Oleh:Dede Saroni

Sebelum-sebelumnya, tuh si cuganku, Attaki, sangat takut sama benda yang satu, barongsay. Jangankan memainkannya dan memegangnya, ngelihat saja dia takut. Bahkan, dia nangis histeris kalau dikasih lihat tuh barongsay. Padahal, tuh mainan emang kepinginannya, dia yang minta dibeliin sama Neneknya.

Aku juga nggak tahu mengapa dia sampe takut begitu. Mungkin aja karena barongsay itu bentuknya aneh dan menyeramkan. Atau mungkin, ada trauma tersendiri terhadap mainan itu. Namun, aku sebagai Engkongnya ngarepin sedikit-sedikit trauma itu hilang. Jangan sampe berkepanjangan. Apalagi, dia itu laki-laki. Harus punya mental yang kuat, nggak lembek, dan nggak cengeng.

Eh, Sabtu pagi, kebetulan aku lagi duduk-duduk santai aja di depan rumah, sambil ngelihat suasana pagi yang cerah. Tetiba, kudengar teriakan Attaki dari dalam rumah. Aku penasaran aja. Kenapa tuh Attaki. Lalu, kulihat. Ternyata, dia lagi bercanda sama Kamil. Dia seneng banget duduk di punggung Mamangnya, main kuda-kudaan. Aku juga sebagai Engkongnya senang banget lihat dia sumringah. Setelah itu, aku keluar kembali keluar rumah. Nggak lama, dia keluar, sambil teriak-teriak, “Ate, ate, ate.” Maksudnya kakek. Ternyata, dia pake barongsai yang selama paling dia takuti. Langsung aja dia ngedeketi Engkongnya. Udah gitu dia sambil nakut-nakuti. Dalam hatiku, aku mengucapkan Alhamdulillah. Ternyata, sekarang dia udah mulai berani. Sehat selalu ya, Tong. Semoga kelak Entong menjadi laki-laki sejati, pemberani, dan soleh.

Cipayung, 10 Februari 2024