Oleh:Dede Saroni

Pukul 12.50, bel berbunyi. Guru piket pun melalui pengeras suara memerintahkan semua anak-anak masuk, melanjutkan KBM jam ke-7. Begitu pun guru-gurunya, yang ada KBM di jam ke-7, segera masuk kelas.

Aku kebetulan ada jam ke-7. Dari ruang guru, aku segera menuju ke kelas 8.3. Nggak lama, aku sampai di depan pintu kelas 8.3. Sebelum masuk, kuucapkan salam terlebih dahulu. Kemudian, aku duduk di kursi. Kutanyakan kabar anak-anak. Lalu, kumotivasi mereka. Setelah itu, kuminta perwakilan siswa mengambil hp di ruang piket Nggak lama, perwakilan siswa itu pun tiba di kelas. Diberikannya hp itu kepada teman-temannya."Anak-anak, silakan buka hpnya dan kerjakan soal-soal latihan yang Pak Dede berikan," pintaku. "Baik, Pak," ucap anak-anak.

Tetiba, ada WA, “Pak Dede, bisa nggak tukeran piket, hari Selasa,” pinta Bu hj. Nur’aini. Aku tidak ngejawab pake hp, mau konfirmasi langsung. Aku minta izin sama anak-anak 8.3. Berangkatlah ke ruang guru, ternyata, dia nggak ada. Akhirnya, aku duduk sebentar di ruang guru. Eh, tetiba, pantatku seperti ada yang menggeser. Siapa yang menggesernya?Walah, ada gempa bumi. Pusatnya di Cianjur, 5,6 scala richter. Suasana saat itu di madrasahku mencekam. Akhirnya, anak-anak diminta keluar kelas, berkumpul di lapangan. Setelah kondusif, anak-anak masuk kembali, melanjutkan KBM. Akibat gempa itu, 162 lebih meninggal dunia, ratusan lain luka-luka, dan ribuan rumah rusak parah. #PRAY FOR CIANJUR

Cipayung, 22 November 2022