Oleh:Dede Saroni

Pukul 07.30, selesai absen pusaka, juga salat dhuha, aku nggak ke ruang guru, tetapi pemakaman Cimanggis-Ciputat. Aku emang udah niat banget ke sana, mumpung lagi ada waktu. Kebetulan, aku ngajar nanti agak siangan.

Kuambil surat Yassin di mushollah madrasah. Langsung aku menuju pinggir jalan, menunggu angkot. Nggak lama, ada angkot jurusan Muncul Ciputat. Aku naik angkot itu. Hanya 10 menitan, aku nyampe. Kuturun dari angkot. Kubayar ongkosnya. Setelah itu, aku nyebrang jalan. Sampelah aku pas gerbang makam. Eh, ada yang jual kembang dan air mawar. Kubeli 2 kantong kembang dan 1 botol air mawar. Kubawa kembang-kembang dan air mawar itu menuju makam Ayahku. Tiba di sana, kutaburkan kembang-kembang itu, dan kusirami juga air mawarnya ke makam Ayahku.

Kubersimpuh di samping makam Ayahku, menghadap kiblat. Kubacakan Fatihah buat almarhum Ayahku, Asmawih bin Biih, almarhumah Emakku, Maimunah binti Senin, almarhum adikku, Selamet bin Asmawih, dan almarhum mertuaku, Ukar Jafar bin Sahid. Nggak ketinggalan, kukirim Fatihah buat Kakek-Nenekku, Mamang-Encingku, dan Sahabat-sahabatku yang sudah meninggal dunia. Kemudian, kubacakan Yassin, zikir, tahlil, dan tahmid. Lalu, kututup dengan doa. Ya, Allah, menjelang datangnya bulan yang mulia dan agung ini, ampunilah dosa-dosa mereka. Lapangkanlah kuburnya, dan masukkanlah mereka ke surga-Mu. Dan, jadikanlah aku anak-anak yang selalu berbakti kepada mereka. Aamin. Kemudian, aku meninggalkan makam Ayahku dengan hati yang ikhlas.

Cipayung, 21 Maret 2023