Dedi Saputra

Pemilik nama lengkap Dedi Saputra ini lahir di Enok, Indragiri Hilir- Riau pada 12 juli 1984. Setelah lulus dari Universitas Riau tahun 2007, pemilik nama pena ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Risalah cinta Ariana

RISALAH CINTA ARIANA

Oleh; Daris Kandadestra

Daffa berdiri mematung menatap kearah timur. Terlihat disana mentari yang sedang naik menuju waktu dhuha. Sinarnya yang terang jatuh diatas permukaan air sungai, membiaskan cahaya berkilauan laksanana milyaran permata dan menciptakan coretan garis khayal diudara pagi mengingatkannya pada cebisan kisah itu.

“ Lebaran Idul Fitri kamu pulang kampung Ariana?

“Ya iyalah, masak lebaran nggak pulang. Gue mau sungkem sama nyonya dan Ayahku. Lu nggak pulang?

“ Pengen pulang sih tapi lihat isi dompet dulu. Kamu tahu lah kan gimana prihatinnya hidup kawanmu ini.

“Lebay lah nggak segitunya juga kali fa. Bulan puasa kan biasanya kamu banyak Job.

“Job apa an

“ Lo, kamu kan kalau puasa gini sering manggung nasyid, terus kamu juga ikut bazar kuliner buka puasa dan bisnis buku mu. Nah kumpulkan buat ongkos pulang. Jangan di habiskan buat makan. Ntar ndut he he.

“Ongkos pulang sih cukup na, tapi kan nggak mungkin aku pulang dengan tangan kosong, harus ada oleh-olehnya juga. Kalau ortu nggak pernah bilang mau dibawakan apa, tapi beliau selalu senang kalau aku belikan sesuatu khusus untuknya. Eh ntar Jangan lupa oleh-oleh yang keren buat aku ya kalau kamu balik ke sini Ariana. Tapi.. dipulau tempat tinggal mu kan nggak ada yang keren?” Aku mencoba mengejek

“ Eit tunggu dulu, disana banyak yang keren, pemandangan alam, lautnya yang biru, matahari terbenam, matahari terbit nya yang indah, pemandangan bawah laut, hamparan pasir de el el semuanya keren. Elu mau dibawakan apa?

“ ngaco ah, yang lu ceritakan semuanya nggak bisa dibawa kesini. Nggak sekalian pulaunya lu tawarkan ke gue, becanda aja, gue serius nih”

“ He he, gue gitu lo, Iya iya, Ntar Aku bawakan bunga karang yang indah buat kamu”

“Wow,Bunga Karang. Itu baru keren. Tunggu tunggu, kamu tahu darimana kalau aku suka bunga karang?”

“Duh, gue kan udah hampir lima tahun jadi teman lu, kalau hal yang seperti itu gue nggak tahu, itu namanya kebangetan!”

“Tapi aku kan nggak pernah cerita ke …”

“Ke gue maksud lu, ya iyalah ngapain cerita ke gue tentang hal itu”

“Tapi gue tetap penasaran,darimana lu tahu kesenangan gue dengan yang nama nya ikan hias dan aquarium serta pernak perniknya termasuk bunga karang, siapa yang cerita ke lu tentang itu?”

“udah deh, fa, nggak perlu dibahas lah gue tahu dari mana. Mau nggak bunga karangnya?

“mau dong! Jangan lupa ya Janji!

“Janji!, Daffa, aku mesti siap-siap dulu ya . Assalamu’alaikum” Ariana memberi sinyal akan menutup percakapan.

“Wa’alaikum salam”. Sambungan telpon terputus menyisakan harapan yang membuat Daffa tersenyum.

Rangkaian percakapan itu masih jelas terngiang di telingaku. Percakapan ku dengan Ariana.Dia temanku saat kuliah dulu. Dimataku, Ariana seorang perempuan yang mungkin secara fisik orang bilang dia nggak terlalu cantik tapi juga tidak jelek. Tapi bagiku itu bukan hal utama, tapi faktor ketenangan jiwa dan kebeningan hati lebih utama. Aku merasa nyaman dan tentram jika melihatny, aku betah lama lama memperhatikan nya walau pada akhirnya aku tahu hal itu tidak dibenarkan dalam agamaku. Saat itu, Aku belum mengerti kalau ternyata laki-laki dan perempuan harus menjaga pandangan satu dengan lainnya. Aku dan Ariana sama sama terdaftar sebagai mahasiswa undangan di sebuah PTN di Pekanbaru. Pada awal masa kuliah aku sesekali jalan bareng dengan nya. Kebetulan jalan yang kulewati setiap berangkat dan pulang kuliah berada tepat didepan kost Ariana. Ariana selalu menungguku lewat dan bersamaku berangkat kuliah sehingga perjalanan terasa lebih indah dan tanpa terasa waktu terus berjalan tanpa bisa di hentikan. Tanpa kusadari perasaan cinta itupun tumbuh subur dalam kebersamaan itu.Bagaimana dengannya? Entahlah, aku tak pernah menanyakan padanya. Aku ingin menanyakan padanya, namun semakin aku coba memberanikan diri semakin tak mampu untuk mengungkapkannya. Aku takut perasaan itu hanya sepihak.

Kedekatanku dengannya sangat terasa saat aku dan Ariana sama sama menyelesaikan skripsi di akhir akhir tahun ke lima kuliah kami. Sepuluh semester, lewat dua semester dari yang ditargetkan delapan semester.Kedekatan yang barangkali hal biasa karna saat itu kami punya tujuan yang sama. Segera menyelesaikan skripsi dan diwisuda.

Acara wisuda telah seminggu digelar. Pihak keluarga telah pula pulang. Aku tidak berbenah karna aku tak berencana pulang. Sudah ada tawaran kerja di sini di sebuah sekolah swasta. Sementara Ariana segera akan pulang kekampunga halamannya.

Besok, Senin adalah jadwal keberangkatan Ariana. Sebenarnya aku ingin mengantarnya sampai kebandara. Tapi ego ku menahanku untuk melakukan itu. Entah Harga diri yang terlalu tinggi yang membuatku menelponnya pun tidak.

Jam 23.00 wib. Pesan sms masuk di ponsel ku. Pesan dari Ariana. Daffa, besok jam 07.00 wib aku berangkat ke bandara.

Jam 07.00 wib. Pesan sms dari Ariana lagi. Daffa, Aku berangkat ke bandara.

Jam 08.00 wib. Aku boarding dulu ya fa

Jam 11.00 wib. Aku berangkat ya fa, ponsel ini harus ku matikan didalam pesawat ini. Nanti tiba dibandara akan kembali kunyalakan.

Jam 13.00 wib. Daffa, Aku sudah sampai dirumah. Tak satupun sms Ariana yang aku balas.

***

Sekian lama tak ada cerita lagi antara mereka berdua. Barangkali hanya mereka yang tau bahwa keduanya saling mendo’akan agar mereka dipertemukan dalam ikatan halal. Pernikahan.

“Fit, aku butuh bantuanmu

“Serius amat fa, ada apa sampai aku yang harus turun tangan

“Iya, ini memang soal serius fit

“Ok, Ok..Kita sudah berteman sejak lama, selagi aku bisa bantu, pasti kulakukan”

“ini soal Ariana

“Ariana, kenapa ariana fa?

“Aku minta kamu tanyakan pada Ariana, tanyakan padanya perasaannya padaku selama ini seperti apa?. Apa dia mencintaiku? Atau dia hanya menganggap aku teman biasa? Kalau dia suka padaku, apa dia mau menikah denganku?

“Bukannya dari dulu kalian memang saling mencintai fa. Kawan-kawan pun juga berfikir begitu fa.

“Aku belum yakin dengan perasaanku saat itu fit. Sekarang aku yakin perasaanku padanya. Tapi aku tak yakin perasaannya padaku fit, aku tak mau kalau perasaanku bertepuk sebelah tangan fit. Aku harus yakin dulu baru aku akan mengkhitbah nya.

“Baiklah, aku akan coba menanyakan padanya”. Lu berdo’a saja. Kalau memang ariana jodohmu maka kalian akan bersatu.

***

“wo, gimana disana.

“Gue betah disini fa. Warga nya ramah, aku tiap hari makan ikan terus. Gratis nggak usah pakai beli. Nggak ada mall dan tempat hiburan, praktis honor tersimpan. Jadi kapan lu ke sini? Gimana dengan Ariana? Jangan lama-lama entar diambil orang tahu rasa lu

“Aku sudah minta fitri buat memastikan apa ariana punya perasaan yang sama padaku wo. Saat kepastian itu aku dapat. Aku akan berangkat kesana, menyusul mu wo. Boleh kan untuk sementara aku numpang dirumah mu beberapa hari.

“ Aman tu bro, lu itu sudah gue anggap saudara gue. Gue nggak kan lupa gimana lu yang kesana kemari buat cari perlengkapan ini dan itu menjelang khitbah gue. Jangankan beberapa hari berbulan bulan betahun juga nggak masalah. Tapia pa lu emang benar yakin dengan pilihanmu. Maksudku gimana dengan orang tuamu fa.

“ prinsipnya orang tuaku setuju dan menyerahkan pilihan padaku. Aku sudah lihatkan photo ariana pada ibu. Ibuku bilang dari photonya anaknya lembut dan penyayang. Sementara ini, Aku menunggu kabar dari fitri dulu wo, kalau lewat dari waktu yang dia janjikan belum ada jawaban gue akan langsung telpon ariana.

“Ok bro, gue doakan yang terbaik buat lu. Aku tunggu kedatanganmu ya bro

“thanks wo. Assalamualaikum

“ Waalaikum salam. Aku mengakhiri percakapanku dengan Bowo, teman kuliah ku dulu.

Gimana jawaban ariana fit?

Ariana minta waktu tiga hari untuk memberikan jawabannya.

Tiga hari yang dijanjikan telah pun tiba. Tapi tak ada kabar dari fitri ataupun ariana. Akhirnya kuputuskan untuk menghubungi Ariana, menanyakan kepastian jawabannya.

Setelah shalat shubuh berjamaah di masjid raya, seperti baisa aku menghabiskan waktu menjelang pagi dengan pergi kedermaga yang persis berada di depan masjid. Hanya dibatasi pagar masjid dan jalan saja. Pagi itu langit terlihat mendung, barangkali akan segera turun hujan. Dermaga masih sepi. Ku rogoh saku baju koko ku, mengambil hp yang sejak tadi kumatikan. Segera kuaktifkan hp nokia 2100 milikku, menekan tuts abjad Ariana dan nomor hp Ariana segera ku hubungi. Terdengar suara tanda tersambung.

“ Assalamu’alaikum”

“Wa’alaikum salam”

“Apa kabar Ariana?.

“Alhamdulillah, ku baik. Daffa?

“Sudah bangunkan?

“Sudah, tapi ketiduran lagi

“Aku gelisah

“Gelisah kenapa?

“Gelisah menanti jawaban darimu na.

“Jawaban apa?

“Fitri kan sudah menyampaikan padamu pesanku?

“Oh, pertanyaan mu itu. Iya sudah

“lalu? Aku sudah menunggu 5 hari na. tapi fitri ataupun kamu tak memberikan ku jawaban..

Tak terdengar suara. Tapi aku yakin Ariana masih disana. Sejurus kemudian ku dengar suara deheman Ariana.

“Daffa pernah baca hadits “jika datang padamu seorang laki-laki yang baik, maka tidak ada alasan bagimu untuk menolaknya.

“Iya, aku tahu, Lalu?

“Daffa lelaki yang baik, Aku mengenalmu sejak lama, hampir 6 tahun. Tapi,. kalau daffa kesini. Daffa kerja apa? Tinggal dimana?

“Maksudmu? Kamu meragukan aku?

“Bukan begitu, disana kamu sudah mapan. Kalau kamu kesini kamu nanti makan apa?

“itu sama saja kamu meragukanku

“ tapi daffa, kita harus memikirkan semuanya, apalagi sekarang rangga sedang kuliah megister, bagaimana nanti kuliahmu kalau kamu kesini “ Ariana menjelaskan semua pemikirannya padaku. Tapi semua itu sama sekali tak membuatku tenang.

“ Sudahlah na, intinya kamu meragukanku!”. Segera kututup telpon ariana dengan perasaan sesak . Aku tak menyangka Ariana meragukanku. Hujan turun seakan ikut merasakan sesak nya hatiku.

Lama setelah percakapan yang tak berujung itu terjadi. Sejak saat itu hubungan kami seakan terputus, Fitri pun tak terdengar kabarnya. Akupun yakin bahwa Ariana tidak mencintaiku. Keraguanku selama ini terjawab. Meski sampai detik ini akupun masih ragu atas keyakinannku atas jawaban Ariana itu.

Kesibukanku kerja dan keikutsertaanku dalam beberapa organisasi seakan membuatku lupa pada sosok Ariana. Hari berganti, bulan berulang dan tahun berganti. 2 tahun berlalu sejak kenyataan pahit saat orang yang kuanggap yakin dan percaya pada keputusanku ternyata meragukanku. Aku mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikan ku untuk program magister sembari tetap bekerja. Perkuliahn jumat, sabtu minggu membuatku semakin melupakan Ariana. Demikianpula sosok Vilma, gadis berhijab dalam itu begitu mempesona. Anggun, cerdas dan tegas. Aku hanya mampu mengaguminya tanpa berani menyampaikan perasaanku sama ketika berhadapan dengan Ariana. Aku memang selalu tak percaya diri untuk urusan yang satu itu. Dalam bayanganku selalu saja mengatakan Aku tak pantas untuk wanita seperti dia. Aku bukan laki-laki yang sholeh tak pantas buatnya. Hingga semua hanya ku pendam bersama mimpiku.

Sejalan dengan bergulirnya waktu, Aku diperkenalkan dengan seorang gadis yang sebenarnya sudah ku kenal sepintas. Aku mengenalonya saat sama-sama berada pada organisasi yang sama. Sebenarnya dia bukan tipeku sama sekali. Namun semua seakan mengalir tanpa bisa dihentikan. Meski sejujurnya tidak. Mungkin hanya pelarian atas kekecewaanku pada Ariana atau perasaan minderku pada Vilma yang membuatku “berani” serius menjalani proses ta’aruf dengan Yuni.

Proses perkenalan yang begitu singkat seolah membuat aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku bimbang, namun dalam kebimbangan itu semuanya terus berjalan.

“Vilma, abang sudah ta’aruf dengan seorang gadis, dan abang akan segera menikah. Semua itu memupus anganku bersamamu” entah darimana keberanian itu datang. Aku kirim sms itu untuk vilma. Aku menunggu balasan sms darinya. Nihil

“ Bang Daffa, Putri mau bicara dengan abang”. Tiba-tiba Putri telah berdiri setengah meter dariku dengan pandangan marah.

“ Ada apa Put?. Aku berusaha tenang

“Bang, kenapa abang nggak bilang kalau abang suka dengan kak vilma”. Pertanyaan Putri langsung membuat jantungku seakan berhenti berdetak.

“ Kenapa abang tak tanya putri bang, putrid sahabat kak vilma. Sekarang abang sms begitu ke kak vilma. Abang pengecut!”. Putri mendengus kesal

Aku tak sanggup berkata apa-apa. Putri benar aku memang pengecut.

“ Putri, dengarkan dulu penjelasan abang” Aku berhenti sejenak menunggu tanggapan Putri. Putri diam dan berusaha tenang. Ia hanya mengeryitkan alisnya.

“ Abang memang menyukai Vilma sejak pertama abang melihatnya dikelas kita. Semakin hari perasaan abang itu semakin tumbuh. Abang tak sanggup untuk mengungkapkannya. Vilma seorang akhwat sejati, pintar dan tegas. Abang nggak sanggup put. Abang minder put, abang tak sebanding dengan dia. Karana itu Abang hanya dapat menyimpan perasaan abang padanya. Dalam kegalauan hati abang itu, entah abang sadar atau tidak abang menyetujui proses ta’aruf dengan seorang gadis dan berlanjut hingga kejenjang pernkahan dalam minggu ini”. Aku menuturkan semua itu dengan tak berharap keadaan akan jadi lebih baik.

Putri hanya menarik nafas dalam mendengar penjelsanku “Bang, kak vilma mau ketemu sama abang sekarang di koridor”. Tanpa menunggu jawaban dariku, Putri melangkah meninggalkan ku menuju koridor.

“ Bang, Barakallah, Vilma ucapkan abang bahagia. Ini bingkisan untuk pernikahan abang. Vilma nampak berusaha menahan air matanya agar tidak menetes didepanku.

“ Vilma cuma mau kasih abang ini sebagai kado pernikahan abang”. Sesaat dia memutar tubuhnya dan berjalan cepat menjauh. Tangisnya pecah.Kulihat Putri berusaha menenangkannya sembari memandangku dengan tatapan marah. Seolah berkata

“Lihat apa yang kau lakukan pada kak Vilma”. Aku hanya tertegun tak tahu harus berbuat apa. Ku genggam hadiah dari vilma: Sakinah Bersamamu tertulis di sampul Novel itu. Langit seolah runtuh menimpa pundakku membuat ku tak kuasa berdiri. Aku tersandar pada tiang koridor kampus yang jadi saksi bisu tangis dihatiku.

Diluar perencanaanku semula, semua berlangsung begitu singkat. Aku kemudian menikahi Yuni hanya dalam masa perkenalan dan proses yang singkat. Semua persiapan pernikahan dan walimatul’urusy di urus pihak Yuni. Aku seakan tak memahami situasi ini. Semua konsep yang aku inginkan pada pernikahanku buyar. Aku seakan hanya menunggu waktu.

Mendekati

Pagi itu, ada telpon. Ku lihat nama yang muncul di layar nya. Ariana!

“ Assalamu’alaikum akhi, Ape kaba? Masih ingat gue?

“ Wa’alaikum salam, ukhti, Kabarku baik-baik saja. Ya masih ingatlah

“ Ngomong-ngomong barakallaulaka, selamat ya akhi atas pernikahannya.

“Tau darimana?

“Ariana gitu lho, sebentar ya ku sambungkan dengan Fitir dan Anas, jadi kita bisa ngobrol bareng. Ariana terdengar menekan beberapa tombol di smart phone-nya.

“Assalamualaikum, fitri

“Wa’alaikum salam na.

“Fit, kita sudah tersambung bertiga dengan daffa juga. Aku sambungkan dengan Anas juga ya. Tunggu sebentar” kembali Ariana menekan nekan beberapa tombol di smart phone-nya.

“Assalamualaikum.” Terdengar suara laki-lak. Suara Anas. Sahabat kami

“Wa’alaikum salam, Anas. Ini aku Ariana”

“ Alamak Ariana apa kabar, Ada apa tumben kamu telpon”

“ Nas, Kita berempat ni dengan Daffa dan Fitri”

“ Wuah ramai ni... Daffa, Fit...Apa kabar semua.”.. Anas terdengar semangat. “ Ada apa ini kok pada kumpul di telpon he he...

“ Anas belum dapat kabar ya?

“ Kabar? Kabar apa?

“ Daffa akan segera menikah,

“ Daffa? Menikah? Cie cie Akhirnya kalian akan menikah ya. Selamat ya Daffa, Selamat ya Ariana.” Maaf ya aku mungkin nggak bisa datang, Sekalian maaf aku harus berangkat ni, Telponnya aku tutup duluan ya.. Thanks for calling. Bye.

Sejenak tak ada yang berbicara antara kami bertiga.

“ Daffa, selamat ya, barakallahulaka, akhirnya. Akhirnya kamu akan melepas masa lajangmu”. Ucapan-ucapan itu seakan terdengar ganjil ditelingaku. Aku dapat merasakan suara fitri bergetar. Seolah menahan perasaan sakit yang dalam

“ Syukron, Alhamdulillah. Akad 21 Ramadhan nanti, tapi belum boleh kumpul. Setelah walimatul ‘urusy baru boleh. Adat disini mengharuskan begitu agar tidak hilang sinar nya kata tetua disini. Aku mencoba basa-basi.

“Aku tutup dulu ya telponnya, kalian berdua lanjut saja. Assalmualaikum” Tiba-tiba fitri menutup telponnya. Sepertinya fitri ingin memberi waktu buatku dan ariana berbicara berdua, Assalamu’alaikum”. Fitri menutup telponnya.

Suasana kembali hening.

“ Daffa, aku minta maaf ya atas segalanya, selama kita berteman pasti ada kesalahan yg ku perbuat. Semoga bahagia sampai ke anak cucu ya. Sudah dulu ya fa. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh”. Terdengar Ariana berguman seolah berbicara pada dirinya sendiri.

“ Terima kasih Boneka nya”. Ariana kembali berguman.

Boneka itu, boneka kelinci warna merah muda itu. Daffa tersenyum. Daffa melamun. Mengingat saat – saat ia memberikan boneka itu dalam keadaan terbungkus rapi.

“ Daffa, kamu masih di situkan!. Suara teguran Ariana mengagetkan lamunan Daffa.

“ Iya, Aria. Aku masih disini. “

“ Kamu kok diam saja, nggak mau ngucapin kata-kata perpisahan atau apa saja.

“ Aku... Aku...” Daffa mendadak gagap

“ Ya sudah kalau nggak da, aku tutup telponnya ya.

Jangan!. Daffa ingin sekali berteriak. Daffa ingin mencurahkna segala kegundahan hatinya, tapi lidahnya kelu. Cukup lama tak ada dialog.

“ Assalmu’alaikum” Ariana menutup pembicaraan.

“ Tut tut tut “ telpon ditutup dari seberang.

Daffa merasa merasa sangat bodoh. Begitu besar kah kesalahanku hingga untuk berkata saja tak mampu pikirnya. Beberapa menit kemudian sebuah pesan masuk di telepon pintar ku. Pesan dari Ariana?. Aku berdebar-debar membacanya. Aku terkesiap. Mendadak dadaku menjadi sesak oleh rasa gundah dan bersalah. Tangis kesedihanku tak lagi bersuara hanya mataku menatap lepas kearah Timur, Pulau Anambas. Ku lihat Ariana sedang duduk sendiri menikmati matahari yang kian hilang diufuk barat . Ariana menatap ku dengan senyumnya. Senyuman yang sama seperti dulu. Senyum indah bagai kilauan permata yang membuatku takjub. Senyum tulus yang membuatku tertunduk menahan cinta saat pertama kali memandangnya. Perlahan Ariana berguman seraya tangan nya mengguratkan tulisan dipasir pantai“ Bukan aku yang mengkhianati!”

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post