Oleh:Dede Saroni

Selasa siang kemarin, selepas salat juhur, aku ditelepon sama Bunda Tifanny, “Pak Dede, maaf posisi di mana?” tanyanya. “Waalaikum salam. Saya ada di depan ruang guru, Bunda,” jawabku. “Pak Dede, Bunda Daiva mau ketemu, Pak Dede di kelas 7.6. Maaf, Pak Dede, saya nggak bisa ngedampingi,” ucapnya lagi. “Baik, Bunda, nanti saya akan ke kelas 7.6,” ucapku.

Aku pun menuju kelas 7.6. Aku mau ketemu, Bunda Daiva. Aku nggak tahu, apa maksud, Bunda Daiva mau ketemu? Terus kulangkahkan kakiku menuju kelas 7.6. Nggak lama, aku nyampe di kelas 7.6. Aku masuk ke dalam kelas 7.6. Ternyata, masih ada beberapa anak di dalam kelas itu. Mereka sudah melaksanakan tugas piketnya. Sepertinya, mereka mau siap-siap pulang.

Eh, tetiba, ada sesosok wanita sambil membawa bingkisan. Ternyata, dia Bunda Daiva. Dia pun langsung mendekatiku, yang masih berdiri di dekat meja guru. “Pak Dede, ini ada sedikit bingkisan dari kelas 7.6. Maaf, Pak Dede, saya mewakili Bunda-bunda yang lain,” ucapnya. “Terima kasih, Bunda Daiva dan Bunda-bunda yang lain,” ucapku. “Maaf, Pak Dede, izin ngambil foto, buat laporan,” pintanya. “Silakan, Bunda,” ucapku. Lalu, aku yang lagi memegang bingkisan bersama Bunda Daiva difoto seorang anak kelas 7.6. Setelah itu, Bunda Daiva dan anak-anak kelas 7.6 meninggalkan kelas. Selanjutnya, aku pun meninggalkan kelas dengan membawa bingkisan itu. Berkah Ramadhan.

Cipayung, 02 April 2024