Oleh:Dede Saroni

Pagi ini, setelah kegiatan pembiasaan salat dhuha, aku masuk ke kelas 7.6, kelas perwalianku. Kebetulan, aku ada jam ngajar di jam 1-3, dari pukul 07.30-09.30. Namun, sebelum aku melanjutkan KBM, aku minta waktu sama anak-anak karena ada 2 hal yang harus kusampaikan.

Pertama, ngobrolin kegiatan Marfo(Pentas Kreasi Seni) buat siswa-siswa MTsN 1 Kota Tangsel, yang bakalan diadakan pada minggu ketiga bulan Februari. Aku minta kepada anak-anakku untuk mempersiapkannya. Kedua? Nah, ini yang berat kusampaikan kepada anak-anakku. Aku sedih. Karena selama ini, aku sebagai walas merasa kelas 7.6 udah jadi satu keluarga, 34 anakku yang ada di kelas 7.6 sudah menjadi anak-anakku. Mereka nggak kubeda-bedakan. Tetapi, mau nggak mau harus kusampaikan.

Anak-anak, mulai awal semester genap ini, sahabat kalian, Barran, pindah dari MTsN 1 Kota Tangsel, kelas 7.6. Dia ikut Ayahnya yang pindah tugas ke daerah Mojokerto. Teman-temannya pun sedih dengan kepindahan Barran. Begitu pun aku. Ada kenangan manis dari Barran yang disampaikan temannya bahwa Barran lucu. Barran juga seorang penjaga gawang. Dia sudah berjuang untuk tim futsal kelas 7.6 sehingga bisa meraih juara 2. Eh, buat aku, ada istilah yang muncul dari Barran, "Engkong Barran." Awalnya, dia pernah baca bukuku, Kaos Kaki 450 Ribu, kata dia, ini punyanya Engkong Barran. Maksudnya, Pak Dede gitu. Besok, hari Rabu, dia berangkat ke Mojokertonya.

Cipayung, 06 Februari 2024