Delvia Andrini

Guru SMAN 2 Bukittinggi "Cinta yang patut kamu tunggu adalah rasa cinta pada diri sendiri,"...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mata lembut menghunjam

Mata lembut menghunjam

Tantangan Hari ke 64

Berawal dari mata, lalu turun ke hati. Berapa tajam netramu menembus kalbu?

Langkah Farhan terhenti di gerbang sekolah. Gerbang sudah digembok. Dia tidak bisa masuk.

"Pak Ujaaaang, tolong bukakan pintunya Pak!" teriak Farhan memanggil security sekolah.

"Kamu ngga bisa lagi masuk. Udah jam berapa ini?" Jawab pak Ujang seraya mendekati gerbang.

"Saya mohon, izinkan saya masuk Pak. Saya ada ulangan pagi ini."

"Kamu sudah sangat terlambat Farhan. Sudah jam 08.00 sekarang."

Wajah Farhan memelas. Tatapan matanya sendu. Sebenarya dia tidak ingin terlambat, tapi dia mesti membantu ibu dulu di rumah.

"Ini semua gara-gara Ibu, aku telat lagi sampai di sekolah. Aku ngga bisa ikut ulangan pagi ini." Farhan masuk rumah sambil menggerutu.

"Ada apa ini?" kamu ngga ke sekolah?" Ibu datang mendekati anak sulungnya itu.

" Udah."

"Lalu kenapa pulang lagi?"

"Aku ngga diizinkan masuk Bu, aku terlambat. ini karena Ibu."

"Kok gara-gara Ibu?"

"Jika Ibu ngga nyuruh aku ke warung ngantar kue setiap pagi, aku bisa cepat ke sekolahnya." Farhan menjawab dengan cemberut.

Ibu duduk di depan Farhan. Di kursi rotan yang mulai tua dan catnya telah memudar. Kemudian memandangi putranya itu dengan lembut.

"Farhan, kalau ngga kamu yang ngantar kue ke warung, terus siapa? adik-adikmu belum bisa diharapkan. Mereka masih sangat kecil."

"Aku telat jadinya ke sekolah Bu." Suara Farhan mulai melunak.

"Supaya ngga telat, cepat donk bangunnya, agar cepat pula ngantar kuenya ke warung-warung." Kata ibu lembut.

"Baik Bu. Maafkan Farhan ya Bu, ngga seharusnya Farhan kesel ke Ibu."

"Iya Nak, Ibu ngerti kamu agak kerepotan dengan tugas ibu berikan setiap pagi. Ibu merasa bersalah telah membebanimu. Keaadaanlah yang menuntut seperti itu." Kata ibu lirih.

Farhan terdiam mendengar ucapan ibunya. Mata lembut ibu telah menghunjam jauh ke dasar hatinya. Menyentak kesadaran. Tanggung Jawab ibunya sangatlah besar untuk mencukupi kebutuhan keluarga semenjak ayah berpulang.

"Maafkan Farhan Bu, Farhan janji ngga kan kesel lagi."

Hidup ini memang sulit,namun terasa mudah bagi pejuang sejati. Berusahalah dengan ikhlas. Hasilnya pasrahkan kepada Allah SWT.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

mantap

18 Mar
Balas

mantap

18 Mar
Balas



search

New Post