Oleh:Dede Saroni

Siang itu, hari Sabtu, setelah semua peserta meninggalkan kompleks TNI Nubika, aku dan Pak Nur dengan mengendarai sepeda motor meninggalkan lokasi itu juga. Saat itu, aku dan Pak Nur nggak lewat Pasar Prumpung. Aku dan Pak Nur mau ke arah pertigaan Ciseeng, lewat Pasar Parung.

Lalu, aku dan Pak Nur melintasi jalan menuju pertigaan Ciseeng. Nggak lama, aku dan Pak Nur sampai. Lalu, Pak Nur membelokkan motornya ke arah Pasar Parung, melewati Bojong Sempu dan Kampung Waru. Sekitar 20 menitan, aku dan Pak Nur sampe Pasar Parung. Tadinya, aku dan Pak Nur mau lanjut.

Eh, di pinggir Pasar, ada penjual kelinci. Pak Nur menepikan motornya. Dia turun dari motor. Aku mengikutinya. Kayaknya, dia mau beli kelinci buat cucunya. "Berapa harganya, Bang?" Tanya Pak Nur. "Kalau 1 ekor 60 ribu, kalau sepasang 135 ribu,” jawabnya. "Nggak bisa ditawar, Bang?" tanya, Pak Nur. "Nggak, Pak," jawabnya. "Sepasang, Bang. Ini uangnya," ucap, Pak Nur. Abangnya mengambil 2 ekor kelinci. Dia memasukkan ke kardus. Lalu, menyerahkan kelinci itu. Ngelihat,Pak Nur beli, aku jadi inget Attaki. "Bang, beli 1 ekor. Ini uangnya," ucapku. Abangnya mengambil kelinci pesananku. Lalu, dia memasukkannya ke kardus. "Ini kelincinya, Pak," ucapnya. Kemudian, Pak Nur menaiki motor, aku membonceng, sambil memegang 2 kardus kelinci. Aku dan Pak Nur meninggalkan Pasar Parung menuju Ciputat-Pamulang.

Cipayung, 12 Mei 2024