DELVIATI

PROFIL PENULIS Perempuan yang bernama lengkap Delviati, S. Pd., M. Pd. ini dilahirkan di Kota Medan pada tanggal 10 Januari 1970. Dari s...

Selengkapnya
Navigasi Web
GERHANA BULAN VS GERHANA IMAN

GERHANA BULAN VS GERHANA IMAN

Sepulang dari kantor sekitar pukul 16.15 wib saya menumpangi sebuah bus yang segera berangkat menuju kota tempat tinggalku. Berteman dengan musik khas yang dilantunkan oleh pengamen jalanan mulai dari berangkat sampai beberapa menit kemudian saya mulai diserang rasa kantuk yang sangat luar biasa. Upaya menahan rasa kantuk ini ternyata gagal dan itu saya sadari ketika tiba-tiba saya tersentak bangun dan mengedarkan pandangan ke sekeliling. Saya melemparkan pandangan ke luar jendela bus yang sedang melaju kencang ini, saya dapat mengenali sudah sampai mana perjalananku sore ini. Berdasarkan ciri-ciri lokasi dan papan merek perkantoran yang dapat dibaca dari dalam bus saya menyadari bahwa saya sudah berada di sebuah pasar. Artinya saya sudah tertidur lebih kurang selama 30 menit. Berada dalam suasana bus yang panas cukup mengundang kebosanan. Oleh karena itu saya segera berupaya untuk menetralisir suhu tinggi dalam bus dengan cara menggeser kaca jendela yang berada di samping kiri dan kananku. Udara segar mengalir masuk memenuhi bus. Saya dapat merasakan kesejukan dan kenyamanan yang tak ayal lagi juga mengundang kembali rasa kantukku.

Berapa lama saya tertidur pada episode dua ini? Hmmm ternyata ketika saya terbangun dari tidur kali ini saya menyadari sudah dekat dengan tujuan. Artinya satu jam lebih sudah saya diberi nikmat tertidur sambil duduk manis di bus ini. Ketika sampai di perhentian dan bertemu suami saya mengajak beliau langsung ke salah satu rumah sakit swasta yang ada di kota ini guna membezuk salah seorang kenalan lama yang dirawat setelah menjalani operasi malam kemarin. Berita ini saya dengar dari ibu kepala sekolah dimana saya mengajar puluhan tahun silam melalui percakapan telepon siang tadi ketika saya masih berada di kantor.

Sepanjang perjalanan ke rumah sakit saya mengamati banyak orang yang berada di tempat terbuka sedang asyik mengamati proses gerhana bulan yang sedang berlangsung. Mereka asyik merekam peristiwa langka itu. Tak sedikit yang berdiri, berkelompok, duduk sambil merekam bahkan ada yang tanpa sadar bicara sendiri sambil terus melakukan pengamatan terhadap gerhana bulan ini.

Sesampai di parkiran halaman rumah sakit, aktifitas yang sama saya lihat tidak kalah ramainya dengan yang saya temui di sepanjang perjalanan tadi. Keluarga pasien yang bertugas menunggui kerabatnya yang sedang dirawat inappun tidak mau kehilangan momentum yang langka ini. Mereka berupaya mencari tempat yang nyaman untuk bisa merekam kejadian detik demi detik gerhana bulan ini.

Bersamaan dengan itu dari corong Masjid yang berada di area rumah sakit ini terdengar pengumuman yang disampaikan oleh panitia /dewan dakwah yang bertugas, himbauan untuk berzikir, bertasbih, bertahmid dan bertakbir disampaikan. Pelantang masjid ini berfungsi dengan baik hingga kata demi kata yang diucapkan oleh pembicara terdengar sangat jelas dalam radius 300-400m. Himbauan dilanjutkan dengan mengajak kaum muslimin dan muslimat yang ada di sekitar masjid agar bersama-sama memasuki masjid guna melaksanakan shalat isya berjamaah dilanjutkan dengan shalat sunat gerhana.

Ajakan ini dilengkapi dengan tuntunan bagaimana langkah pelaksanaan shalat gerhana serta apa saja yang perlu diperhatikan oleh makmum ketika kegiatan berlangsung. Saya bersama suami yang berada di ruang rawat inap mengunjungi kerabat yang sakit dapat mendengar dengan jelas seluruh himbauan itu. Pamit untuk pulang kepada kerabat yang menunggui pasien tersebut, kami bergegas menuju halaman masjid yang sudah mulai dipenuhi oleh jamaah. Tiba-tiba terdengar teriakan tawa dan canda beberapa orang yang berada di pinggir jalan di samping masjid ini. Teriakan teriakan mereka seakan akan ingin mengatasi suara himbauan pengurus masjid dan suara zikir umat yang berada di sana.

Mereka sangat takjub dengan gerhana, namun belum takjub dengan zat yang menjadikan gerhana itu sendiri. Mereka merekam kejadian gerhana dengan teliti dan bersemangat namun nampaknya tidak berkesempatan merekam suasana pengakuan hati dan keyakinannya terhadap kekuasaan Allah pencipta bulan dan pengatur gerhana tersebut terjadi. Sorak sorai mereka, jeritan dan teriakan mereka yang mengganggu kekhidmatan jamaah yang ada yang sedang khusuk berzikir mengingat, dan mengagungkan pencipta Bulan dan gerhana serta pencipta alam semesta ini seolah sesuatu yang wajar saja bagi mereka.

Allahu akbar, saya membatin “Gerhana Bulan ataukah Gerhana Iman yang sedang terjadi saat ini?”

Wallahu a’lam bishshawab.

Sebuah catatan kecil Delviati,

31 jan 2018 pukul 20.00 wib ketika gerhana bulan sedang berlangsung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Yaa Allah, benar-benar dua kubu yang heboh dengan fenomena alam sementara masih ada yang khusyuk shalat Gerhana. Alhamdulillah karena di Solo mendung langit cm berwarna merah, kami lebih khusyuk shalat gerhana seteah shalat Isya

01 Feb
Balas

Perjalanan yang selalu menghadirkan kenangan yang berbeda. Pengamen yang mencari kehidupan dengan talenta yang dipunyai. Pegawai yang terlelap karena kelelahan menyebarkan pengetahuan. Suami yang setia mendampingi. Kesosialan yang tidak boleh ditinggalkan. Sujud syukur kepada yang Kuasa. Kelompok ciptaanNya yang hanya mengungkapkan kegembiraan. Semoga perjalanan selanjutnya lancar. Ya Allah lindungi sahabatku ini

17 May
Balas



search

New Post