Dedi Sulaiman

Guru Matematika SMP N 1 Airgegas, Bangka Selatan...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bakul Kue dan Kotak Asongan

Bakul Kue dan Kotak Asongan

Setelah tamat SMA keinginan Aiman untuk kuliah sangat besar. Namun ia menyadari kemampuan ekonomi orang tua nya tidaklah sanggup untuk membiayai kuliahnya nanti karena untuk biaya sekolah ketiga adiknya saja terkadang kurang.

Keinginan Aiman ini ternyata diketahui oleh Sang Bapak.

“Man, Bapak tau setelah tamat ini kamu ingin kuliah kan!” ujar Bapaknya.

“Iya pak, tapi biaya kuliah cukup itu besar Pak, nggak apa-apa pak Saya coba bekerja saja dulu nanti kalo sudah ada uang baru saya Kuliah” Jawab Aiman.

“Kamu coba dulu ikut tes SMPTN siapa tau kamu lulus Universitas Negeri, Kalo kamu kuliah di Universitas Negeri biaya tidak terlalu besar” sahut Bapaknya.

“Ini Bapak ada simpanan Dua Ratus Ribu, kamu coba daftar” tambah Bapaknya.

“Iya Pak nanti saya coba ikut, Doakan ya pak” Sahut Aiman.

Aiman pun mengikuti Seleksi Masuk Perguruan tinggi Negeri (SMPTN). Namun sayang Aiman gagal, mungkin Tuhan masih ingin memdidik Aiman agar menjadi pribadi yang tangguh dan pantang menyerah.

Karena gagal masuk Universitas Negeri dan untuk kuliah di Unversitas Swasta Orang tua Aiman tidak mampu, akhirnya Aiman kembali ke rutinitas biasa yaitu berjualan Koran di lampu merah.

Keinginan Aiman untuk kuliah cukup besar agar mampu meraih cita-citanya selama ini,

Aiman berkata dalam hati “Aku ingin jadi guru, Akan aku kumpulkan uang sebanyak-banyaknya, aku harus kuliah walau di Unversitas swasta sekali pun.”

“Namun berapa tahun baru bisa ku kumpulkan uang, kalo kerja ku hanya berjualan Koran ini” keraguan muncul didalam hati Aiman.

Berbekal Ijazah SMA yang dimilki Ia pun mencoba melamar pekerjaan, ternyata tidaklah mudah bagi Aiman untuk mendapatkan pekerjaan setiap kali Ia melamar pekerjaan, perusahaan-perusahan langsung menolaknya karena melihat keadaan fisiknya yang cacat.

Kondisi tercebut diceritakan kepada Wawan seorang sahabatnya. Wawan merupakan anak ke 4 dari 8 bersaudara, saat ini masih SMA, ia tinggal ditempat saudaranya Ayah nya sudah meninggal karena kecelakaan sedangkan Ibunya tinggal di sebuah desa bersama keempat adiknya.

“Wan, Aku sangat ingin kuliah tapi jika hanya berjalan Koran ini uang ku tidak akan cukup walau kumpulkan setahun” Aiman membuka obrolan.

“Memang cita-cita mu apa sich, sehingga kamu ngebet bener ingin kuliah” sahut Wawan

“Guru, Wan” Jawab Aiman singkat.

“Kalo aku, setelah tamat SMA nanti aku mau jadi TNI” sahut Wawan.

“Kamu ikut aku jualan kue, tapi jualannya 12 malam sampai jam 7 pagi. Kita jualan di Pasar 16 Ilir” tambah Wawan.

Wawan ini bisa berjualan kue di malam hari karena sekolahnya masuk siang sehingga pagi harinya ia bisa tidur.

“Wah, manalah mungkin aku sanggup” jawab Aiman

“Kalau masalah jualan malam aku masih sanggup karena panginya bisa tidur. Tapi kalau mau bawa bakul kue manalah aku sanggup, kau tau sendirilah bagaimana keadaan fisik ku ini” tambah Aiman.

“Iya juga ya, mana mungkin kamu sanggup bawa bakul kue yang isinya 200 sampai 300 kue” Sahut Wawan.

“Kalo tidak kamu jualan Asongan saja, kau buat kotak kecil yang bisa kau sandang lalu kau isi dengan Rokok, Kacang, Kwaci, dan Permen (Kokcangcimen), kau isi dikit-dikit dulu biar ringan karena disana banyak warung agen disana, jadi kalo dagangan mu sudah hampir habis kau belanja di warung agen tersebut, kau penuhi lagi dagangan mu” tambah Wawan.

“Baik Wan. Terima kasih sarannya” Jawan Aiman

Siang itu sepulang dari berjualan Koran Aiman langsung membuat Kotak asongan seperti yang disarankan Wawan, kemudian Ia memecahkan tabungannya.

“Pyarrr,,,,” suara tabungan yang dipecahkan Aiman.

“Aiman mengapa kau pecahkan tabungan mu” Kata Ibunya.

“Ingin ku jadikan modal, dagang asongan bu!” jawab Aiman.

“Aku ingin dagang asongan di Pasar 16 ilir bareng Wawan” tambahnya.

“Baiklah Anak ku, Ibu doakan dagangan mu lancar” jawab Ibunya.

Sejak saat itu setiap malam Aiman berjualan Asongan dan Wawan tetap berjualan Kue.

Setelah satu tahun berjualan Aiman belum mampu mengumpulkan uang untuk medaftar di Perguruan Tinggi. Tahun kedua barulah Aiman mampu mengumpulkan Uang dan mendaftar di Unvesitas PGRI Palembang

Sedangkan Wawan setelah tamat SMA Ia mulai mengikuti Tes Masuk TNI maupun POLRI, berkali-kali Ia gagal dalam seleksi, namun Ia tidak pernah putus asa dan terus mencoba sampai batas umur terakhir mendaftar.

Cerita ini diangkat dari kisah nyata “Bagaiama kegigihan dua orang sahabat dalam mengejar cita-citanya”.

Saat Ini Wawan sudah meraih cita-citanya dan berdinas di TNI Angkatan Laut, Sedangkan Aiman menjadi seorang Guru dengan tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah di Sebuah SMK.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post