 Apr
Balas

Iya pa... saya pikir org2 pasti berpikiran itu. Wah gak berani pak ikut2 lomba. Apalagi lomba internasional

16 Apr



search

New Post